Bab 20

4.6K 729 150
                                    

Setelah tahu Vira hamil, Dirk semakin posesif. Vira bangun untuk menyiapkan sarapan saja tidak boleh. Dios menjadi kesal, pasalnya ia tidak bisa memasak, yang benar saja sekarang ia harus menyiapkannya sendiri.

"Ini alat-alat masak Modern kak! Mana aku tau!" Protes Dios.

"Kamu kan pasti tau cara membuat, pancake. Mudah bukan?"

"Zzzzz.. tapi jaman sudah berubah. Aku tetap tidak bisa! Minta bantuan Vira, aku ingin dia yang memasak sarapannya!" Dirk menatap adiknya itu dengan kesal, Dios menjulurkan lidahnya pada kakaknya itu, lalu berlari ke kamar Vira dan Dirk.

"HEI!! Vira sedang hamil, bodoh!" Dengan secepat kilat Dirk terbang menyusul adiknya yang menyebalkan. Sama-sama sudah sampai di depan pintu kamar, Dios terlebih dahulu masuk. Ia melihat Vira yang tengah berbaring lemas. Bibirnya pun terlihat pucat, sebelah tangannya terus mengusap-ngusap perutnya yang masih terasa mual.

"Vira!! Aku mau makan." Pinta Dios sedikit berteriak. Dirk memukul kepala adiknya dengan keras, "bodoh! Cepat keluar. Vira sedang istirahat, jangan makan kamu sekalian!" Marah Dirk, Dios hanya menunduk sembari mengusap-usap bagian kepalanya yang terkena pukulan kakaknya itu.

"Tapi.. aku.. lapar" suara adiknya itu agak bergetar ingin menangis, Dirk bertambah kesal. Ia malah duduk di samping Vira dan ikut mengelus-elus perutnya.

Mendengar keributan di dekatnya, Vira bangun membuka matanya yang terasa berat. Melihat Dirk dan Dios bertengkar, ia mendengar tadi karena Dios lapar. Vira ingat ia harus menyiapkan sarapan untuk Dios, tapi keadaannya memaksa untuk tetap di atas tempat tidur.

"Lapar ya?" Tanya Vira, Dios hanya mengangguk. Tapi belum berani mengangkat kepalanya, karena takut oleh tatapan Dirk. Vira mengambil handphonenya lalu membuka aplikasi ojek online, untuk pesan makanan.

Vira memesan menu yang kira-kira pas untuk sarapan, beserta minumannya. Kebetulan ia juga belum sarapan. Setelah selesai, Vira mencoba bangun untuk duduk dibantu Dirk perlahan, Vira bisa duduk senyaman mungkin.

"Nanti kita sarapan sama-sama ya, sekarang mandilah dulu. Ganti baju, tunggu di ruang tamu aja." Suruh Vira, adik manja Dirk itu mengangguk mengerti lalu keluar kamar.

Dirk menatap Vira dalam, terkadang Vira bersikap selembut itu yang membuat Dirk langsung meleleh dibuatnya. Kekesalan pada adiknya tadi mulai berangsur-angsur menghilang.

"Kenapa natap aku kayak gitu?"

"Kamu cantik dan sempurna menurutku."

"Lebay! Udah ah, sana. Aku mau ganti baju"

"Emang udah gak mual? Pakai baju tidur juga tidak masalahkan?"

"Hemm.. iyasih. Tapi gak enak ah, udah siang juga. Keluar sana, aku mau ganti baju"

"Aku sudah tau luar dalam kamu, lalu kenapa takut?"

"Bukan gitu, lagi gak pengen kamu ada di depan aku aja. Bawaannya sebel, kalo kamu liatin aku" satu alis Dirk terangkat, ia heran. Biasanya Vira biasa saja jika diperhatikan olehnya. Apa ini bawaan bayi?

"Baiklah, jangan lama-lama."

"He'em"

Setelah itu Dirk menembus pintu, lalu pergi. Vira berdecak, apa tanda-tanda ibu hamil yang lain mulai bermunculan? Lalu jika perutnya tambah membesar, bagaimana ia bekerja? Vira takut dipecat. Jika ia ketahuan hamil diluar nikah.

Mendekati almari yang nampak berwarna cokelat pekat, tidak biasanya. Seingat Vira almari kayu jatinya itu berwarna cokelat agak muda, kenapa sekarang nampak berbeda?

Menghiraukan itu, Vira mengambil dress panjang tidak berlengan. Berwarna putih, bercorak bunga-bunga. Lalu memadukannya dengan cardigan berwarna abu-abu. Nampak sangat pas di tubuh langsingnya. Tak lupa mengikat rambutnya asal, kuncir kuda. Kemudian Vira keluar kamar, ketika sudah sampai di ruang tamu, Dios dan Dirk sudah menunggunya disitu.

MR. DIRK (up again GITM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang