Bab 41

4.2K 526 43
                                    

"Aku pengen bicara Babe." Kata Dirk duduk di ujung kasur, memperhatikan Vira yang tengah menyusun baju di lemari, ia baru selesai menyetrika.

"Apa?" Jawab Vira tidak menoleh sedikitpun, ia tetap sibuk menyusun baju-bajunya.

"Kamu kecewa gak, wajahku tidak seperti dulu? Aku merasa kecewa. Ini bukan aku, si Hantu yang kamu takuti dulu."

Vira berbalik, berkacak pinggang di depan Dirk. "Aku gak takut ya, cuman shock aja dulu. Lagian, ini lebih dari cukup, aku seneng kamu kembali, gak apa-apa bukan tubuh dan wajah kamu, yang terpenting itu jiwa kamu. Cinta, sayang dan Dirk yang aku kenal dulu."

Kata kata Vira membuat dada Dirk menghangat, ia beruntung bertemu Vira. Ya dia memang Vira, meskipun bukan Fatimah, meskipun wajahnya mirip, tapi Dirk mencintai Vira. Fatimah cinta masa lalunya, Vira cinta masa kini dan masa depannya.

"Terimakasih."

"Gak perlu makasih.." Vira kembali menyusun baju-baju itu. "Udah seharusnya." Lanjutnya lagi.

Setelah selesai, ia mendekat pada Dirk dan mengambil handuk yang di duduki lelaki itu. "Handuk kalau udah pake itu di jemur, basah tau. Jamuran nanti." Ujar Vira, membentangkan handuknya dan menjemurnya di jemuran lipat yang ada di balkon kamar mereka.

"Iya, cerewet." Kekeh Dirk, lalu berbaring di kasur yang sudah Vira rapihkan.

"Namanya ibu-ibu mah pasti cerewet. Demi kebaikan cerewetnya juga, lagian aku masih belum sah jadi seorang ibu, la wong Ayahnya anak-anak aja belum nikahin aku." Katanya sambil berlalu membawa keranjang rotan tempat cucian kotor.

Kata-kata kekasihnya tadi, membuat hati Dirk berdebar. Ia lupa, mau melamar Vira. Jangan dibiarkan terlalu lama, baru saja kekasihnya itu meng-kodenya agar cepat dinikahi. Dirk hanya tersenyum tipis, nanti sore saja. Pagi ini ia mau bolos kerja, mau tidur dulu.

***

"Pakein dulu popoknya, Hans baru berak tadi. Jangan lupa kasih minyak telon perutnya, terus lap yang bersih pantatnya lagi, jangan sampai masih kotor. Mbak mau ke pasar dulu..." Ucap Vira yang sedang sibuk mengambil tas belanjaan kosong di laci dapur, ia bulak-balik melihat apa saja yang kosong, dan perlu dibeli.

Sementara Dios masih berhadapan dengan Hans yang menatapnya malas. Mereka ada di ruang keluarga yang dekat dengan dapur, Hans tertidur dengan tenang, ia tidak memakai celana karena baru saja berak dan sudah di bersihkan Vira tinggal tetek bengek yang lainnya yang harus di lakukan Dios.

Dios menggaruk kepalanya, apa saja tadi kata Vira?

"Terus, pakein celana yang agak panjangan, sekarang kan lagi musim dingin. Abis itu kasih susu ya, yang di kulkas khusus ASI tapi panasin dulu, pas mau di kasih, ukur dulu di tangan kamu, masih panas apa udah anget susunya. Awas jangan langsung di kasihin gitu aja. Udah ya, mbak tinggal dulu." Perempuan itu segera pergi ke pasar, karena takut kehabisan bahan makanan. Ia mengambil kunci mobilnya dan buru-buru pergi.

Sepeninggal Vira, Dios masih terduduk di depan selangkangan Hans yang sudah bersih. Menghela nafas, Dios sebagai Om yang sayang ponakan itu, kemudian mengambil celana, eh salah popok dulu.

"Haaaaaahh.. oke! Pake popok dulu,"

"Salah!" Kata Hans.

"Apa?! Popok dulu, baru celana." Dios ngegas, lalu melotot, sambil menyentil penis mengkerut Hans.

"Ya! Gak boleh pegang-pegang asetku ya Om! Dasar Om kampret."

"Diem. Sini, pake popok dulu."

"Pake minyak telon dulu, di perutku!"

"Oh iya.." Dios menaruh popoknya lagi, lalu mengambil minyak telon, ia langsung menumpahkan minyak telon itu ke perut Hans banyak, lalu mengusapkannya dengan pelan.

MR. DIRK (up again GITM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang