Iman Diuji. Tahan Andien, Tahannn!

7.7K 599 59
                                    

Andien Felicia POV

Dan disinilah aku sekarang, di depan rumah bercat serba putih dengan taman bunga kamboja yang menghiasi pekarangan rumah tersebut.

Aku duduk manis diatas motor bebekku (karena aku pecinta bebek, tentu saja), berusaha menenangkan jantungku yang sedang asik jedag-jedug di dalam sana.

Andai bisa kudiamkan detakannya sebentar sudah kulakukan daritadi agar telapak tanganku ga basah seperti sekarang ini. Tapi detak jantung ini bukan seperti orang yang lagi jatuh cinta ya, gugup doang.

Ya ampun lama banget sih ni bocah keluar, gatau apa aku udah jadi dendeng bakar di luar sini.

Btw, hari ini aku mengenakan Hem Denim lengan panjang dengan dalaman tanktop hitam sesuai lekukan tubuhku, kubiarkan semua kancing baju ini terbuka juga celana jeans hitam ketat robek-robek diarea paha dan tempurung lutut serta sepatu sneakers merah putih.

Setelah menunggu cukup lama akhirnya ada yang keluar dari dalam rumah ini. Seorang wanita berambut cokelat sepanjang lengan, dengan tinggi badan yang kira-kira 155cm, menggunakan jaket putih bermotif kupu-kupu berwarna merah maroon , celana jeans biru dan sepatu 3 garis berwarna putih.

"Hai.. maaf yah lama,"

Ah aku jadi kikuk ngeliat dia yang saat ini berdiri tepat di depanku. Setelah dilihat dari dekat, ia memiliki manik mata hitam pekat dibalik garis mata yang tajam, alis yang tebal tanpa harus digambar, hidung kecil nan mancung, sedikit chubby dan bibir yang tipis.

"Iya gapapa kok, baru nyampe juga," kataku berusaha terlihat santai.

Gugup setengah mati diriku saat ini, gimana ngga, aku baru kali ini nyamperin cewek. Biasanya juga aku yang disamper. Gimana cara deketin juga aku gatau. Eh, apaan sih.. Siapa juga yang mau deketin. Cih! Ogah bener!

Aku mengendarai motorku dengan kecepatan standar. Biasanya kalau lagi bawa motor sendirian seolah 'Gua sendirian, jomblo, bahagia, bodoamat gaada yang peduliin'. Kalian pahamkan berapa kecepatannya jika kudeskripsikan dengan kalimat tadi? Singkat saja, diatas 80km/jam. Tapi karena sekarang lagi bawa satu nyawa, mendadak kalem cuy. Sendirian mati gapapa, lah ada anak orang ini.

Setibanya kami di restorant yang dimaksud Andien Lisia – aku belum tau nama panggilannya, jadi maklumkan saja ya – kami memesan makanan yang ada, yaiyalah masa pesan makanan yang gaada di menu.

Kecanggungan mulai tercipta, hening menjadi pendamping kami saat ini. Aku ga tau harus memulai obrolan dari mana. Sejak tadi percakapan kami hanya sekedar 'hai, maaf lama dan gapapa kok baru datang juga'.

Kami duduk berhadapan dengan sibuk pada ponsel masing-masing. Gabut banget sampe-sampe dari tadi hanya geser-geserin menu di ponsel doang.

Kampretlah! Ah elah monyet madu kemana si lu, ngechat kek biar gue ga kayak orang tolol di sini. 

Aish.. lupa! Dia lagi ngapel gebetan barunya juga hari ini. Shit!

Whatsapp*

A.Lisia: Aku gatau harus bahas apa:(

Lah bocah ngapa yak, malah nge-WA. Dikira aku makhluk halus ga berwujud kali di depan sini? Anjir jahat banget ni bocah. Tapi meski begitu, tetap saja aku balas chatnya. Ohya, kenapa WA? Karena aku udah save nomernya.

Me: udah makan?"baru mau ku send, kuhapus lagi isi chat itu. Bego gapake pengawet! Ini kan lagi makan bareng geblek. Serakah banget punya otak lemot!

Me: Gapapa santai aja

A.Lisia: Aku harus manggil kamu apa ya? Nama kita sama, jadi bingung.." panggil aku kakak! Canda elah, gamungkin aku balas chatnya seperti itu.

Kamu Kok Bangsad?! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang