What do you think, Haru

1K 74 1
                                    

"Mbak Arcane sudah punya pacar?"
"Apa?" Reflek aku menengok. Haru? Ngapain dia di sini? Dia tanya apa tadi? Apakah aku sudah punya pacar? Aku gak salah dengar kan?

"Kamu ngomong apa tadi?" tanyaku dengan wajah galak. Tanpa kuduga Haru nyengir malu-malu. Ada apa dengan anak ini?

"Gak dengar mbak?" Mbak, Haru memanggilku mbak? Ini dah gak bener, gak lucu banget. Seperti tidak peduli dengan yang aku pikirkan, tiba-tiba Haru membisikkan pertanyaan itu lagi tepat di telingaku.
"Mbak sudah punya pacar?" Aku shock, aku terdiam. Kutatap matanya yang biasanya dingin melihatku sekarang tampak tenang. Malah sebuah senyum malu tersungging wajahnya. Aku mencium aroma tidak menyenangkan. Alarm kewarasanku segera kembali, aku tidak mau dikadali anak kecil. Seketika tawaku pecah, Haru menatapku heran.

"Pulanglah!" Perintahku tegas.
"Tapi mbak.."
"Pulang, aku bukan temanmu yang bisa kamu ajak main-main! Jangan berani mengikutiku!" Ancamku langsung berbalik melangkah meninggalkannya. Dadaku bergemuruh, perasaanku campur aduk. Marah, tersinggung tapi juga geli. Berani-beraninya dia bertanya hal pribadi padaku, di tengah jalan pula. Benar-benar kurang ajar, aku terus mengumpat dalam hati.

Sampai di rumah, aku segera membersihkan diri lalu merebahkan tubuh lelahku di atas tempat tidur. Aku capek sekali, hari ini jam mengajarku penuh. Kosong dua jam aku gunakan untuk membaca di perpustakaan, tempat favoritku untuk bersembunyi.

Kulihat jam dinding di kamar menunjukkan pukul 15.17 menit, masih memungkin untuk tidur sebentar. Waktu terus berlalu namun mataku tak kunjung terpejam. Pikiranku penuh dengan tanya tentang Haru. Sebenarnya apa maunya? Permainan apa yang sedang dia lakukan? Dan ada apa denganku, kenapa hatiku selalu berdebar setiap tak sengaja melihat Haru menatapku dalam diam? Aku gak mungkin jatuh cinta dengan pemuda tanggung itu kan? Sadar Arcane, bangun dan sadarlah! Mungkin ini hanya permainan iseng pemuda-pemuda tanggung itu. Jangan terjebak! Hatiku terus berbisik menguatkanku.

Mungkinkah ada cinta murid laki-laki terhadap gurunya? Beda usia kami hanya enpat tahun, hal itu bisa saja terjadi. Waktu PPL di SMP N 14 Semarang, ada 3 orang anak laki-laki yang nempel banget denganku. Mereka adalah Wisnu Brata, Ari Kumara dan Widya. Aku tidak tahu kenapa mereka selalu bangga bercerita tentang aku kepada teman dan orang tuanya.

"Ini to Bu Arcane, kenalkan saya ibunya Ari. Dia semangat banget cerita tentang Bu Arcane" sapa seorang ibu ketika aku dipaksa Ari ke rumahnya.
"Kenalkan saya Arcane, maaf merepotkan," jawabku gak enak hati.
"Ah enggak kok, biasa teman-teman Ari sering kumpul di sini," Aku tersenyum menanggapi ucapan ibunya Ari. Basa-basi orang Jawa, mana ada digeruduk banyak orang gini gak merepotkan. Ari dan kawan-kawan mengajak kami guru-guru PPL untuk perpisahan karena besok kami harus kembali aktif di kampus.

"Mami pulangnya tunggu mas Anto ya, biar dianter," pinta Ari ketika kami mau bubaran. Tiga sekawan itu memanggilku mami kalau di luar sekolah.
"Ngapain nunggu mas Anto, kalau bisa pulang sendiri," sahutku tertawa. Ari cemberut tak suka mendengar aku gak mau menunggu kakaknya. Lagian ada-ada saja, kenal saja gak kok nunggu diantar. Kayak gak aku banget dech. Malam itu "mas Anto" keburu datang sebelum aku pulang dan kami sempat berkenalan. Ari bahagia banget lihat kami berkenalan. Tapi aku menolak ketika Ari minta kakaknya untuk mengantarku. Aku terpaksa menolak meski tahu menyakiti hati Ari.

Aku tersenyum miris mengingat hal. Sedemikian melaskah aku sampai anak-anak muridku berniat menjodohkanku atau memertanyakan statusku? Aku memang belum punya pacar tapi bukan tidak laku. Lagi-lagi aku jadi ingat Haru.
********
Maaf semalam telat update, ketiduran.


ARCANE (Yang tak terduga) Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang