Bahasa Indonesia - He Came To See Me at Cheng Meng (Novel Translation) - END

Chapter Dua Puluh

Title : Dia Datang Mengunjungiku Saat Festival Qing Ming Novel Translation

Credit Weibo by 馨馨雨声

Note : Berhubung tidak mendapat ijin dari yang translate jadi ga ada deskripsi

Pada hari dimana Tan kembali dari luar negri, aku hampir seharian duduk di atas sofa menunggunya kembali, dan sama sekali tidak bergerak dan berjalan ke tempat lain.

Saat menunggunya hingga hampir tertidur, terdengar suara pintu di ketuk, saat mendengar suara ketukan pintu, aku hampir melompat, tetapi aku berhasil mengontrol refleks ku, menolehkan kepala memandang pintu itu.

Saat melihat orang yang kutunggu – tunggu, aku menghela nafas leag.

Tan sungguh sudah kembali, ia melepaskan sepatu, kemudian mengangkat kepala melihat ke arahku, dan menyapaku, tetapi bukannya berbicara padaku atau tersenyum, Tan tidak mengatakan apapun bahkan tidak membalas tatapanku.

Melihat sikap Tan, dadaku seperti di remas, lalu aku mencoba menghibur diri, hanya perasaanku saja kalau aku merasa terabaikan.

Tetapi sikap penolakan Tan sangat jelas, aku mencoba berpikir apakah aku melakukan sesuatu yang membuat Tan marah, tetapi bagaimana pun aku memikirkannya aku sama sekali tidak ingat.

Aku merasa keadaan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, bagaimana pun juga aku harus membicarakan ini dengannya, kalau tidak jika situasinya dibiarkan terus seperti ini akan terasa sesak, tetapi bagaimana mencari alasan yang bagus untuk diskusi, aku tidak bisa memikirkannya.

Secara kebetulan, Tan menarik koper dan lewat di depan sofa dimana aku duduk, jadi aku pun mengulurkan tangan menarik tangan Tan.

Tetapi tanganku menembus melewati tangannya.

Kondisi ini membuatku tercengang, sampai membuatku lupa pada perasaan sedih tadi, karena aku ingat sebelumnya Tan menggenggam tanganku, namun kali ini aku justru tidak bisa menyentuh tangannya?

Setelah berpikir sejenak, dulu hal seperti ini juga pernah terjadi, saat pertama kali, Tan menembus tubuhku, tetapi karena hal itu sudah lama berlalu, aku sudah melupakannya di dalam benakku.

Tan berhenti sejenak dan membalikkan badannya ke arahku, pada saat ini, aku tiba – tiba bisa memegang tangan Tan lagi.

Un...?

Kali ini, aku tidak bisa mengatakan apapun, karena aku tidak sempat berpikir bagaimana menyusun kata, seluruh atmosfer menjadi hening, dikepung oleh perasaan sesak, sampai Tan membuka mulut berbicara memecahkan atmosfer yang sesak dan hening ini.

"Ada masalah apa?"

"Aku..." aku berhenti, karena aku tidak tau apa yang harus kukatakan terlebih dahulu, memberitahunya bahwa aku merasa sedih karena sikapnya atau mengatakan aku tidak bisa menyentuhnya, tetapi tiba- tiba bisa menyentuhnya lagi.

Setelah berpikir sejenak, aku memutuskan untuk mendiskusikan hal ini, "Kau marah pada Phi?"

Tan memandangi wajahku, lalu berkata. "Phi sungguh tidak tau?"

Aku memikirkan kata – katanya, tetapi tetap tidak bisa memikirkan apa yang sedang ia bicarakan, biarkan aku mati saja, aku tetap tidak ingat selama dia tidak ada di rumah, apa yang telah kulakukan hingga membuatnya marah, aku sudah menjadi anak yang baik, tinggal di rumah dan tidak melakukan apa – apa, apa yang salah.

"Tentang apa?"

Tan menghela nafas, menepis tanganku, kemudian menarik koper dan masuk ke kamarnya, seakan aku hanya udara yang tidak nyata.