Malamnya, Vira terus saja muntah-muntah. Badannya sudah lemas bersandar pada tembok kamar mandi. Ia sudah mencoba meminum obatnya yang belum habis kemarin tapi keluar lagi karena muntah, Dirk baru saja kembali dari kamar adiknya setelah bercerita panjang lebar tentang kehidupan mereka dulu.
Lelaki itu mencari kekasihnya kesana kemari, saat membuka pintu kamar mandi ia mendapati Vira sedang terduduk lemas bersandak pada tembok. Dirk lantas segera mengangkat Vira dan menidurkannya di ranjang yang hangat dan empuk.
"Ada apa? Wajahmu pucat sekali sayang." Tanya Dirk khawatir, Vira menggeleng lemas. Mengusap-usap perutnya yang terasa bergejolak aneh.
"Hanya sakit biasa, mungkin besok aku harus ke rumah sakit." Ujar Vira bibirnya sedikit ditarik untuk tersenyum ia tidak mau membuat Dirk khawatir.
"Baiklah, biar nanti ditemani Dios juga. Apa yang sakit? Bagian mana?" Ucap Dirk lembut.
"Disini. Aduh sakit" rintih Vira sembari menunjuk perutnya yang kini terasa kram mendadak. Dirk lalu mengelus perut Vira dengan lembut, menatap gadisnya itu dengan senyuman yang tak pernah ia tunjukkan pada siapapun, terkecuali orang yang ia cintai.
Kemudian hening, tidak ada obrolan diantara mereka. Suasana nampak begitu tenang, membuat Vira kemudian perlahan-lahan menutup matanya karena kantuk, dan nyamannya elusan Dirk pada perutnya.
Dirk lalu merunduk, mencium kening kekasihnya itu lama. Lalu mengecup mata dan turun ke bibirnya. "Selamat tidur, cintaku."
Lalu Dirk memposisikan tubuhnya berbaring di samping Vira, tanpa berhenti mengelus-elus perutnya.
..
07:35 WIB.
Dios berjalan lambat di tangga rumah, matanya masih ingin terpejam tapi perutnya sudah minta untuk diisi, jadilah ia sekarang bangun meskipun matanya setengah tertutup.
Ia hapal betul jalan menuju dapur di rumah ini, jadi sambil memejamkan matapun ia tidak akan tersesat atau jatuh. Sedangkan Vira sedang berkutat menyiapkan sarapan untuk Dios bagaimanapun ia mempunyai tanggung jawab untuk mengurus adik 'ipar' nya itu.
Jangan tanyakan Dirk kemana, sudah jelas ia pergi saat subuh bersama Ares entah kemana, Dirk tak pernah memberitahu Vira.
Dios menarik salah satu bangku dan ia duduk, Vira menaruh susu hangat dan sepiring roti panggang diberi selai kacang diatasnya. Lalu Vira ikut duduk disebrang Dios, menyantap roti panggangnya juga.
"Kakak kemana?" Tanya lelaki tanggung itu.
"Nggak tau, dari subuh udah gak ada. Emang kenapa?"
"Semalam aku bertemu anak kecil bermuka tua di depan balkon kamar tidurku. Kupingnya panjang, kepalanya botak! Aku tendang saja, habisnya dia terus melihat ke arahku. Sambil sesekali tertawa, dasar anak kecil kurang ajar!" Dumel Dios diakhir ucapannya, ia lalu meminum susu hangatnya dan lajut makan.
Vira berfikir sejenak, apa itu tuyul ya? Seram sekali. Tiba-tiba saja bulu kuduknya merinding, ayolah ini masih pagi. "Kamu tahu dia anak siapa? Atau gelandangan kah? Malam-malam ada di balkon kamar orang. Tidak sopan!"
"Eum.. itu Ha-hantu Dios. Namanya tuyul, hantu lokal." Terang Vira takut-takut.
"Cih! Tidak berkelas. Masa pakai celana dalam doang, memangnya semasa dia hidup orangtuanya begitu miskin sampai tidak kebeli baju? Kasihan sekali." Cemooh Dios, Vira menepuk jidatnya geleng-geleng.
"Dia tidak pernah dilahirkan, ada begitu saja."
"Ah satu lagi, pas aku tendang dia sampai jatuh dari balkon, ada seorang perempuan di atas pohon depan kamarku sedang tertawa. Aku marahi saja, lalu aku ancam dengan pistol yang aku punya. Dia semakin tertawa, aku tambah kesal lalu ku panggil saja para ajudanku, mereka datang dan mengusir wanita sialan itu." Glek. Oke! Vira benar-benar merinding sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. DIRK (up again GITM)
УжасыDirk adalah arwah penasaran, seorang pria yang kehilangan nyawanya secara tragis di rumahnya sendiri, dibantai oleh sekelompok orang yang tak pernah bertanggung jawab atas perbuatan mereka. Sementara itu, Vira yang merasa jenuh dengan hiruk-pikuk ko...