Mimpi pertama

3.1K 410 40
                                    

" Ekhm." Joe menjentikkan jarinya di depan wajah Gisella yang tampak melamun di meja makan. Estel dan Steve saling pandang melihat kedekatan 2 remaja itu. Estel kemudian tersenyum mengangkat alisnya ke arah Steve.

" Melamunkan apa?" Tanya Joe. Gisella menggeleng pelan lalu memotong steak di piringnya dan mulai menyantap.

" Gak kok, hanya saja aku suka sekolah itu." Ujarnya senyam senyum sendiri.

Bayangan wajah Andra kembali terbesit di benaknya. Sikapnya saat menjelaskan materi, penampilannya,  serta tatapannya yang indah itu. Mengingatnya saja, membuat jantung Gisella berdetak lebih cepat.

" Bagus kalau begitu. Kalau ada masalah kamu bisa share ke Jonathan, dia ketua OSIS di sana." Ujar Estel manis. Joe pun tersenyum mengangguk.

" Baiklah." Ujar Gisella kemudian tersenyum ke arah Joe.

Flashback 40 tahun yang lalu

" Andraaaaaaaa!!!" Teriakan para siswi itu memenuhi setiap langkahnya saat melalui setiap koridor Sekolah. Pemuda yang sangat populer dan mempesona di zamannya.
Dia selalu memiliki ide untuk karya tulis ilmiyah yang selalu berhasil menaikkan derajat dan nama baik sekolah. Bahkan dia memenangkan jabatan ketua OSIS dengan suara mutlak.
Hidup seorang diri di apartement mewahnya membuat dia dengan mudah bisa menghamburkan harta yang dimiliki keluarganya.
Andra adalah pemuda yang tidak menyukai rasa sepi. Apapun akan dia lakukan agar dirinya bisa tenggelam dalam keramaian, pujian dan tatapan semua orang.

Karna itulah, dia sangat menderita dengan kondisinya.

Dan kini, semua itu tiba tiba saja menjadi kenangan menyedihkan untuknya


" Andra." Mr. Qi menyapanya. Pemuda itu duduk di tangga pintu masuk perpustakaan dengan wajah sedih. Tak ada rasa takut di wajah Mr. Qi walaupun ia tahu mahluk yang duduk di ambang pintu perpustakaannya itu adalah hantu sejak pertama kali dia mengenalnya.

" Aku merindukan masa lalu." Jawab Andra menyeka air mata

" Dengar nak, apa kau sama sekali tidak mengingat apapun yang menimpamu saat kematianmu?" Tanya Mr. Qi. Dan sekali lagi, Andra menggeleng membuat pria tua itu menarik napas panjang.

" Dan aku tidak suka kau memanggilku nak Mr. Kita seumuran!" Tekan Andra kesal

" Itu kalau kau masih hidup." Tawa Mr. Qi bercanda. Tapi... wajah Andra kembali sedih mendengarnya

" Aku punya keluarga Mr, Ibu dan ayah juga seorang adik bernama Maura. Mungkin sekarang mereka sudah melupakanku. Aku sangat merindukan mereka, menjadi hantu rasanya tidak enak." Ucapnya menundukkan wajah

" Aku mengerti perasaanmu tapi apa yang sudah terjadi tidak akan bisa merubah takdir kan." Nasehatnya. Andra berusaha tersenyum. Namun... beberapa saat kemudian, senyum di wajah Andra surut, keningnya bertaut.

" Bagaimana menurutmu dengan gadis tadi? Dia bisa melihatku, bukankah itu aneh?" Tanyanya kemudian dengan raut heran.

" Dia mungkin sama sepertiku. Tapi anehnya, dia sama sekali tidak menyadari kalau kau ini arwah. Saranku sebaiknya kau memberitahunya, aku lihat dia tertarik padamu dari caranya memandangmu tadi." Ujar Mr. Qi.

" Tidak, jangan coba coba memberitahunya!" Tunjuk Andra

" Andra..."

" Aku bilang jangan! Jangan sampai kau memberi tahunya apapun tentangku." Andra memotong ucapan gurunya itu, memalingkan wajahnya tanpa ekspresi, seakan ia tak mau mendengar apapun lagi lalu berdiri dan menghilang bersama kabut.

SOUL horror 3 ( Stay ALONE )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang