Bab 34

3.3K 601 28
                                    

Vira sedang bersiap-siap untuk pergi ke perpustakaan besar di kota Den Haag, perpustakaan yang cukup tua juga. Disana mungkin menyimpan arsip-arsip zaman dulu yang Vira butuhkan. Sementara Defras sudah menunggu di depan, setelah semua selesai, ia menggendong tas nya dan keluar mengunci pintu kamar hotelnya.

"Ayo Defras, semangat!" Ujar Vira.

Defras mengangguk semangat, ia sudah cukup berterimakasih Vira mau mengajaknya ke Netherland lagi. Senang sekali rasanya, meskipun ia tidak bisa menghirup udara segar Den Haag, setidaknya melihat pun sudah lebih dari cukup.

Mereka naik angkutan umum/Bus, sistem pembayarannya pun sudah canggih, yaitu memakai kartu khusus yang Vira beli dan isi saldonya terlebih dahulu. Setelah menunggu 5 menit di Stasiun, Bus tersebut pun datang dan Vira segera masuk. Diikuti Defras di belakangnya.

Tujuan mereka yaitu Perpustakaan Koninklijke Bibliotheek atau KB, adalah perpustakaan nasional Belanda yang terletak di kota Den Haag, dan didirikan pada tahun 1798. Perpustakaan ini mendapat nama yang sampai sekarang dipakai pada tahun 1806 oleh Raja Lodewijk Napoleon.

--

Dios mengambil Syal rajut tuanya dari dalam lemari, ia memakaikannya ke lehernya. Sempat terdiam sejenak, melihat pantulan dirinya di cermin, kenapa ia masih terlihat muda? Kenapa tidak terlihat keriput seperti seharusnya? Dunia ini tidak adil. Dios ingin menyusul kakak dan keluarganya, kenapa ia masih terlihat muda, yang membuat keinginan nya terhambat.

Banyak rahasia yang tersimpan rapat-rapat di rumah besar ini, bahkan sebagian rahasia itu memang harus tetap menjadi rahasia. Suasananya memang sudah tak seseram dulu, tapi tetap saja kesan mistik dan horor masih terasa. Apalagi ditambah ada dua kuburan Dirk dan Ares di halaman belakang.

Dios berjalan keluar dari kamarnya, dan menutup pintunya. Dios menyusuri lorong menuju tangga, sekelebat bayangan masa lalu melintas kembali dalam penglihatannya.

"Kamu harus di awetkan Dios!" Ujar sang paman, berdiri di depan Dios dilorong ini. Dios menatap heran, "maksud paman?"

"Tentara Jepang akan datang ke Hindia Belanda! Masa negara kita telah usai!" Kata pamannya menggebu-gebu. Dios hanya tersenyum sekilas, dan menepuk bahu pamannya.

"Tenanglah, memangnya kenapa?"

"Bahaya! Paman tidak bisa membawa kalian ke Netherland, karena perang sedang terjadi disana. paman dengar, semua orang Netherland yang berada di Hindia Belanda akan dibunuh! Satu-satunya jalan adalah mengawetkan kalian berdua, tenang. Setelah itu kalian akan hidup kembali saat masanya habis."

"Paman. Jika itu terjadi, maka sudah takdir. Yang terpenting Ayah, Ibu dan Kakek baik saja kan disana? Aku khawatir, di Den Haag sedang perang besar."

"Mereka sudah aman Dios, percayalah."

Dios menggelengkan kepala, ia tak mau mengingat masa itu kembali. Sungguh, Dios ingin benar-benar hidup damai di masa sekarang. Kakinya melangkah turun dari tangga, menatap sekeliling rumah yang sepi. Tak pernah ada perubahan yang signifikan dari rumah ini, tetap sama seperti dulu.

Pintu gerbang diketuk keras orang seseorang, sepertinya ramai orang di depan rumah. Dios lantas bergegas untuk mengecek siapa yang membuat keonaran di depan rumahnya.

Ada sekitar lima orang bapak-bapak yang berbuat gaduh memukul-mukul gerbangnya, Dios segera membuka gerbang kayu jati itu dan menatap tajam kelima bapak-bapak tersebut.

"Siapa kalian?!" Hardik Dios.

"Tinggalkan rumah ini, rumah ini berhantu. Kamu akan dapat celaka kalau terus tinggal disini. Bawa sekalian Vira, saudara kamu itu" Ujar salah satu bapak-bapak berusia 50 tahunan.

MR. DIRK (up again GITM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang