Chapter 3

27 23 0
                                    

Legan membuka jaket biru gelap yang berada ditubuhnya. Lalu dia memakaikannya ke Adel. Adel mengerutkan dahinya begitu mencium wangi jaket biru gelap itu.

"Cologne bayi? Ini jaket lo, Gan? Emang parfum lo abis? Tapi, gapapa deh, lebih tenang cium wanginya. Lo kapan-kapan pake cologne bayi aja lagi," ujar Adel.

Legan terkekeh sebentar lalu menggeleng pelan. "Ini bukan jaket gue. Ini jaket temen gue."

"Temen lo cewek ya? Cieee, udah punya temen cewek. Eh, tapi pasti gemuk, soalnya di gue jaketnya kebesaran, tapi kalau di lo kayaknya pas deh," goda Adel.
Lagi-lagi, Legan menggeleng. "Cowok."

Adel mengerutkan dahinya. "Cowok?! Gila, wangi banget! Gue aja kalah."

Adel yang hendak membuka jaketnya ditahan oleh Legan. "Ish, ini kan jaket temen lo, Gan. Gak mau ah, nanti gue harus berurusan sama temen lo, lo 'kan tau gue lagi selek sama semua temen lo."

Legan menatap Adel tajam. "Lo mau, gak tidur semalaman cuma gara-gara kedinginan batuk-batuk pilek lagi? Lagian, gue juga gak mau dimarahin Bang Rian."

Adel memutar kedua matanya jenggah. "Iya deh, iya. Tapi, gue balikin jaketnya gimana coba?"

Legan mengangkat bahunya acuh. "Itu, sih, urusan lo."

"Kok jadi urusan gue?" tanya Adel bingung.

Legan hanya mengangkat bahunya acuh lalu menaiki motornya. Lalu diikuti oleh Adel. Setelah Adel memeluk erat Legan, Legan melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

"Gan," Adel membuka suaranya setelah lima belas menit mereka terdiam.

"Hmm? "

"Lo gak homo kan? " tanya Adel sambil menyipitkan matanya.

"Ck! Enggak lah! Kenapa emang? Jomblo? Lah, sadar status dong, Mbak, lo juga jomblo," jawab Legan.

"Ish, bukan! Lo kok liat Lucixto waktu itu kayak-gimana, ya? Kayak yang udah lama kenal gitu, terus kenapa jaket temen lo ada ditangan lo? Gue kan takut lo homo," gumam Adel pelan diakhiri dengan kekehan kecil.

"Gue kan masih suka sama cewek, Princess. Lagian gak mungkin gue suka sama Lucixto atau temen gue itu. Mereka memang ganteng, gue akui itu, tapi please, gue normal, lagian gantengan gue kaliii. Lo tau 'kan? Gue cuman belum nemuin cewek yang bener-bener kayak Mama, Kak Sienna, dan lo. Selama ini gue belum pernah nemu cewek yang lembut kayak Mama, penyayang kayak Kak Sienna, dan cantik kayak lo," jawab Legan panjang lebar.

"Gue cuma takut doang, Legan. Lo gak wajib jawab dengan panjang kali lebar, lagian lo pede banget, sih," ujar Adel sambil memukul pelan bahu Legan.

"Kalau lo bukan sepupu gue, udah gue pacarin kali, Del," ujar Legan.

"Gak boleh, Legan! "

"Iya, tau. Gue bukan Angki."

Lalu mereka terdiam dan menikmati dinginnya angin malam yang berhembus dengan anggun. Legan menghentikan motornya didepan rumah Adel. Mereka berdua turun lalu berjalan beriringan ke rumah itu. Adel menghentakkan setiap langkahnya, menandakan bahwa dia sangat jengkel. Dengan kasar Adel membuka pintu yang menjulang tinggi dihadapannya. Rian yang sedang tidur di ruang tamu langsung tersentak dan menghampirinya. Rian mengerutkan dahinya bingung lalu melirik jam dinding. Setengah delapan, dan Rian menyuruh Adel untuk pulang sebelum jam delapan. Hmm, penurut juga ya adek gue, batinnya.

Dia menatap laki-laki yang berada dibelakang adiknya bingung. "Ngapain lo kesini? "

"Bang Rian! Ngapain Bang Rian telepon Legan terus nyuruh gue pulang? Ini baru jam setengah delapan, Ya Allah! Ish, tau ah, Adel mau ganti baju dulu," teriak Adel sambil berjalan melewati kakaknya itu.

Nothing Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang