Perjalanan Waktu

1.8K 327 38
                                    

Hati menggerakkan tubuh pada pemiliknya
Walaupun akal kadang menolak
Walaupun raga tidak mengiyakan
Tapi hati... membuat kakiku melangkah cepat, bukan ke arah orang yang menurutku paling aku cinta...
Tapi pada orang yang hatiku " takut untuk kehilangannya "

Maka waktu, berikanlah aku belas kasihanmu...
Kembalikan dia padaku!

Hari ini aku kembali datang setelah hari yang menegangkan itu, mencoba ikhlas walaupun ada beban yang begitu berat.

" Nona, dia sedang dalam keadaan kritis. Tolong jangan berisik." Ujar wanita paruh baya dengan seragam putih yang melekat di badan suburnya. Aku hanya diam... sekali lagi hatiku sakit.

" Maafkan aku." Ucapku pelan di telinganya dan sekali lagi, aku melihat air matanya mengalir turun. Aku genggam tangan kokohnya erat, dia sangat dingin, benar benar dingin bahkan aku terlalu sering takut dia telah menjadi mayat. Hanya embun napasnya di selang oksigen itu yang membuat cekikan napas di leherku sedikit melonggar.

Ini sudah 1 minggu tapi dia masih bergeming

Wajah tampannya masih pasi, dan keadaannya belum membaik sama sekali

Ingin rasanya aku membangunkannya dan sekali lagi bertengkar dengannya, ingin sekali aku memeluknya dan mengatakan bahwa aku takut kehilangannya. Bisakah aku menyampaikan 1 harapanku untuknya?

Bahwa mungkin kelak, kita bisa membesarkan anak ini bersama sama.

Joe... bangunlah...

Air mataku jatuh lagi dan lagi, melihat luka luka yang tak kunjung mengering di tubuhnya. Apa yang terjadi padanya? Bahkan aku tak tahu, aku tak pernah tahu

Saat mencium tangannya yang biasa aku benci itu, tiba tiba aku mendengar teriakan dari ruang tak jauh di seberang.
Seketika kakiku berdiri, berlari ke arah pintu, membukanya lalu menatap wajah Estel enggan. Disanalah tempat Andra dirawat. Apakah dia sudah sadar?

Pov End

" Andraku hidup! Dia hidup!!" Senyum Estel girang. Ia bergegas masuk ke dalam ruangan setelah dokter menyampaikan kabar gembira.
Gisella hendak menyusulnya, sebelum tiba tiba... seorang wanita tua dengan kursi roda dan seorang gadis yang mendorongnya menahan lengan Gisella tepat di ambang pintu.

" Apa putraku sudah sadar?" Tanyanya membuat Gisella mengernyit tak mengerti. Barulah setelah menatap gadis yang bersamanya, Gisella sadar... raga yang ditempati Andra adalah milik Arkea dan sosok yang saat ini duduk di kursi roda memegang lengannya pastilah Dana, cinta pertama Andra.

" Mari! Masuklah bersamaku." Senyum gadis itu berusaha ramah.

Mereka melangkah memasuki ruangan itu bersama. Senyum lega terpancar dari wajah tuanya saat melihat putranya yang selama ini menghilang tampak membuka mata perlahan, sementara dokter memeriksa tubuhnya.

" Arkea, syukurlah." Gumamnya senang. Sebelum...

Deg

Dia....

Dana tercekat saat melihat sahabat lamanya berdiri di sisi putranya, menatapnya dengan senyum dingin sama seperti 40 tahun yang lalu.

" Estel?" Ujarnya dengan napas berat.

Ya, itu Estel

40 tahun yang lalu...

Tap Tap Tap

Dana mengangkat wajah cantiknya lesu. Bola matanya masih lebam dengan selang yang menancap di nadinya. Beberapa hari setelah perkosaan itu.
Dia mendengar langkah kaki tegap menyusuri lantai dingin ruang rumah sakit. Membuat bola matanya panas, ia ingin sekali memeluk dan mengadu pada gadis itu, orang yang dia pikir sahabatnya. Tapi sayang, mulutnya tak bisa mengatakan apapun karna sakit, sakit yang terlalu banyak

SOUL horror 3 ( Stay ALONE )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang