Flashback; Sastra

3K 310 34
                                    

Secangkir White Coffie rasa Caramel menamani malam gelapku. Menatap indahnya langit malam di balkon kamar. Gelap dan sedikit berwarna orange pertanda mendung, tanpa bintang dan sangat teduh. 

Aku menyesap dan menghirup dalam-dalam aroma coffie yang sangat menenangkan batinku. Balutan baju hangat berlengan panjang memeluk tubuhku dengan celana pendek yang membungkus kulit pahaku.

Perlahan rintik hujan mulai membasahi bumi. Aroma khas tanah yang basah mulai membawaku tenggelam dalam lamunan memori setahun yang lalu.

*FLASHBACK 

Untuk pertama kalinya kutatap mata itu. Setelah lima bulan lamanya kami jatuh cinta lewat suara via telepon, kini dengan nyata segala kontak pandang bertemu.

Dengan tas ransel di punggungnya ia berlari dan memeluk erat diriku yang sedang berdiri terpaku di pintu kedatangan stasiun kereta api.

Dia, wanita pertama yang menjajah hatiku setelah sekian lama aku mencari jati diri; Sastra. Jujur, aku gugup!

"Maaf aku telat," ucapku.

"Gapapa kok aku baru nyampe juga,"

"Yaudah yuk.."

Aku memesan taksi online dengan tujuan kostku. Iya, Sastra akan tinggal bersamaku tiga hari lamanya. Ini cukup membuatku gugup karena merupakan pengalaman pertamaku bersama seorang perempuan. Apalagi akan tidur sekamar. Oh God!

Di dalam mobil, Sastra menyenderkan kepalanya pada bahuku tanpa memperdulikan supir yang sedang melirik kami dari cermin yang bertengger di tengah kaca mobil.

"Capek ya?" tanyaku sambil mengusap pelan pucuk kepalanya.

"Hu'um.. lumayan lima belas jam duduk di kereta hahahaha.."

"Tiduran sini, perjalanannya masih jauh. Kurang lebih sejam lagi,"

Sastra merebahkan kepalanya di pahaku dengan mata yang kini terpejam. Kubelai lembut wajahnya seakan tak percaya kami telah menghapus jarak yang begitu jauh.

Sebenarnya aku khawatir apa yang akan terjadi selanjutnya mengingat diriku masih sangat baru dengan 'dunia' seperti ini.

Setelah perjalanan yang menurutku sangatlah cepat tidak seperti biasanya, akhirnya kami tiba di kostku. Kupersilakan dia masuk ke kamar namun aku berdiri lama di luar.

"Gabisa Ndien, gabisa! Jangan melakukan apapun, okay? Ingat, ini hal pertama yang terjadi dihidup lu. Jangan ngerusak semuanya. Tenang tenang.." kataku membatin menenangkan diri sendiri.

"Hey, yang punya kamar. Kok di luar?" ah ngagetin aja si Sastra.

"Eh? Ngga tadi nyari kunang-kunang hehe.."

"Emang ada kunang-kunang di sini?" ini dia polos apa bodoh sih?

"Ehmm.. udah yuk masuk aja,"

Kami melewati malam panjang tanpa melakukan apapun. Tanpa melakukan apapun. Bukannya aku berharap ya. Aku justru takut harus apa saat bersama dia di dalam kamar.

***

Aku sedang merias diri untuk bersiap ke kampus pagi ini. Sastra masih terlelap dengan balutan selimut hangat, kecapean kali perjalanan darat kemarin.

"Enghh.." ia menarik badan dan berguling-guling di kasur, mengerjap beberapa kali kemudian duduk dengan rambut yang acak-acakan. Dengan suara serak khas orang bangun tidur, dia bertanya,

"Mau kemana? Kok udah rapi aja?"

"Mau ngampus, aku ada kelas sampai nanti siang. Gapapakan aku tinggal dulu?"

Kamu Kok Bangsad?! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang