Bab 7 ( Better Version )

6.9K 828 80
                                    

Vira akhirnya berpamitan, meninggalkan rumah itu dengan langkah cepat. Begitu sampai di depan gerbang, ia segera menegur pria yang dengan santainya duduk di kap mobilnya. Ini jelas tidak sopan!

"Mas, maaf. Jangan duduk di situ, itu mobil saya," tegur Vira, berdiri di depan lelaki yang... tampan.

"Mas?" panggil Vira lagi, kali ini nadanya lebih tegas. Namun, pria itu hanya diam, tidak menggubrisnya. Kesal, Vira menggerutu pelan.

"Minggir, Mas. Saya mau pergi," usir Vira dengan nada sedikit kasar. Pria itu akhirnya melirik Vira dengan ujung matanya, kemudian berdiri perlahan, kini berada persis di sebelahnya.

Vira segera mundur beberapa langkah, merasa terganggu oleh kedekatan itu. Saat ia hendak membuka pintu mobilnya, tangan pria itu tiba-tiba menahan pintu tersebut. Vira berbalik, menatap tajam pria misterius yang sejak tadi membuntutinya. "Siapa sih kamu? Mau apa kamu dari saya?!" Amarah Vira akhirnya meledak, suaranya memecah keheningan.

"Kita bicara di dalam mobil. Aku akan menjelaskan semuanya," jawab pria itu dengan tenang.

Vira mendengus kesal, tapi akhirnya menyerah. Ia masuk ke dalam mobil, menunggu pria misterius itu melakukan hal yang sama. Setelah pintu tertutup, ia menatapnya dengan mata menyipit.

"Cepat, bicara."

"Jalankan mobilnya dulu," kata pria itu santai.

"Ya Tuhan... Oke, oke!" gerutu Vira, lalu menyalakan mesin mobil dan mulai berjalan perlahan. Perjalanan mereka masih sepi ketika akhirnya pria itu mulai berbicara.

"Aku adalah hantu tanpa kepala."

Ciiitt!!

Mobil Vira mendadak berhenti mendadak. Tubuhnya terhempas ke depan sedikit karena kerasnya rem yang diinjaknya. Dia menoleh, menatap wajah pria itu dengan ekspresi tak percaya.

"Benar. Wajah yang kamu lihat ini... itu adalah wajah asliku, sebelum kepalaku hilang saat dipenggal oleh warga di sini. Mungkin kepalaku terlempar entah ke mana. Aku dulu pelayan setia Tuan Dirk dan Tuan Dios," jelasnya dengan suara tenang dan penuh penyesalan. "Aku mohon, carilah kebenaran tentang rumah itu, tentang semuanya."

Vira menelan ludah, pertanyaan akhirnya keluar dari bibirnya. "Lalu... kalau begitu, kamu pakai kepala siapa sekarang?"

"Kepala ini hanyalah ilusi. Jika kamu melihatku dari arah kaca, kepalaku tetap buntung," ucap Ares dengan nada tenang. Cepat-cepat Vira menoleh ke arah kaca depan mobilnya, dan benar saja—sosok pria itu tampil tanpa kepala. Bulu kuduk Vira berdiri, rasa takut merayap naik di punggungnya.

Hantu itu menyenderkan punggungnya—di jok mobil, sambil tersenyum samar dalam bayangan ilusi wajahnya. "Namaku Ares, seperti dewa perang Yunani."

Vira hanya mengangguk, berusaha mengendalikan dirinya, lalu menjalankan mobilnya kembali. "Jadi, mau ke mana lagi sekarang?" tanya Ares, matanya memandang lurus ke jalan di depan.

"Apa tugas kamu? Menjagaku?" Vira balas bertanya, penasaran.

"Bisa dibilang begitu. Mau pulang? Pulanglah. Dirk menunggumu di rumah," jawab Ares, membuat Vira terdiam sejenak. Hatinya bergetar mendengar nama itu. Apakah Dirk benar-benar merindukannya? Bagaimana bisa? Hubungan mereka terlalu singkat, dan bukankah Dirk hanyalah arwah yang belum menemukan ketenangan?

"Iya, aku mau pulang. Apa Dirk sudah keluar dari cermin?" tanyanya, setengah berharap.

"Belum," jawab Ares sambil menatapnya dalam-dalam. "Dia menitipkanmu padaku. Apakah kamu ingin langsung mencari tahu asal-usul rumah itu?"

"Tentu saja," jawab Vira tegas, meski ada keraguan yang mengintip di balik suaranya.

Ares menatapnya dalam keheningan, seakan ingin menelusuri jiwa gadis itu. Ada sesuatu dalam diri Vira yang mengingatkannya pada seseorang dari masa lalu Dirk. Gadis ini sangat mirip... mungkinkah dia reinkarnasi?

MR. DIRK (up again GITM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang