Chapter 5

24 23 0
                                    

"Bunda, mau sekolah, ah! "

Gera sudah merengek seperti itu lebih dari dua belas kali. Dan Bundanya yang melotot ke arahnya.

"Gak boleh, sweetheart" jawab Bundanya.

"Ish! Bunda Gera bukan cewek yang sering digombalin Gera! " keluh Gera.

Bundanya melotot kearahnya. "Udah berani gombal-gombalan?!"

Gera meringis pelan. "Enggak kok, enggak! "

Bundanya memutar kedua bola matanya malas. "Gak boleh gombal-gombalan mulai sekarang, mah! Pokoknya gak boleh!"

Gera kini memutar kedua bola matanya. "Iya, tapi sekarang Gera sekolah, ya, Bun? "

"Gak, lah! Ini udah jam sembilan, Gera! Gerbangnya udah ditutup! " teriak wanita itu.

Gera mendengus kesal. "Bunda, sih! Kalau gak boleh sekolah, mah, Gera gak akan bangun sepagi ini."

Wanita itu terkekeh. "Pokoknya lo gak boleh kemana-mana! Gue mau ke sekolah, tapi, lo gak boleh ikut! "

Gera menghela nafas berat. "Ikut, ya, Bun? 'Kan Gera juga harus kiss bye sama fans-fans Gera di sekolah. Terus-"

"Kita ke Bandungnya cuma lima hari, Gera! " potong Geisha.

"Ya tapi tetep aja. Nanti disangka Gera penyakitan gara-gara izin sakit terlalu lama," bantah Gera.

Geisha menghela nafas pelan. Lalu mengangguk pasrah. "Tapi, habis itu kita langsung ke Bandung!"

Gera tersenyum lebar. "Oke! "

Setelah dokter mengizinkan Gera untuk pulang, Geisha dan Gera memutuskan untuk ke Bandung. Ke rumah saudaranya Gera yang sekarang sedang dioperasi usus buntu. Menyusul Ayahnya yang duluan kesana.

---

Gera tersenyum lebar begitu menginjakan kaki ke sekolahnya. Rasanya seperti satu tahun tidak kesini. Laki-laki itu menoleh ke arah ibunya yang sedang berbicara dengan Bu Jemmi.

"Gera jalan-jalan dulu ya, Bun" ujarnya.

Geisha mengangguk. "Jangan lama-lama! "

Gera mengangguk samar lalu berjalan. Koridor yang sekarang sepi membuatnya dengan leluasa berjalan. Dia melewati kelas demi kelas. Setiap dia melewatinya, pasti didalam kelas langsung berbisik-bisik tentangnya. Namun berbeda saat dia melewati kelasnya. Dia berhenti sebenatar dan menatap kedalam kelasnya.

"G-Gera? "

Dia mengerjapkan matanya begitu mendengar gadis berambut cat ungu yang sedang menggumamkan namanya. Gadis itu menatapnya dalam. Dengan cepat, laki-laki itu menundukan kepalanya dan berjalan melewati kelasnya. Langkah kakinya menyeretnya ke kelas dua belas-H. Dia menatap orang-orang yang sedang fokus pada pelajarannya. Lalu, Legan menangkapnya. Laki-laki itu dengan cepat izin keluar dengan alasan ada yang menelponnya. Dan Bu Ann,mengizinkannya.

Setelah keluar, Legan menarik tangan Gera ke tempat yang jauh dari kelas-kelas. Laki-laki itu mengambil sesuatu didalam saku celananya. Lalu dia menyerahkan kertas lusuh itu ke Gera. Gera mengerutkan dahinya lalu mengambil kertas itu.

'Lo tolak tantangan gue?! Haha, pengecut! Gak sadar apa, sesuatu yang berharga dikamar lo ilang? Kalau lo tolak tantangan gue lagi, gue janji ke lo, lo dan teman-teman lo itu bakal dapet kejutan dari gue. Salam hangat.

-Mervin'

Gera mengepalkan tangannya. Dia menatap Legan. "Apaan? "

"Kayaknya sih, album foto," jawab Legan.

Nothing Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang