Gera melepaskan pelukannya. Kini, tangannya mengusap kepala Adel.
"Kalau gak ada gue, lo gak boleh tidur kayak tadi," ujarnya.
Adel mengerutkan dahinya bingung. "Kenapa?"
"Nanti orang-orang pada suka."
Adel tertawa kecil. "Biarin. Nanti Darren suka sama gue, tau rasa lo!"
"Darren lagi," Gera memutar kedua bola matanya malas.
Namun, begitu mengingat nama itu, Gera jadi ingat filmnya. Dan seorang laki-laki yang entah musuh atau temannya yang mengajak pacarnya untuk menonton film itu bersama. Gera langsung berdeham pelan.
"Li."
"Ya?"
Gera menatap Adel ragu-ragu. "Gue liat handphone lo tadi, maaf."
Adel mengerjapkan matanya berkali-kali. Seketika, wajahnya memerah mengingat dia belum mengganti wallpaper handphone nya. Foto Gera yang sedang berpura-pura marah dengan wig berwarna pink terurai panjang. Satu-satunya foto Gera yang sangat amat akan merusak citra Gera yang Adel punya. "Lo ... liat wallpaper nya, ya?"
Gera mengerutkan dahinya. Karena tadi Adel bergerak pelan saat dia memeriksa handphone nya, Gera jadi tidak berkesempatan untuk menekan tombol home untuk melihat wallpaper nya. Gera hanya menekan tombol mati karena panik. "Kenapa emang?"
Adel menghela nafasnya lega. "Enggak, itu foto Darren, hehe."
Gera mendengus jengkel. "Dia lagi."
"Emangnya di handphone gue ada apa? Orang gak ada apa-apa."
"Gue buka isi chat lo sama Mervin," Gera meringis pelan. "Sorry."
"Oh, itu." Adel mengangguk mengerti. Dia ingat Mervin mengajaknya untuk menonton film bareng. Gadis itu menggigit bibir bawahnya pelan. Matanya menatap Gera takut-takut. "Lo ... marah?"
"Hah? Oh, enggak, gue gak marah," Gera membuang wajahnya. Laki-laki itu menghela nafasnya pelan. "Gue cuma mau nanya jawaban lo aja."
Adel tersenyum. "Lo 'kan udah janji mau nonton bareng gue. Jadi, gue gak mungkin nerima tawaran Lu-"
"Mervin, panggil dia Mervin," Gera menatap Adel serius.
Adel tertegun. Dia mengangguk samar. "Mervin."
"Terus, kenapa lo gak jawab chat nya dia?"
Adel mengangkat bahunya acuh. "Gak tau mau jawab apa."
Gera terkekeh kecil. "Dasar Lia."
"Udah, gue mau pulang. Kasian Ardi."
"Ayo, gue antar."
Baru saja Adel hendak mengambil tasnya dan menggandong nya. Namun, tangan Gera lebih cepat darinya. Gadis itu mengerutkan dahinya begitu melihat Gera yang menjinjing tas miliknya. Sedetik kemudian, Adel melebarkan matanya sambil tangannya terulur untuk meraih tasnya kembali.
"Eh, Gera, jangan dibuang!"
Gera memandang Adel aneh. "Apaan, sih?"
"Tas gue!"
Gera melirik kearah tangan kirinya yang menjinjing tas Adel. "Gue bawain."
"O-oh," Adel langsung meringis menahan malu.
"Ayo!"
Tangan kanan Gera merangkul Adel dan berjalan keluar dari kelas. Keadaan sekolah yang cukup sepi tidak akan membuat akun instagram miliknya penuh notifikasi hanya karena dia merangkul Adel. Wajar saja, sudah hampir setengah jam setelah bell berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Without You
Teen FictionKehidupan Adel, yang mulanya datar. Kini, berubah drastis ketika dia pindah sekolah ke sekolah yang sama dengan sepupunya. Satu persatu orang datang kedalam hidupnya. Dan lalu pergi dengan dan tanpa salam perpisahan. Hingga, ada satu orang yang memb...