"Tantee Emma Watson yang cantik, tapi lebih cantikan Lily, i'm homeeeeeee!"
Adel membuka sepatunya dan meletakkannya di rak, lalu gadis itu berjalan memasuki rumah besar yang sering dikunjunginya itu. Gadis itu memasuki area ruang tamu dengan begitu santai tanpa memperdulikan penampilannya. Wajahnya berminyak, seragamnya dikeluarkan, rambutnya digulung asal dan dijepit dengan jepitan hitam miliknya yang membuatnya terlihat seakan tidak memakai jepitan. Dan tasnya dia seret ditangan kanannya.
"Lily! Ada tamu! "
Bibirnya yang asalnya bersenandung agak sedikit keras itu kini terkatup. Matanya melebar sempurna begitu melihat siapa yang sedang duduk disofa mewah milik Emma. Wajahnya tiba-tiba pias. Gadis itu meringis pelan.
"Maaf," Adel menggigit bibir bawahnya malu sambil mendekati dua wanita yang sedang duduk manis diruang tamu.
Begitu berada tepat dihadapan dua wanita itu, Adel langsung menyalami keduanya.
"Gei, kenalin, Adel. Adeknya Legan."
Geisha, wanita itu tersenyum lebar sambil menatap Adel, "Cantik parah, sumpah, Em."
Adel menggigit bibir bawahnya sambil terkekeh tersipu, "Ah, Bu Gei bisa aja."
"Kalau di sekolah, tampilannya cantik. Kalau dirumah, tampilannya cantik banget."
"Iya dong," Emma terkekeh geli, "Anak gue."
Geisha terkekeh kecil, "Sini, duduk Adel."
Adel mengangguk pelan, "Makasih, Bu-"
"Panggilnya Bunda aja."
Adel mengerutkan dahinya bingung. Namun sedetik kemudian, gadis itu tersenyum, "Iya, makasih, Bunda. Tapi, Adel mau ke kamar Legan aja, Bunda, Tante."
Adel berjalan meninggalkan kedua wanita yang sudah tidak muda itu dengan wajah ditekuk. Kakinya menaiki tangga satu persatu. Setelah sampai didepan kamar yang ditujunya, dia membuka kamar yang dominan berwarna gelap itu. Aroma khas Legan dicampur bau rokok yang-entah kenapa-seperti melekat di kamar itu, meskipun tidak ada asapnya. Iya, Legan merokok. Satu-satunya anak The Oce(h)an -nama geng Legan- yang merokok adalah Legan. Eh, sama Aldi dan Angki juga.
Matanya menatap sekelilingnya dengan lamat-lamat. Lalu, pandangannya jatuh kearah benda flat pipih yang bersuara yang diletakkan begitu saja di karpet tebal didepan TV. Keningnya mengerut kala melihat warna benda itu. Benda itu berwarna putih, berbeda dengan Legan yang berwarna hitam dengan casing logo band rock luar yang dia lupa apa namanya. Di layarnya, benda itu menampilkan sebuah nama.
"Legan ganti handphone apa, ya? " gumamnya.
Tapi, yang membuatnya bingung adalah nama yang ada dilayarnya. Alam. Eh, ngapain Alam telponin Legan? Tangan kanannya meraih benda pipih itu. Sambil mengerutkan dahinya, Adel mengusap ikon berwarna hijau itu ke samping. Lalu, diletakannya didekat telinganya.
"Halo, Ger? Lo dimana elah? "
Mata Adel melebar begitu menyadari bahwa yang dipegangnya ini bukan handphonenya Legan.
"Hah?!"
Refleks, Adel menutup mulutnya begitu keceplosan menggumam didekat handphone itu.
"Eh, ini siapa? Kok, suara cew-"
Tut.
Adel meringis pelan. Tangannya memijat pelan dahinya, ini pasti akan menjadi panjang masalahnya. Menghela nafas sebentar, gadis itu menggigit bibir bawahnya malu. Dia harus bilang apa ke orang pemilik handphone ini? Ke Alam? Ke-
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Without You
Teen FictionKehidupan Adel, yang mulanya datar. Kini, berubah drastis ketika dia pindah sekolah ke sekolah yang sama dengan sepupunya. Satu persatu orang datang kedalam hidupnya. Dan lalu pergi dengan dan tanpa salam perpisahan. Hingga, ada satu orang yang memb...