Chapter 1

39 25 0
                                    

Tepat hari dimana Adel ditumpahkan greentea panas oleh seorang wanita, anak dari wanita itu langsung memberinya id line nya. Untuk berjaga-jaga jika ada sesuatu yang harus diganti rugi, katanya. How responsible he is, balas Adel didalam hati tentunya. Dan dari situ lah, Adel merasa wajib setiap hari untuk berkontak dengan laki-laki itu. Bukan, bukan membahas ganti rugi. Namun, yang lain.

Dan sekarang, gadis itu tersenyum tipis sambil terkekeh melihat jawaban laki-laki yang diketahui namanya adalah Lucixto. Keren, sekeren orangnya.

Lucixto M :
Iya, lo waktu itu kayak gembel. Gak punya sepatu, ya, lo?

Adel mendengus pelan. Enak saja dikatai tidak punya sepatu. Sepatunya mempunyai ruang tersendiri dikamarnya. Oke, itu berlebihan. Tapi, Adel punya sepatu, kok! Meskipun tidak selengkap koleksi seleb-seleb, setidaknya dia punya alas kaki yang pas dan cocok dengan baju dan tempatnya. Gadis itu langsung mengetikkan beberapa kata menjawab ledekan Lucixto.

Adelia A. :
Enak aja! Sepatu gue waktu itu basah. Masuk got. Jijiq.

"Del."

Adel meletakkan handphonenya dimeja dan mendongkak sedikit. Menatap penuh tanya kearah laki-laki yang mendekatinya dengan roti bakar ditangan kanannya dan susu vanilla ditangan kirinya. Gadis itu langsung tersenyum lebar melihat laki-laki itu tidak hanya membawa satu lembar roti bakar, laki-laki itu membawa dua. Adel langsung cengengesan sambil menjulurkan tangannya.

"Lo tau aja, gue belum sarapan."

Laki-laki itu hanya memutar kedua bola matanya malas sambil dengan pasrah menyerahkan satu lembar roti bakar yang niatnya akan dia makan setelah yang satunya habis. Sementara Adel langsung berteriak kegirangan sambil menerima roti bakar itu.

"Temen-temen gue mau pada kesini. Lo-"

"Yaa, gue pulang," Adel mengigit roti bakarnya sambil menatap Legan seakan berkata 'I don't wan't to meet him again and again, Gan!'.

Legan, laki-laki berbaju oblong dengan celana boxernya itu lagi-lagi memutar kedua bola matanya. "Gak ada Shefar, Del. Trust me. Lagian, temen gue yang lo kenal 'kan cuma Shefar. Selain Shefar, mereka baik-baik. Sumpah."

"Sekali enggak, ya, enggak. Sekali temen lo belangsak, ya, semuanya belangsak." Adel tetap menggeleng pelan sambil mengambil teh manis hangatnya dimeja. Gadis itu nyengir setelah menyeruput sedikit teh yang masih mengeluarkan uap panasnya. "Kayak lo."

Legan yang sedang meminum susu vanilla nya langsung terbatuk-batuk. Laki-laki itu melotot kearah Adel. "Gue gak sebrengsek Shefar, anjiir."

Adel tersenyum miring. "Semua bakal bilang lo belangsak saat mereka tau kalau lo pernah ngajak sepupu tercantik lo ini ke tempat billiard."

"Shit! Cuma tempat billiard, Adel. Bukan club."

"Ah, sama aja."

Legan mendengus pelan. "Tadi, dia-"

"Gak mau ngebahas dia!" potong Adel cepat.

Gadis itu langsung mengemasi baju-bajunya dan memasukinya ke ransel yang dia bawa. Tak lupa, dia juga mengambil beberapa skincare nya di atas meja. Sementara Legan masih terpaku didalam kamar yang sebenarnya kamarnya. Iya, Adel menginap dirumahnya. Dan dengan wajah songongnya, meminta Legan tidur dikamar kosong dan gelap yang dikhususkan untuk Adel. Lagi-lagi pemuda itu menghela nafasnya gusar. Tangannya menahan tangan putih yang mengambil buku-buku novel milik Sang tangan putih itu. Pemiliknya mendongkak, menatap Legan bingung sekaligus jengkel.

Nothing Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang