Part 016 : It's Not Easy

510 96 5
                                    

A/N

Jangan lupa VOMENT!!!! dan expect some typos

"Dinda?" kening Juna berkerut saat melihat Dinda yang sekarang sedang berjalan melewati gerbang rumah dan berakhir dihadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dinda?" kening Juna berkerut saat melihat Dinda yang sekarang sedang berjalan melewati gerbang rumah dan berakhir dihadapannya. Tidak ada yang terlihat berbeda dari Dinda sejak mereka terakhir bertemu. Dinda masih tetap seorang gadis cantik berambut panjang yang memiliki wajah manis. Tipe wajah yang tidak akan bosan untuk dipandang.

"Hai cowok sok sibuk" Dinda melipat tangannya di depan dada sambil memasang wajah sebal.

"tumben pagi-pagi kesini. Ada apa?" Juna mencoba untuk bersikap biasa, sambil melanjutkan usahanya membuka pintu garasi. Dinda hanya diam sambil menaruh sebuah tas jinjing berukuran sedang ke lantai. Mata Juna mau tidak mau memperhatikan tas itu.

"mau ngalapin lo bawa tas gede banget?" tanya Juna

"mau minggat!" dengan wajah yang masih kesal, Dinda kembali mengangkat tasnya dan tanpa meminta ijin, langsung berjalan kedalam rumah. Sudah tidak terhitung berapa kali Dinda ke rumah kontrakan Juna, jadi tidak heran kalau Dinda terlihat sangat familiar dengan denah rumah ini.

Saat Dinda terus berjalan masuk kedalam rumah, Juna mengekori.

"Din, lo serius mau minggat? Jangan macem-macem deh" Juna mencoba untuk menyusul langkah Dinda.

"aku gak pernah macem-macem kok Jun" ucap Dinda santai. Langkah Dinda ternya berakhir di dapur. Raymond yang masih berkutat dengan cerealnya, kaget saat melihat Dinda masuk kedapur. Matanya yang sempat berat untuk terbuka, sekarang melebar dengan sempurna.

"lah, ngapain lo?" Raymond mengutarakan keterkejutannya. Dinda memang sering ke rumah kontrakan, tapi tidak pernah sepagi ini juga. Apa lagi sambil membawa tas jinjing seperti mau pulang kampung. Jelas Raymond kaget sekaligus penasaran.

"aku minggat Ray" jawab Dinda dengan suaranya yang halus.

"HAH?!" selain mata yang melebar, sekarang mulut Raymond juga ikut lebar.

"Din, jangan bercanda" Juna menggamit lengan Dinda, dan membalikkan badannya untuk berhadapan dengan Juna. Raut serius jelas terlukis diwajah Juna.

"aku gak bercanda. Aku emang kabur dari rumah Ayah Jun. Aku numpang tidur di kontrakan kamu boleh kan?" ucap Dinda. Juna sempat diam sejenak mencoba untuk mencerna omongan Dinda.

Kabur, nginep dikontaran.

"Lo minggat kenapa? Ada masalah apa sama bokab lo?" tanya Juna.

"kenapa? Kamu khawati? Aku kira kamu udah gak peduli lagi sama aku Jun. Kamu kan udah berubah. Udah cuek sama aku. Chat ku jarang dibales, di telephone gak pernah diangkat. Kamu ngehindarin aku kan?"

"jawab dulu pertanyaan gue. Lo kenapa kabur dari rumah?" Juna tidak menggubris kalimat panjang lebar Dinda. Juna menatap Dinda lekat-lekat, seakan tidak berniat membiarkan gadis itu lepas sebelum menjawab pertanyaannya.

Mawar Untuk Arjuna ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang