Chapter 18

11 5 0
                                    

"Shut!"

Legan meletakkan jarinya dibibirnya sambil cengengesan. Tangan kirinya menunjuk kearah ruangan yang tertutup oleh pintu yang terdapat kaca kecil ditengahnya. Teman-temannya langsung menahan tawa begitu melihat apa yang Legan lihat. Salah satu dari mereka mengambil handphone, dan memotret pemandangan yang membuat mereka gemas.

"Masuk gak?" tanya Surya tanpa suara.

"Tunggu," jawab Legan dengan tanpa suara juga. Legan menatap Sigit yang sedang mengecek foto yang dia ambil. "HD gak?"

Sigit menyeringai kecil sambil mengangguk. Legan langsung tersenyum puas. Laki-laki itu langsung membuka pintu dihadapannya tanpa mengetuk terlebih dahulu.

"Assalamu'alaikum, Legan dateng bawa makanan!"

Adel langsung tersentak kaget begitu mendengar Legan berteriak cukup keras untuk ukuran rumah sakit. Gadis itu langsung mencopotkan earphone dari telinga kirinya dan terduduk tegak. Tangannya menepis pelan tangan Gera yang sejak tadi merangkulnya. Wajahnya langsung pias. Berbeda jauh dengan Gera yang terlihat santai sambil menurunkan earphone ditelinga kanannya. Laki-laki itu tersenyum kecil sambil membenarkan letak duduknya.

"Ciee, PJ, dong, PJ!"

"Apaan, sih," jawan Adel sewot, gadis itu melotot sambil mengerutkan dahinya.

"Cie rangkul-rangkulan segala," Angki tersenyum begitu menyebalkan sambil menaikan alisnya.

"Kita enggak rangkul-rangkulan!" bantah Adel, gadis itu melotot garang.

"Cie, udah main kita-kita-"

Buk.

Bantal sofa melayang dan mendarat mulus tepat kewajah Aldi. Aldi langsung meringis pelan dan menatap tajam Sang pelempar. Sedangkan Adel malah bersikap seakan tidak ada apa-apa. Dagunya naik, matanya menatap Aldi angkuh.

"Yaelah, Ly, kita punya bukti! Mana, Git," Legan tersenyum culas.

Sigit langsung nyengir sambil menunjukkan layar handphone nya. Namun, ketukkan pintu membuat semuanya menengok. Lebih tertarik ke pintu yang masih tertutup daripada Sigit yang mendengus karena tidak digubris. Detik selanjutnya, tiga remaja dengan seragam yang berbeda dengan Legan dan teman-temannya, masuk ke ruangan itu. Senyuman kikuk menghiasi bibir mereka. Adel tersenyum lebar melihat mereka yang mematung di sebelah pintu, seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi.

"Jihan, Rania, Anna!"

Mereka tersenyum kecil sambil berjalan mendekati Adel. Kepala mereka menunduk, seakan segan untuk menatap Legan ataupun yang lain.

"Hai," Jihan menggoyangkan tangannya canggung.

Rania setengah hidup ditempatnya dan Anna yang tersenyum konyol.

"Hei, kenalin," Adel menatap Gera, lalu ke Legan, lalu beralih ke Sigit, ke Surya, Aldi, dan Angki, "Musuh gue."

"Kecuali Gera," celetuk Aldi.

Adel langsung melotot. Telunjuknya menunjuk Aldi, seakan mengancamnya. "Lo sekali lagi ngomong, gue lemparin tronton, nih!"

Aldi hanya nyengir sambil mengangkat tangannya. Membentuk 'peace'.

"Ly, gimana, sih, belum kenalan, nih," Legan menatap Adel bete.

"Ohiya, lupa," Adel langsung tersenyum lebar. "Ini Legan, terus Sigit, ada Angki, Surya, sama Gera."

"Parah, gue gak disebut," Aldi melotot.

"Ada suaranya, tapi gak ada wujudnya, merinding, ih," Adel menatap sekelilingnya sambil bergidig merinding.

Nothing Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang