12 : Time traveler 1

4K 401 5
                                    

"Aw..," Ringis Stephani sambil memegangi kakinya

"Phan lo harus kuat," ujar Balqis yang berada di sampingnya

    Hitam pekat, sunyi, dan gelap gulita membuat mereka tak bisa melihat apa-apa, mereka hanya bisa mengandalkan indra pendengaran.

    Secercah cahaya putih terpancar dari kejauhan yang membantu mereka untuk melihat. Cahaya tersebut semakin membesar bahkan sekarang menjadi suatu tempat yang cukup asing bagi mereka

Balqis yang kini bersama dengan Dimas berada di sebuah hutan yang cukup gelap dengan sebuah goa yang begitu menyeramkan dengan semak belukar yang mengelilingi sekitar goa.

"Qis, kita dimana ini ?" Tanya Dimas yang kebingungan sambil menatap kesegala arah.

"Gue juga nggak tau Dim, tapi kayaknya gue kenal sama tempat ini," ujar Balqis sambil mengingat ingat.

Dimas dan Balqis masih kebingungan mereka mondar mandir kesegala arah hanya untuk menemukan jalan keluar.

Sedangkan posisi mereka saat ini terpisah dengan Stephani dan Marchel.

"Berarti kalau kita di sini Marchel bareng sama Stephani dong ?" Tanya Dimas

"Ya iyalah." Jawabnya

Dari kejauhan nampak anak kecil mengenakan dress berwarna putih jaman dulu dan sebuah boneka yang nampak usang berwarna pink.

Dia menghampiri Balqis dan Dimas, seketika Balqis mulai mengingat memori yang dulu ketika ia tak sadar.

Gadis kecil tersebut begitu manis dan mengulum senyum yang tergambar jelas di wajahnya kemudian di sambut senyuman pula oleh Balqis.

"Adek ngapain disini sendirian ?" Tanya Balqis dengan lembut dan sedikit jongkok untuk mensejajarkan tingginya.

Sebelum gadis kecil tersebut menjawab Dimas yang sedari tadi nampak resah dan takut kini menatap Balqis dengan tatapan heran.

"Qis, itu siapa ? Adek lo ?" Tanya  Dimas yang sedikit menjauh dari Balqis dan juga gadis kecil itu.

"Kakak nggak usah takut, aku yang akan jagain kak Balqis," ucap gadis kecil tersebut dengan suara yang lucu menatap Balqis.

Balqis yang melihatnya nampak begitu senang gadis tersebut begitu lucu.

Balqis menjawab dengan sebuah senyuman yang manis dan kemudian berkata,"Adek namanya siapa ?"

"Qis, perasaan gue mulai nggak enak nih." Dimas mulai merasakan hawa yang tak enak di sekitarnya.

"Nama aku Jihan kak, kakak namanya kak Balqis kan ?" Dengan wajah yang sangat lugu, Balqis benar benar terhipnotis oleh kelucuannya.

Balqis mengangguk dan kembali mengulum senyumnya.

Dan untuk ketiga kalinya Dimas memanggil Balqis.

"Qis, dia bukan manusia," ujar Dimas yang membuat Jihan  menoleh ke arahnya begitu juga dengan Balqis.

    Benar saja ternyata Jihan bukanlah manusia, ia berjalan ke arah Dimas dengan keadaan kaki yang melayang dan kini mensejajarkan tubuhnya tepat di depan Dimas.

Balqis yang melihatnya hanya bisa menatap dengan heran.

Sedangkan Dimas ia kembali dilanda rasa takut untuk ke dua kalinya.

"Kakak indigo yah ?" Jihan menatap Dimas dari bawah sampai atas.

Dimas tak menjawab ia memundurkan langkahnya.

"Kak Dimas nggak usah takut aku nggak bakal nyakitin kak Dimas kok, tugas ku disini hanya untuk menjaga kak Balqis," ujar Jihan kemudian turun kembali menapaki tanah.

Rahasia Gudang SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang