Praifah seperti selalu dipaksa untuk tinggal dan dibesarkan di dalam sebuah lingkaran, tidak peduli apakah itu berhubungan dengan belajar, sekolah, teman...bahkan pernikahan.
Dia hanya bisa tinggal di dalam lingkaran tersebut, sampai ia menyadari bahwa keluarga dan rumahnya ada dua hal yang berbeda, sejak saat itu, Praifah mulai memberontak, kemudian melarikan diri dari lingkaran yang selama ini mengukungnya.
Di dalam mata para kerabat, sifatnya sangat keras, sangat berbeda dengan kakak laki- lakinya, tetapi Praifah sama sekali tidak peduli, ia berpikir asalkan ia tidak merepotkan orang lain, atau melanggar aturan, ia punya hak untuk memilih kehidupannya sendiri.
Saat hendak masuk bangku kuliah, Praifah memilih untuk kuliah ke tempat yang sangat jauh, kemudian setelah hasil ujian akademik diumumkan, ia meminta untuk tinggal di asrama, setelah orang tuanya setuju, ia merasa sangat gembira bisa memperoleh kebebasan yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya.
Namun sepertinya ia telah salah duga.
Orang tuanya memaksanya untuk tinggal di asrama di luar, karena ingin mengutus orang untuk mengawasinya, ketika Praifah mengetahui hal ini,ia mengerutkan wajah menahan emosi, namun tetap berkata dengan tenang sambil tersenyum, "Saat ini asrama di luar sudah fully booked, hanya tinggal asrama di dalam campus yang masih kosong."
Setelah mendapatkan bukti yang membuktikan bahwa asrama di luar benar – benar sudah penuh, baru ayah dan ibunya bersedia memberikan kebebasan sepenuhnya padanya, empat tahun kehidupan masa kuliah ia sangat bahagia, meskipun setiap minggu ia harus menelpon pulang, setiap kali keluar juga harus melapor.
Saat masuk kuliah, ia bergabung dalam aktivitas campus hingga larut malam, setiap hari hampir sampai tengah malam. Praifah sedang merencanakan masa depannya, dan apa yang akan ia lakukan setelah lulus.
Termasuk pernikahan juga masuk dalam rencananya.
Praifah berkencan dengan seorang pria, orangnya sangat baik, dan sangat menghormatinya dalam segala hal, bahkan lebih akrab dibandingkan dengan teman akrab yang selalu bersama sejak tahun pertama namun malah selalu minum dan mabuk – mabukkan.
Setelah merencanakan masa depannya dengan baik, dan memasuki tahun keempat, ia memberitahu orang tuanya, bahwa ia memiliki orang yang disukai dan berencana akan menikah, namun akan mencoba menjalin hubungan terlebih dahulu, tidak terburu-buru, setelah lulus baru menikah.
Ketika mendengar kata 'Menikah' wajah orang tuanya langsung berubah, dan berkata bahwa mereka sudah memilih calon pasangan untuknya, kemudian menyuruhnya untuk bertemu terlebih dahulu.
Praifah sudah tidak ingat lagi bagaimana ekspresinya saat mendengar ucapan ini, sejak dulu tidak pernah terpikirkan olehnya pernikahan yang di atur seperti yang ada di drama series sungguh ada di kehidupan nyata.
Yang lebih ironisnya ada di dalam keluarganya.
"Menurutmu sebaiknya berlibur kemana akhir – akhir ini?" Praifah berbicara dengan sebelah tangan menggenggam ponsel, sebelah tangan lagi menanggalkan bar pad dan duduk di atas kasur, matanya tertuju pada browse page yang terdapat pada layar monitor notebook.
"Ujiannya belum berakhir, kau sudah merencanakan liburan?"
"Beberapa hari lagi semester akan berakhir."
Jawab Praifah, orang di seberang telepon terdiam sesaat, sesungguhnya liburan seorang diri sepertinya tidak terlalu aman, tetapi saat itu ia hanya bisa pergi sendirian, karena pacaranya belum selesai ujian, teman yang lainnya harus bertanggung jawab memperbaiki projector kemudian menyerahkannya pada dosen, jadi ia hanya bisa bergantung pada diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahasa Indonesia - He Came To See Me at Cheng Meng (Novel Translation) - END
RandomCharacter played by : Singto (Mes) and Ohm (Tan) Thai - Chinese Translated by 馨馨雨声 Linked : https://www.weibo.com/3092159305/HbBfugLEN?type=comment#_rnd1555341584194