Beberapa hari berlalu dan kini, seorang gadis diatas ranjang itu menggeliat begitu merasakan getaran di samping nya. Matanya menyipit sambil melihat siapa yang mengganggu tidur nyenyaknya. Dahinya berkerut, siap-siap merutuki orang itu didalam hati. Namun, begitu melihat nama yang meneleponnya, gadis itu terduduk. Matanya yang tadinya menyipit, langsung melebar sempurna. Gadis itu berdeham pelan, untuk menetralisir suaranya. Lalu, dengan hati-hati, gadis itu mengusap lembut ikon hijau disudut layar handphone nya.
"Halo?"
Adel menyulum senyumannya. Gadis itu bingung harus berkata apa. Setelah melakukan buang dan hirup napas, gadis itu berani membuka bibirnya. "Y-ya?"
Terdengar senyap, lalu, kekehan disana mengiang-ngiang ditelinga Adel. Membuat gadis yang baru saja bangun itu panik seketika. Ya ampun, ini sudah jam setengah enam lewat pagi. Dan dia baru bangun. Dan, lebih parah lagi, hari ini dia harus sekolah. Hari ini hari Senin. Oh, shit!
"Baru bangun, Princess?"
Adel langsung meringis. Apa suaranya begitu terdengar baru bangun? Padahal, dia hanya berkata dua huruf. "Kenapa, Ger?"
"Enggak, gue cuma ... mau nanya, lo ke sekolah bareng siapa?" Adel yakin, disana Gera sedang menahan senyum.
"Em, Legan? Mungkin," Adel langsung tersenyum lebar tanpa dapat dicegah. Dia tau kearah mana Gera akan membawa arah pembicaraan mereka.
"Mau ... bareng gue?"
"Boleh!" Adel yang berteriak didalam hati, bahkan, gadis itu berdiri diatas kasurnya. Namun, beberapa detik setelahnya, dia langsung berdeham, dan kembali duduk diatas kasur dengan senyuman lebarnya. "Em, maksud gue, boleh aja. Kalau Legan gak keberatan."
"Oke, nanti gue chat Legan," terdengar desisan penuh kemenangan disebrang sana. "Biasanya Legan kesana jam berapa?"
Adel melihat jam dindingnya. "Jam setengah tujuh."
"Oke, lima menit sebelum setengah tujuh, gue udah ada didepan rumah lo."
Adel langsung beranjak dari kasurnya. Gadis itu langsung mengambil baju mandinya dengan handphone yang diapit oleh kepala dan bahunya. "Siap!"
"Yaudah, siap-siap, sana! Pasti belum mandi," Gera tertawa mengejek Adel.
Adel mendengus jengkel sambil membuka pintu kamar mandinya. "Lo juga pasti belum."
"Udah cepetan sana. Gue tutup."
Tanpa menunggu apapun, Adel langsung menaruh handphone nya di nakas dan langsung memasuki kamar mandinya. Perlu beberapa menit baginya untuk mandi. Mengingat, dia akan dijemput Gera. Gera, Sang Pusat Perhatian, itu lho! Bukan Legan yang selalu ditatap dengan tatapan segan oleh orang-orang. Tapi, Gera, yang ditatap kagum oleh semua orang.
Selesai mandi, gadis itu langsung memakai seragamnya, dan memoles tipis make up diwajahnya. Dan menyemprotkan banyak parfum. Iya, hal ini jarang terjadi karena Adel sangat masa bodo dengan aroma tubuhnya. Namun, entah kenapa, Adel mengambil body mist nya dan memakainya seperti orang kesurupan. Setelahnya, gadis itu merapihkan barang-barangnya dan mengambil jaket biru gelap yang sudah lama dia gantung dikamarnya. Entah siapa pemilik nya, Adel lupa. Mungkin Legan, or Aiden, atau Rian, bahkan mungkin Ardi. Entahlah, yang pasti jaket itu milik laki-laki.
"Anjay, jaket temen Legan!" Adel memekik kaget begitu gadis itu mengingat jaket yang kini berada ditangannya adalah jaket seseorang yang tidak dikenalnya.
Awalnya, dia ingin menaruh kembali jaket itu, tapi diurungkannya karena hari ini mungkin akan turun hujan. Dan semua jaketnya kotor. Begitu pula hoodie nya yang masih basah karena turun hujan terus menerus. Dengan mengangkat bahunya acuh, gadis itu mengambil tasnya dan turun kebawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Without You
Teen FictionKehidupan Adel, yang mulanya datar. Kini, berubah drastis ketika dia pindah sekolah ke sekolah yang sama dengan sepupunya. Satu persatu orang datang kedalam hidupnya. Dan lalu pergi dengan dan tanpa salam perpisahan. Hingga, ada satu orang yang memb...