Chapter 22

3 5 0
                                    

Adel berdiri begitu satu persatu orang dari kelas unggulan itu keluar. Tangannya masih menggenggam erat bola coklat itu. Senyuman lebarnya muncul begitu menangkap Ardi yang sedang melepas kaca matanya. Sekilas, laki-laki itu mirip dengan Legan.

"Ar!"

Ardi mengerutkan dahinya bingung. "Gue 'kan bisa ke kelas lo."

"Gak apa-apa," Adel memeluk lengan Ardi sambil berjalan beriringan.

"Gera sama Legan langsung latihan?"

Adel tidak menjawab, gadis itu malah mendongkak, lalu mendengus jengkel. "Lo adik gue, tapi, lo lebih tinggi dari gue."

Ardi meliriknya sekilas. "Lo tinggi untuk seukuran cewek seumuran lo."

"Iya, dong!"

Ardi meliriknya. "Gak usah takut, ada gue."

"Hah?"

"Check up."

Tanpa sadarnya, Adel tersenyum lebar. Dan saking terharunya, gadis itu nyaris menangis. Disaat Rian lembur saat dia hendak check up, Legan dan Gera sibuk dengan basket. Ardi yang biasanya cuek malah ada disisinya.

"Makasih, Ar."

"Kok, nangis?"

"HUWAAA! Gue terharu dengernya."

---

"Ly!"

Legan mengetuk pintu kamar Adel berkali-kali. Namun, tetap saja, Sang pemilik kamar sepertinya tidak ingin menerima kedatangan nya. Legan tidak menyerah, laki-laki itu tetap mengetuk pintu kamar itu dan memanggil Adel berkali-kali. Bahkan, Legan sudah menelpon Adel, namun, gadis itu tidak mengangkatnya. Legan juga sudah menggambar-meskipun tidak begitu bagus-siluet laki-laki yang sedang menyatukan kedua tangannya dan diberi gelembung percakapan yang menggambarkan bahwa siluet laki-laki itu sedang meminta maaf. Lalu, dikirimnya ke dalam kamar Adel melalui sela-sela kecil dibawah pintu. Namun, Adel sama sekali tidak menjawabnya.

"Gue minta maaf," Legan menarik rambutnya frustasi.

"Pergi!"

Lagi-lagi jawaban itu yang Legan dapat. Sudah berapa kali Adel mengatakan kata itu. Legan menggeleng tegas meskipun dia tau bahwa Adel tidak akan melihatnya.

"Gue gak akan pergi sebelum lo buka pintunya."

"Pergi, Legan!" teriak Adel diiringi isakkannya yang ditutup oleh bantal.

"Gue minta maaf, Ly," Legan tidak menghiraukan teriakan Adel. "Gue tau gue salah, tapi, kasih gue kesempatan buat minta maaf, Ly."

"Ini udah ke sekian kalinya, Gan!"

Legan mengepalkan tangannya. Laki-laki itu meninju tembok karena saking marahnya dia kepada dirinya sendiri. "Gue tau, kata janji gak bakal ngaruh kalau udah kayak gini. Terus, gue harus apa, Ly?"

"Lo gak denger?! LO HARUS PERGI, GAN!"

Legan tersenyum miris. "Terus, kalau gue pergi lo mau apa? Apa kalau gue pergi, rasa sakit lo berkurang?"

"Setidaknya rasa kecewa gue berkurang, Gan!"

Legan ngilu begitu mendengar kata 'kecewa' yang terselip dikalimat yang diucapkan Adel. "Iya, gue tau gue gagal. Gue gagal jagain lo! Terus lo gak mau kasih gue kesempatan buat mencoba lagi, Del?"

"Gue capek, Gan! Percuma gue kasih pun, lo pasti bakal ngecewain gue."

Legan rasanya ingin menangis mendengar fakta bahwa dia begitu mengecewakan di mata Adel. "Apa fakta gue sepupu lo gak bisa ngubah apapun?"

Nothing Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang