Bab 18

4.2K 643 71
                                    

Akhirnya Dios bisa naik Eksalator dibantu Vira, dengan tatapan orang-orang yang memandang mereka aneh. Dirk menahan tawanya yang ingin meledak, lihatlah adiknya itu. begitu lucu, seperti bayi yang baru keluar rumah, dari satu toko ke toko yang lainnya ia selalu cerewet. Bertanya ini dan itu, selalu ingin tahu.

Ada saat ketika Dios melihat sepeda untuk anak kecil dipajang di kaca depan toko, ia tidak mau beranjak dari sana. Terus memperhatikan sepeda itu sambil mengelus-elus kacanya, ia terlihat sangat ingin memiliki sepeda itu. Vira dengan cepat menolak, harganya mahal dan ia belum gajian.

Sekarang mereka tengah berada di toko baju merk yang ternama, Adidas. Nama besar di depan toko itu berada, Vira sibuk mencari-cari baju yang bagus untuk Dios. Berjalan kesana kemari, sedangkan Dios masih merasa asing dengan tempat ia berada kini.

"Kaka?" Bisik Dios pada Dirk.

"Hmm.."

"Ramai sekali tempat ini, sangat jauh tidak seperti jaman kita dulu."

"Kata Vira ini jaman Modern, semua teknologi dan kemajuan apapun berkembang pesat. Sangat jauh berbeda, semua sudah hampir sempurna pada jaman ini."

Dios hanya manut-manut saja, sedangkan Vira sibuk mengambil beberapa baju dan sepatu untuk Dios.  "Kesini dulu, cobain ini." Titah Vira.

Lelaki itu mengambil baju yang disodorkan Vira, mengernyit heran. Bajunya bagus sih, hanya saja memang Dios belum terbiasa melihat baju-baju Modern ini. Vira menarik lengan Dios ke tempat kamar ganti baju, mendorong adik Dirk itu ke dalam, dan menaruh beberapa potong baju dan beberapa pasang sepatu di atas tempat duduk di dalam sana.

"Cobain bajunya, mana yang cocok kita beli ok!" Setelah berujar demikian, Vira menutup Tirai kamar ganti itu.

Dengan wajah bingung, dan sebelah tangannya menggaruk tekuknya yang tak gatal, Dios meraih satu potong baju lalu membentangkannya di depannya. Lalu berkaca, "jadi, bagaimana cara memakainya?"

"Aiihhh.." desah Dios frustasi.

Dios ingin menangis, bagaimana cara pakainya? Dirk tiba-tiba masuk. Menepuk pundak Dios lalu tersenyum. "Kakak bantu, ayo sini."

Senyum Adiknya itu mengembang, "buka dulu bajunya, lalu ganti pakai ini."

Sementara Vira diluar melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, lama sekali. Apa Dios tidak mengerti cara pakainnya ya? Kan cuman tinggal masukkan ke kepala loloskan sampai pas di badan. Memang sih, zaman dulu berpakaian itu beda. Malah ribet zaman dulu, berlapis-lapis mereka memakai baju.

Tidak lama, Tirai kamar ganti disibak. Dios keluar memakai kaos Adidas berwarna hitam dan celana panjang Adidas tidak lupa sepatunya juga. Vira mengangkat kepalanya, ia melongo. Seakan tak percaya, lihatlah. Tampan sekali adik Dirk.

Lelaki muda itu menunduk, melihat takut-takut ke arah Vira. Gadis itu bangun, lalu tersenyum lebar. "Bajunya cocok di kamu, gih. Ganti yang lain lagi, nanti kita beli baju yang lain, dilain toko. Sampe kamu puas!"

Senyum Dios merekah. "Benarkah?"

"Iya. Setelah itu kita makan"

Sultan mah bebas~

...

2 jam kemudian, setelah lelah berkeliling Trans Studio Mall Bandung yang luas. Mereka memutuskan makan di Giggle Box. Disana ada makanan khas Indonesia, lalu makanan luar negeri--pun ada. Dios sudah duduk anteng di kursinya, sedangkan Vira memanggil Waiters untuk memesan makanan.

"Selamat datang di Giggle Box, mau pesan apa Mba?" Si Waiters sudah siap dengan buku catatan menunya, Dirk memperhatikan sekitar saat kedua orang yang ia sayangi, sedang sibuk memilih menu. Makanan yang akan mereka pesan.

MR. DIRK (up again GITM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang