13: Aprilia.

3.8K 397 5
                                    

Tangisan Balqis mulai pecah seakan akan ia merasa kehilangan yang amat sangat padahal ia tak kenal sama sekali dengan gadis tersebut. Sedangkan Dimas hanya bisa merangkul Balqis berharap dia menjadi lebih tenang.

Lelaki tersebut kemudian mengangkat tubuh gadis itu untuk di pindahkan ke meja yang sudah terbalut kain merah.

Lalu ia mengeluarkan botol kosong yang berukuran kecil kemudian ia isi dengan darah gadis itu dengan bantuan pisau yang sesekali ia tusukkan ke lehernya yang sudah hancur tak berbentuk.

Selesai mengisi botol tersebut lelaki tersebut meninggalkan mayat gadis tersebut menuju ke atas.

Sampai diatas ia mengambil sebuah kursi dan kemudian menulis sebuah nama yang berada di kaki bawah kursi.

Aprilia

Nama tersebut yang ditulis lelaki itu di kaki kursi dan jelas Dimas dan Balqis bisa menyimpulkan bahwa yang dia bunuh itu bernama Aprilia.

"Jadi namanya aprilia..," ucap Dimas sambil melepaskan rangkulannya ke Balqis.

"Bentar deh, gue kayak kenal sama tempat ini," ucap Balqis sambil mengusap air matanya.

"Ini gudang sekolah kita kan, Dim ?" tanya Balqis.

Dimas menatap kesekeliling.

"Nggak lah, Qis. Nggak mungkin gudang sekolah kita kayak gini secarakan gudang sekolah kita berantakan nggak ke urus, serem lagi," ujar Dimas.

"Ini 20 tahun yang lalu kak," ucap Jihan

Dimas dan balqis langsung menoleh ke arah rani dan menatap satu sama lain.

"Tapi kok bisa sih, Han. Jihan ? Jihan kemana, Dim ?"

"Lah tadi dia di sebelah gue."

Det..
Seperti mati lampu, hitam pekat sampai sampai mereka berdua tidak bisa melihat warna lainnya kecuali hitam.

"Dim, dimana lo ? Gue takut,"

"Gue disini, Qis. Ini tangan gue," ucap Dimas sambil mengulurkan tangannya untuk menandakan bahwa dirinya ada di sampingnya.

Sedetik kemudian mereka berada di tempat semula yaitu didalam gudang sekolah yang suasana yang lebih mencekam. Agak gelap karena lampu yang dulu digunakan kini pecah dan belum di ganti yang baru.

"Qis kita kembali, " ucap Dimas lalu bernapas lega.

"Kok disini udah malem ? "

Dimas melangkah keluar ruangan dan melihat kesekeliling yang sunyi dan juga gelap cuma beberapa lampu saja yang menerangi sudut-sudut ruangan namun masih saja terlihat seram.

"Qis, ayo keluar, lu gak mau balik ?" Tanya Dimas yang membuat Balqis kembali tersadar setelah ia menatap lama sudut ruangan gudang tersebut.

Balqis pun menyusul Dimas yang berada diluar.

"Sebaiknya kita jangan ceritain kejadian ini ke siapa-siapa dulu karena percuma kita ngomong ke orang lain nggak bakalan percaya." Mereka berdua berjalan beriringan menyusuri lorong, mungkin pikiran mereka masih mencerna peristiwa yang baru saja menimpa mereka.

"Lo pulang sendiri ?" Tanya Dimas

"Gue, kan nggak bawa mobil jadi anterin gue ya ?"

Pak Asgap, dia adalah satpam sekolah yang kini tengah duduk dengan pandangan lurus kedepan dan muka agak pucat.

"Eh pak asgap yang ganteng tolong bukain gerbangnya dong," ujar Balqis dari dalam.

Asgap pun membukakan pintu gerbang.

"Bapak kenapa ? Sakit ? " Tanya Dimas namun tak dijawab olehnya.

"Nak.., nak Dimas !" Seseorang berlarian yang menggunakan seragam satpam persis yang digunakan Pak Asgap yang ada di depan Dimas dan Balqis.

Merasa terpanggil Dimas pun menoleh kesumber suara yang diikuti oleh Balqis.

Balqis dan Dimas tertegun dengan apa yang ia lihat saat ini.

"Kalian itu kemana aja sih dua hari kalian dicariin sama pihak sekolah dan mana marchel sama stephani ?"

"Apa dua hari ?" Tanya Balqis heran

Berarti Balqis dan Dimas sudah dua hari tak pulang ke rumah dan tak bersekolah
Mana bisa ini terjadi karena selama perjalanannya ke masa lalu tak sampai memakan waktu dua hari bahkan satu hari pun tak ada.

Dan bisa di tebak saat ini orang tua Balqis dan Dimas bingung mencari mereka terlebih ayah Balqis pasti akan marah jika Balqis tak pulang ke rumah selama dua hari saat disekolah. Pasti sekarang mereka perpikir yang tidak-tidak.

"Iya kalian sudah dua hari menghilang sebaiknya sekarang kalian pulang dan mobil kamu dimas sudah dibawa pulang oleh ayahmu" ucap Pak Asgap.

Balqis memeriksa handphone-nya untuk menelpon Hazby, ia melihat ribuan notifikasi mulai dari pesan teks sampai panggilan telepon tak terjawab dari keluarganya bahkan dari Dhavis.

Tak lama mobil berwarna biru berhenti didepan Balqis lalu terbukalah pintu depan yang menampakkan sosok Hazby yang terdengar terburu buru.

Hazby berlari menuju Balqis dan langsung memeluknya

"Dek lu kemana aja sih, umi nangis selama dua hari nungguin lu pulang."

Balqis hanya bisa diam, dia mengerti bahwa sang kakak sangat khawatir dengannya.

"Maaf"

Tak sengaja Hazby melihat sesosok gadis berseragam dan dibagian lehernya tertancap sebuah pisau dan banyak sekali luka sayatan maupun bacokan.

Reflek Hazby menarik tangan Balqis dan memasukkannya kedalam mobil lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi

"Kenapa kak?" tanya balqis heran

"Nggak pa-pa"

Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di gerbang rumah keluarga habiby
Dengan tergesa gesa setelah mematikan mesin mobilnya ia menutup pintu gerbang dan mengajak Balqis kedalam rumah.

Ya benar saja diruang tamu uminya Balqis atau ibunya Balqis sedang menangis tersedu sedu sambil memeluk foto dirinya. Pasti dirinya sudah dianggap mati olehnya.

Saat tau Balqis pulang umi langsung memeluk Balqis dengan erat.

Sedangkan Hazby langsung berlari kekamarnya lalu menguncinya.

"Tadi beneran gue lihat hantu ?"





Rahasia Gudang SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang