Beberapa menit berlalu, akad dan upacara adat telah dilaksanakan. Percampuran Sunda dan Jawa membuat acara semakin meriah. Adel bahkan sempat berdecak kagum dengan tarian tradisional Sunda yang tadi disaksikannya. Dari dulu dia ingin sekali masuk sanggar. Namun karena Legan dan Ella yang melarangnya membuatnya menghela nafas berat. Selain itu, ada juga berbagai makanan yang terletak dipinggiran ruangan. Dia sudah mencicipi beberapa dan rasanya sangat enak sampai Adel berniat memasukan beberapa makanan kedalam tasnya. Namun tidak jadi dilakukannya karena dia masih mempunyai urat malu.
Dan dari tadi, kemanapun Gera melangkah, pasti dia ikuti. Meskipun sekarang belum penuh, tetap saja dia tidak ingin tersesat dan akhirnya menangis seperti anak terlantar. Dia juga berkenalan dengan beberapa saudara Gera yang rata-rata anak kecil semua. Dan sampai sekarang, Legan dan lainnya belum datang. Padahal mereka seharusnya datang sebelum orang-orang mulai datang. Wajar saja, namanya juga The Oce(h)an, kalau tidak ngaret, bukan The Oce(h)an namanya. Padahal Gera sudah berpenampilan sempurna dengan memakai jasnya. Berniat sombong ke mereka, namun, mereka malah ngaret.
"Salaman dulu, yuk, sekalian foto!" Gera menggenggam tangannya sambil tersenyum.
Adel mengangguk. "Mumpung sepi."
Gera mengangguk dan mengajak Adel kedepan. Kearah kedua mempelai pengantin yang sedang duduk sambil tertawa kecil. Disamping kanan dan kiri mereka belum ada kedua orangtua mereka. Adel melihatnya menjadi iri. Kata Gera, Kakaknya tidak pacaran. Namun, tiba-tiba saja gebetan sekaligus sahabatnya datang ke rumah dengan kedua orang tua pria itu dan melamar Kakaknya. Itu seperti dream come true.
"Kak Theo!"
Pria yang disapa oleh Gera langsung berdiri dan berjabat tangan ala laki-laki dengan Gera. Bibirnya tersenyum lebar. "Wah, Gera!"
"Kak Theo sekarang udah jadi ipar aja, ya," Gera tertawa.
"Mending Kak Theo daripada yang lain," jawab Theo.
"Jagain Kak Talia, lho!"
Theo hanya memberikan jempolnya. Namun saat Gera berjalan maju, dan Adel yang tersenyum kearahnya. Theo langsung menyenggol Gera. "Bawa siapa, nih, Ger?"
"Adel," Adel menjulurkan tangannya.
Theo tersenyum dan menerimanya. "Theo."
"Yang itu, lho, Kak," Gera tersenyum lebar.
Theo mengangguk sambil tertawa kecil.
"Geraa!" Mempelai wanita langsung memeluk Gera erat. Matanya langsung berkaca-kaca haru. "Gue nikah!"
"Iya, kak, iya," Gera tertawa. "Selamat, ya."
"Huwaa! Gue jadi mau nangis," wanita itu mendongkak agar air matanya tidak turun.
"Udah, eh, jangan nangis. Gue mau ngenalin someone, nih."
Wanita itu tersenyum geli. "Yang itu, ya?"
Gera tersenyum songong sambil menaikan alisnya.
"Udah ditembak belum?"
"Wah, sialan lu!" Gera tertawa.
"Mana? Mana?"
"Nih," Gera menarik Adel kesisinya. Tangan kirinya memeluk Adel dari samping.
Sedangkan Adel yang terseret-seret hanya tersenyum. "Adel."
Wanita dihadapan Adel menerima jabatannya. "Gue kayak pernah liat, deh, Ger. Dimana, ya?"
Adel mengerutkan dahinya seperti mengenali suara wanita itu. Otaknya sibuk mencari tau siapa wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Without You
Teen FictionKehidupan Adel, yang mulanya datar. Kini, berubah drastis ketika dia pindah sekolah ke sekolah yang sama dengan sepupunya. Satu persatu orang datang kedalam hidupnya. Dan lalu pergi dengan dan tanpa salam perpisahan. Hingga, ada satu orang yang memb...