11 :Terkurung.

4.1K 365 8
                                    

Dan...,

Dimas berteriak sekencang kencangnya ketika sosok itu membalikkan badannya.

"Dimas ! Kenapa kamu teriak teriak ? !" Ternyata sosok itu bukan hantu, melainkan mamanya yang kini memegangi kedua bahunya.

"Ah mama, kenapa ada dikamar Dimas ?" Dimas mengelus dadanya, syukurlah itu bukan hantu namun dirinya masih ketakutan sampai sampai sebulir keringat menetes dari dahinya.

"Mama mau pinjem sisir, kenapa sih kamu teriak teriak kayak gitu ?" ujarnya sambil menunjukkan sisir ditangannya.

"Jadi yang naruh surat dibawah pintu itu mama ?" Tanya Dimas sambil menunjukkan surat tadi.

Tanpa melihat isi surat, mama Dimas mengatakan tidak pernah  menaruh surat itu dibawah pintu lalu ia pergi meninggalkan kamar Dimas.

Kalau bukan mamanya siapa lagi ? Rima sedang tak ada di rumah, sedangkan ayahnya baru besok pagi datang. Dimas meremas kertas tersebut.

Drt drt !
Pesan masuk, Dimas langsung memeriksanya yang ternyata itu dari mamanya yang isinya.

'Dimas maaf banget mama nggak bisa pulang malam ini, papa kamu tiba tiba sakit jadi mama harus nyusul kesana tapi kamu jangan khawatir papa nggak pa-pa kok cuma kecapean aja. Rima juga katanya nginep dirumah temennya ya ? Maaf banget ya kamu jadi sendirian.'

Dimas langsung membelalakkan matanya ketika selesai membaca pesan tersebut. Dan dia juga baru sadar bahwa mamanya tak pernah mau mempunyai rambut panjang.

"Jadi... Yang itu tadi".

Keesokan harinya.

Stephani dan Balqis berkumpul di aula sepi tempat mereka biasa berkumpul. Dimas dan juga Marchel juga ada disana.

"Tadi malem gue ketemu Adelia," Balqis langsung membuka pembicaraan yang membuat semua bingung.

Balqis menceritakan apa yang telah dia alami, mulai dari bertemu Adelia dengan wajah pucat sampai dengan surat dan pesan yang ia temukan. Dan ternyata bukan hanya dirinya saja yang mengalaminya, teman temannya juga mengalami hal yang sama. Surat dan pesan yang tertulis dari darah yang berisikan permintaan tolong.

"Kain pink yang gue temuin dimobil juga mendadak hilang," ujar Balqis

"Apa jangan jangan Adelia udah nggak ada ?! " Ucap Dimas sambil sedikit berteriak.

"Dim pelanin dikit ! " Marchel mendekap mulut Dimas yang hampir membuat cowok itu terjungkal kebelakang.

Akhirnya mereka pindah ketempat yang lebih aman yaitu gudang. Memang mereka menaruh curiga pada gudang tersebut tapi tempat inilah yang paling aman bagi mereka.

Mereka mengambil beberapa meja dan kursi dan di tata sedemikian rupa. Setelah di tata mereka pun duduk dengan tenang posisinya Balqis berhadapan dengan Marchel dan dimas berhadapan dengan Stephani

"Tadi malem gue juga didatengin hantu, ini pertama kalinya gue bisa lihat hantu secara jelas." Jelas Dimas yang membicarakannya saja membuat bulu kuduknya berdiri.

"Sama gue ju-"ucapan Balqis terpotong karena suara jendela yang semula terbuka lebar kini menutup dengan keras sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras seakan ada orang yang menutup secara paksa.

Mereka pun menoleh ke sumber suara lalu Stephani beranjak dari duduk nya menghampiri jendela tersebut.

Stephani mencoba untuk membuka jendela tersebut namun tak bisa.

"Nggak bisa di buka ini," ujar Stephani yang berusaha keras membukanya.

Disisi lain Dimas nampak resah seperti biasa bulu kuduknya tiba-tiba berdiri entah mengapa dan Dimas merasakan aura yang berbeda.

Rahasia Gudang SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang