" Mom."
Gisella terbangun dari tidurnya, wajahnya pucat saat melihat seorang gadis kecil tersenyum dengan bunga di tangan kecilnya yang mungil. Menatapnya dengan iris biru yang indah, gadis kecil itu mengulurkan tangannya menyentuh wajah Gisella pelan, tangannya sangat dingin seolah tanpa kehidupan. Apa dia hantu?
" Kamu siapa?" Tanya Gisella pasi. Mencoba menerka wajah mungil yang menatapnya lekat. Gadis kecil itu melangkah pelan kehadapannya lalu mengulas senyum
" I love you mom." Ucapnya begitu lucu.
Sentuhannya, tangan dinginnya membuat air mata Gisella menetes tanpa sadar. Tiba tiba kenangan malam dimana Joe merampas kehidupannya seakan tergambar kembali, rasa itu, sakit itu, kekecewaan, harapan yang hancur, dan kebencian yang menyesakkan. Perlahan, Gisella meraba perut datarnya. Mungkinkah dia bermimpi? Apakah gadis kecil ini putri yang akan dia lahirkan nanti? Kenapa dia terlihat begitu lucu, begitu polos dan menggetarkan. Jari jari kecilnya, rambut legam panjangnya dan senyumnya yang benar benar imut. Gisella menerima uluran tangannya
Ia mengajak Gisella berdiri dari ranjangnya, melangkah pelan menyusuri ruang tamu. Hingga..." Selamatkan daddy mom!" Tunjuknya pada sosok yang tampak berdiri tersenyum padanya bersender di pintu dapur
" Joe.." Suara Gisella gemetar.
" Hai, mau makan sesuatu? Aku memasakkan omelete pagi ini, nasi goreng dengan sedikit sayur. Sudah kubilang kan kalau aku akan menjagamu." Ujarnya dengan celemek kotor yang masih melekat di kemeja putih yang ia kenakan
Dia tersenyum, senyum yang entah kenapa menyesakkan. Gisella memegang dadanya. Perasaan aneh apa itu? Kebencian dan gelora yang sukar dijelaskan seakan membuncah. Rasa ingin mencaci dan memeluk menjadi satu. Perasaan yang bukan cinta dan juga bukan benci.
" Mom." Suara kecil itu sekali lagi menghentakkan lamunnya. Gisella melirik ke arah sosok kecil di sisinya. Sebelum...
" Selamatkan daddy mom." Pintanya lagi.
Dan....
Crash
Gisella tersentak menatap ke arah Joe.
" Joeeee!!" Teriaknya berlari ke sana.
Darah bersimbah memerahkan lantai
Napas yang terhirup bercampur amis pekat
Dia bahkan tidak bersuara
Hanya jari jari kekarnya yang mencoba menggapai Gisella
Sebelum akhirnya, mata birunya terpejam untuk selamanya setelah mengucap 1 kata getir " Maaf "" Joeee!! Joenathan!!! Bangun! Joeeee!!" Teriak Gisella memeluk tubuh itu. Entah apa yang terjadi, ada luka menganga di punggung Joe. Saat itulah Gisella merasa sangat takut, rada takut yang bahkan tak pernah dia rasakan sebelumnya. Ditatapnya mata Joenathan yang terpejam, sedih, dia sangat sedih. Dikecupnya pelan bibir tipis yang sudah tak bernyawa itu, hanya ingin saja. Tapi kesedihan dihatinya semakin dalam. Tawa, kebaikan, uluran tangan, senyum manis bahkan sikap jahat sosok itu sebelumnya menekan hati Gisella dan terus berputar dalam kenangannya.
" Joeeee!!!" Teriaknya memeluk Joe ke dadanya
Inikah rasanya kehilangan?
Kenapa? Aku merasa kehilangan sosok yang aku benci.Jauh dalam sedihnya...
" Bukankah sudah aku peringatkan, Joe bisa melihatku. Itu artinya dia akan meninggal, dan kau bilang kau tidak perduli itu." Ucap sebuah suara.
Deg
Gisella tercekat melihat Rachel tersenyum di depan pintu kamar yang tadi dia lewati. Dengan seragam sekolah yang melekat di tubuhnya, gadis berparas cantik itu melangkah ke arah Gisella
KAMU SEDANG MEMBACA
SOUL horror 3 ( Stay ALONE )
ParanormalBau amis itu, mengikuti sejak cahaya menghantam kornea mataku dan menggelapkan pandangan, tubuhku terasa remuk beberapa detik setelah terhantam sesuatu yang tak bisa kupastikan karna terjadi begitu cepat. Seluruh hidupku berubah Dan aku benar benar...