Extra Chapter One - Suka

595 51 10
                                    

Malam itu Tan pulang larut malam, ia memberitahuku sebelum keluar rumah, ingin keluar pergi makan dengan temannya. Persisnya, setiap kali ia pulang larut, dia akan memberitahuku sebelumnya.

Tan sering keluar pergi makan dan minum – minum, atau sering menghadiri pesta bersama teman, saat pulang aku pasti akan mencium aroma alcohol dari tubuhnya, sampai – sampai aku kadang merasa horror, Tan mungkin akan meninggalkan dunia ini sebelumku karena cirrhosis atau kecelakaan.

Jadi tidak peduli selarut apapun, aku akan duduk dan menunggu Tan pulang, suatu kali ia pulang pada pukul 3 subuh, saat melihat ku belum tidur dan masih di ruang tamu, Tan berjalan kemari untuk minta maaf.

Biasanya, aku sulit menebak moodnya, namun waktu itu aku melihat ekspresi dan aksi yang dengan jelas menunjukkan persepsi kesalahpahaman, tidak yakin apakah karena merasa bersalah jadi tidak bisa menyembunyikan perasaannya atau sengaja ingin menunjukkkannya padaku.

Tetapi aku tidak marah, aku sama sekali tidak merasa kalau semua ini adalah salahnya, toh aku sendiri yang ingin menunggu.

Namun setelah itu, Tan tidak pernah lagi pulang lewat tengah malam.

Tan mungkin takut aku menunggu terlalau lama, sama seperti aku takut Tan minum alcohol, lalu dan mengakami kecelakaan.

Meskipun hal tersebut sudah lama berlalu, namun aku masih ingat dengan jelas aku kehilangan kedua orang terdekatku karena kecelakaan.

Aku hanya takut kehilangan orang yang kucintai sekali lagi karena kecelakaan.

Aku tidak berhenti mengganti channel TV, sampai larut malam dan merasa agak bosan, acara TV yang kusukai tidak banyak, namun dibandingkan bermain game, aku lebih takut tagihan listrik membengkak seperti sebelumnya, dan disalahkan secara tidak langsung. Jadi memutuskan untuk asal memilih acara, lalu dibiarkan nyala begitu saja, dan berjalan ke balkon untuk melihat tanaman.

Waktu sudah berlalu selama Sembilan bulan sejak Tan membelikan tanaman untukku, awalnya aku khawatir apakah tanamannya akan mati, namun untungnya, kelihatannya aku juga bisa menanam pohon dengan tanganku.

Karena selama beberapa bulan itu, bunga di dalam pot sudah mekar semua. Setelah berjongkok dan melihat tanaman selama beberapa saat, aku kembali lagi ke sofa dan lanjut menonton acara TV.

Pada saat sedang menonton TV di saat yang sama aku melirik sekilas ke jam, biasanya Tan selalu pulang sekitar jam 10.50, tetapi sekarang baru jam 9, jadi sebaiknya aku mencari sesuatu kegiatan untuk melewatkan beberapa jam ini.

Saat aku sedang berpikir apa yang ingin kulakukan untuk menghabiskan waktu, terdengar suara pintu di buka, aku melompat kaget, lalu segera menoleh ke belakang untuk melihat.

Tetapi setelah melihat siapa, aku pun menghembuskan nafas lega.

Hari ini Tan pulang lebih cepat, saat aku hendak menyambut Tan, ia segera berhambur ke arahku, dan duduk di sofa sebelahku, dan memelukku erat, tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Aku terkejut dan mengedipkan mataku, dan bertanya padanya dengan bingung, "Ada apa?"

"Aku merindukan Phi." Ia sama sekali tidak peduli dan memelukku semakin erat, sampai aku mencium aroma alcohol di tubuhnya, "Aku ingin memeluk Phi sebentar."

Aku membalikkan badan melihat ke belakang, kemudian duduk di pangkuannya, bersandar di tubuhnya, "Bukan aku sudah bilang, jangan minum hingga mabuk."

"Aku tidak mabuk." Meskipun Tan mengatakan seperti itu, namun aku ingin mengatakan bahwa ucapannya sekarang tidak jelas, aku bahkan tidak tau apa yang ia katakan.

"Ow, tidak mabuk." Aku menganggukkan kepala, pura –pura percaya padanya, karena malas berdebat, "Hari ini kenapa kau pulang begitu cepat, apa ada masalah?"

Bahasa Indonesia -  He Came To See Me  at Cheng Meng (Novel Translation) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang