32

4.2K 612 72
                                    

-kembali, menata yang sudah terjadi-

🌌🌌🌌

"Pak Arsen, kita jadi Meeting'kan dengan klien kita, Pak Keenan." Tanya Sekretarisnya yang sudah berdiri di depan Arsen selama 20 menit. Sementara Arsen masih menatap keluar kaca ruangannya, ke arah gedung-gedung yang menjulang tinggi dan mewah. Kota Jakarta nampak lenggang siang ini.

Arsen berbalik, meng-kode sekretarisnya untuk menyerahkan tablet berisi semua schedulenya untuk hari ini.

"Ini pak, siang nanti bapak harus bertemu pak Keenan. Lalu malamnya--" belum sempat Vanya melanjutkan omongannya, Arsen menaruh telunjuknya di bibirnya yang seksi.

"Usst! Diamlah. Aku sudah tahu, siapkan saja semuanya. Bukankah kita harus segera ke Bandung?" Kata-kata Arsen membuat Vanya langsung mengangguk. Ia segera pamit dan beranjak ke ruangannya.

"Huh.. lebih enak jadi orang kepercayaan Tuan Dirk, daripada menjadi Boss seperti ini." Monolognya.

--

"Semalem aku gak bisa tidur" adu Vira pada Dirk, yang tengah makan di depannya. Dirk makan sangat lahap, sementara Vira hanya memesan minuman saja. Padahal Dirk sudah marah, karena kasihan Baby Hans pasti lapar juga.

"Hum?" Dirk mengadah menatap Vira, dengan mulut penuh makanan. Tangan Vira terulur mengusap saus yang menempel di sudut bibir kekasihnya itu, dengan jempolnya.

"Baby Hans rewel, perutku sakit lagi. Aku butuh banget kamu malam tadi, tapi gak bisa kan. Mau telpon kamu juga gak berani, takut ganggu kamu soalnya udah malem."

Dirk menelan makanan yang sedang dikunyahnya cepat, lalu minum. "Kamu kalo ada apa-apa telpon aku, apapun yang terjadi. Emangnya Dios kemana?"

"Ada. Dia kecapean, aku gak tega banguninnya."

"Anak itu!" Desis Dirk kesal, ia meraih kedua tangan Vira dan mengengamnya erat. Menatap dalam ke mata kekasihnya itu, "aku ingin jadi Ayah yang siaga buat Hans, dan pasangan yang siaga juga buat kamu. Kalo sering sakit gitu, mendingan kamu resign aja. Biar aku yang nafkahin kamu. Udah jadi tugas aku'kan?"

"Tapi, aku masih pengen kerja." Ucap Vira pelan, Dirk berdecak. Lalu melepaskan gengamannya. Menggeser piring dan gelasnya ke samping. "Sayang, dengerin aku. Gajiku lebih dari cukup untuk hidupin kalian, terkecuali Dios. Anak itu biar aja pake hasil kerjanya sendiri!" Mendengar itu Vira terkekeh.

Mereka saling bertatapan, karena saking seriusnya akhirnya Dirk yang tertawa duluan. Ia tak tahan melihat pipi chubby dan wajah menggemaskan Mama dari anaknya kelak.

"Kenapa ketawa?" Tanya Vira.

"Kamu lucu. Gemes deh!" Ujarnya tangan Dirk gatal mencubit gemas pipi gembul bumil itu. Vira langsung menarik rambut depan Dirk kencang tanda pembalasan.

"Aduh! Aw aw. Iya iya, maaf sayang" Dirk mengaduh kesakitan, rambutnya ditarik sampai ia terbawa. Si pelaku penarikan hanya memeletkan lidahnya.

"Wle! Rasain tuh."

Tiba-tiba tubuh Vira disiram jus jeruk oleh seseorang, korban penyiraman--Vira masih shock. Ia tidak dapat menutup mulutnya, kejadian itu berlangsung secara cepat. Dirk yang melihat itu ikut shock, lalu langsung menatap tajam si pelaku penyiraman.

MR. DIRK (up again GITM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang