Chapter 27

6 1 0
                                    

Seorang laki-laki lengkap dengan seragam olahraga nya itu mengerjapkan matanya beberapa kali. Keningnya mengerut begitu matanya menangkap cahaya yang begitu terang. Wajahnya tiba-tiba pias melihat seorang wanita sedang menatapnya tajam. Laki-laki itu langsung terduduk dan meringis pelan begitu merasakan kepalanya pening. Sedangkan wanita yang menatapnya tajam itu tiba-tiba saja mengambil lengannya dan menggigitnya.

"Ah, ah! Bunda sakit!" Gera mengelus tangannya yang tadi digigit Geisha.

Geisha melipat kedua tangannya didepan dada. Tangannya kini menarik telinga Gera keatas. "Mana yang sakit, hm?"

"Bunda udah, atuh!" Talia kini melepaskan lengan Geisha dari telinga Gera. "Kasian Gera nya."

"Iya, tuh," Gera mengusap telinganya sambil cemberut. "Gera abis pingsan juga, malah dimarahin."

"Suruh siapa gak makan?!" tanya Geisha sewot.

Gera mengerutkan dahinya bingung. "Emang kata dokter apa?"

Baru saja tangan Geisha hendak mencubit pipi Gera, tangan Talia lagi-lagi menghalangi.

"Bunda, istighfar, ih!"

Geisha menutup matanya sebentar. Wanita itu menghela nafasnya pelan. "Gue panik pas tau lo pingsan! Mana lagi rapat guru. Hampir mau nangis tau, gak?!"

Gera langsung menggaruk tengkuknya. Rasa bersalah mulai menggerogoti hatinya. "Maafin Gera."

"Ayah lo juga hampir mau batalin semua rapat tadi. Temen-temen lo juga hampir mau pada kesini," wajah Geisha langsung berubah menjadi lebih muak lagi. "Eh, pas tau lo pingsan karena telat makan, langsung pada ngedumel, deh."

Gera meringis pelan. "Maaf."

"Makanya, lain kali sebelum latihan itu makan, Ger," ucap Sigit sambil membuang nafasnya pelan.

Gera langsung nyengir. "Hehe."

"Nyengir lagi," Geisha memutar kedua bola matanya jengkel.

"Bunda marah-marah mulu, cepet tua, lho."

Geisha semakin ingin memakan Gera lahap-lahap. Dia masih kesal saat dimarahi dokter karena mengira Gera tidak diberi makan. Kepanikannya kini berubah menjadi kejengkelan yang luar biasa besarnya.

"Lo gak makan mulu, cepet tua, lho, Ger," Legan terkekeh garing.

Bukannnya membalas joke Legan, Gera malah mematung. Mata coklat terang nya kini bertemu dengan mata hitam legam milik Adel. Gadis itu bersembunyi dibalik tubuh Legan sambil menggigit bibir bawahnya grogi. Menyadari Gera menatapnya, Adel kini mulai panas dingin. Apalagi, tatapan terkejut Gera kini berubah menjadi tatapan tajam seakan tidak suka dia ada di kamarnya. Sedetik kemudian, Gera memalingkan wajahnya.

Melihat wajah Gera yang berubah karena melihat Adel, Geisha pun langsung terdiam. Apalagi, terlihat jelas bahwa Gera tidak menerima penuh kehadiran Adel di kamarnya. Wanita itu mengerjapkan matanya. Setaunya, hubungan mereka baik-baik saja.

"Bun, ke bawah, yuk. Talia belum kasih makan Retti," Talia menggerakkan kepalanya kearah kanan. Seakan mengode Geisha agar pergi dari kamar Gera.

Namun, Geisha malah mengerutkan dahinya bingung. Setelah melihat mata Talia yang seakan menjelaskan semuanya, Geisha langsung menepuk pelan dahinya.

"Oh iya, lupa! Bunda juga harus siapin susu buat Retti!"

Kini, Gera yang mengerutkan dahinya bingung. "Retti siapa, lah?"

Geisha yang sudah berada diambang pintu, menoleh ke belakang. Wanita itu meringis pelan dan berfikir sejenak. "Semut."

"Semut?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nothing Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang