"Om, main dulu, dong."
Surya mencomot donat J.CO yang ada di meja sambil menatap Sigit yang menyeletuk sambil menyeruput milkshakenya. Alisnya naik sebelah mengingat hari ini adalah hari Minggu. Nanggung 'kan kalau main hari Minggu. Apalagi ini sudah jam empat sore. Besok nya Senin. Upacara, Bu Laela, pelajaran Matematika, bimbel. Hah, miris.
"Besok Senin, Git," ingat Surya.
"Iya, kalian gak boleh bolos," Chandra terkekeh kecil. Aneh rasanya menasihati anaknya, disaat dia melakukan hal itu disaat dia berusia sama dengan mereka. "Gak baik."
"Izin sehari bisa, 'kan?" jawab Sigit sambil melirik Gera, membuat semua orang juga memperhatikannya.
Gera yang merasa diperhatikan semua orang langsung mengerutkan dahinya bingung. Laki-laki itu berdeham pelan sambil menjauhkan sedikit gelas kaca yang berisi lemon tea nya.
"Apa? Besok belajar seperti biasa. Gak boleh-"
"Adel ikut, lho, Ger," Legan menyeringai kecil.
Adel melebarkan matanya kaget. "Apaan, sih, Gan! Gue 'kan gak bilang mau!"
"Tapi, lo mau 'kan? Besok ada ulangan Matematika. Lo emangnya udah latihan?"
Adel mengatupkan bibirnya. Gadis itu mendelik tidak suka. "Okey, just one day."
"Tuh! Si Lily Maymac nya mau, Ger!" timbal Aldi heboh.
Gera mengangkat bahunya acuh. "Gue sih terserah. Emangnya Om Chan nya ngebolehin?"
Chandra tersenyum kecil, "Sehari, ya?"
"Iya, Pa. Please, kita ke Puncak, atau ke pantai gitu. Nginep di villa," Seinna nyengir. "Mumpung Sienn ada di sini."
"Dua hari aja gimana?" Chandra menatap sekumpulan remaja itu.
Sedangkan mereka hanya mengelus dada menghadapi sifat lupaan Chandra yang semakin hari semakin membuat mereka melafalkan kalimat penyabar hati. Sedangkan Sienna hanya tersenyum manis sambil menyentuh lengan Ayahnya. Dia sebenarnya juga gemas dengan sikap Chandra yang sedikit-dikit mirip Ardi. Cerdas, tapi suka lupaan.
"Pa, hari Selasanya, 'kan kita mau party di pernikahannya Kakaknya Gera."
Chandra langsung tersenyum kikuk. "Oh, iya! Papa lupa, hehe."
"Berarti boleh, dong?" Angki tersenyum lebar.
"Yaudah," Chandra memandang mereka bergantian. "Emang mau kemana?"
"Puncak!"
"Pantai!"
Sienna langsung melotot kearah adiknya yang menyebutkan nama tempat yang berbeda dengannya. Wanita itu mengerucutkan bibirnya kesal. Jelas dia ingin ke Puncak. Daerah dia kuliah berbeda dengan Aiden. Disana sudah panas, banyak pantai. Ya, kali-kali ke Puncak.
"Jadi mau kemana?" ulang Chandra.
"Pun-"
"PANTAI!" seru Legan kali ini lebih bersemangat.
"Ambil suara aja," celetuk Rian.
"Yaudah, okey," Sienna tersenyum miring meremehkan Legan dengan saran tempatnya.
"Yang pilih Puncak, siapa?" tanya Chandra.
Sienna, Sella, Rian, dan Sigit mengacungkan tangan mereka. Sienna melebarkan matanya kearah Adel, agar cepat-cepat mengacungkan tangannya. Namun, yang ditatap malah menatap sekelilingnya. Menghitung siapa saja yang mengacungkan tangannya. Melihat siapa saja yang mengacungkan tangannya, Legan langsung berdiri sambil bersorak girang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Without You
Teen FictionKehidupan Adel, yang mulanya datar. Kini, berubah drastis ketika dia pindah sekolah ke sekolah yang sama dengan sepupunya. Satu persatu orang datang kedalam hidupnya. Dan lalu pergi dengan dan tanpa salam perpisahan. Hingga, ada satu orang yang memb...