The begining

2.3K 114 18
                                    

     Kisahku mengajar di SMP Kristen Pelita Hati di mulai tujuh tahun lalu, ketika aku memutuskan hijrah dari kampung halamanku. Bermodal nekat, aku melamar lowongan guru Biologi yang kubaca dari sebuah bursa lowongan kerja di koran kompas. Entah karena hoki atau takdir, aku diterima tanpa melalui banyak tes yang kata teman-temanku cukup melelahkan. Jujur aku sendiri tidak mengerti mengapa aku bisa langsung diterima padahal aku tidak memiliki keistimewaan apa pun yang pantas diperhitungkan. Aku hanya punya ijazah sarjana pendidikan Biologi dari UNES, dulu IKIP Semarang dan sedikit pengalaman mengajar di sebuah SMA di kampungku.
     Kepindahanku ke Jakarta membuat kuatir keluargaku kecuali bapak. Tidak seperti bapak-bapak yang lain, Bapakku selalu mendorong anak perempuannya untuk maju. Dari kecil kami diajari mandiri, mengurusi diri sendiri. Sangat jarang Bapak ikut campur urusan kami, apalagi urusan sekolah. Dari masuk SMP sampai kuliah, semu kulakukan sendiri.  Bapak tinggal terima beres saat aku lulus, hanya datang ke rumah Bapak kos ku untuk berterima kasih dan pamitan.  Maksudku tidak diurusi dalam hal positif ya, bukan gak peduli.
     "Terbanglah sejauh kamu bisa nduk, carilah banyak pengalaman agar hidupmu punya arti," begitu pesan bapak sehari sebelum aku pergi. Aku menunduk diam di sebelah bapak.
     "Bapak percaya kamu bisa jaga diri," pesan Bapak lagi.
     "Arcane akan ingat baik-baik pesan Bapak. Doakan Arcane agar bisa beradaptasi dengan baik," Bapak mengangguk. Ditepuknya punggungku dengan lembut. Bapak memang tak pernah bisa basa-basi, persis kayak aku.
     Mulailah aku berpetualang seorang diri di rimba kehidupan kota Jakarta yang penuh intrik. Biar pun sendiri tanpa saudara atau keluarga, aku bersyukur mempunyai rekan kerja yang baik dan ramah.
      "Bapak Ibu, perkenalkan ini Ibu Arcane guru Biologi kita yang baru. Silahkan bu Arcane memperkenalkan diri," kata bu Martiana. Aku mengangguk gugup. Di depan sana bebeapa guru senior tengah menatapku bahkan ada yang bisik-bisik lalu senyum. Aku jadi gtogi.
     "Terima kasih Bu. Selamat pagi, perkenalkan nama saya Arcane Dama Nandita. Bisa dipanggil Arcane tapi jangan arca atau cane ya, karena arca terlalu keras sedang cane terlalu manis," kataku sambil nyengir. Seketika ruangan menjadi ramai dengan tawa dan celoteh mereka menanggapi guyonanku untuk menutupi grogi. Bu Martiana hanya  tersenyum sambil menepuk pundakku, sentuhan yang membuatku nyaman.
      "Bu Arcane silahkan duduk di dekat bu Dani, beliau guru Fisika. Silahkan ngobrol dengan teman-teman, kalau ada yang perlu ditanyakan silahkan ke ruangan saya. Selamat bergabung dengan kami," bu Martiana mengulurkan tangannya untuk bersalaman sebelum meninggalkan ruang guru. Kepala sekolah yang sangat anggun dan ngayomi, kataku dalam hati. Setelah bu Martiana pergi aku berjalan ke arah guru-guru lain untuk berkenalan. Dari wajah dan dialek mereka ternyata banyak juga yang orang Jawa.
     "Hey dik, kenalkan aku Dani. Asli mana? Lulusan mana?" Sapa bu Dani ramah.
     "Dari Purwodadi Bu, lulusan IKIP Biologi," jawabku sambil duduk didekatnya.
     "Sama dong, aku juga dari IKIP. Asli orang Ambarawa. Semoga betah ya," katanya bersemangat. Senangnya lamgsung bertemu teman satu almamater.
     "Ngomong-ngomong jangan panggil Bu Dani, berasa tua. Panggil mbak Dani aja ya, oke!" pintanya sambil berbisik. Aku tersenyum setuju.
     "Tinggal di mana dik?" tanya mbak Dani antusias.
     "Sememtara di Bekasi, nebeng di rumah teman," sahutku.
     "Jauh banget, gak capek?"
     "Sementara sambil cari-cari tempat kos,"
      "Kalau mau kos tanya Lucia no.. siapa tahu ada kamar kosong?" celetuk guru berkacamata yang duduk dua meja dari kami. Kalau gak salah namanya bu Emmi.
     "Oya, ada satu kamar kosong yang di depan. Kalau mau nanti pulang bisa kita lihat bareng," sahut Lucia.
    "Boleh boleh, terima kasih," sambutku gembira.
    "Tempat kos nya enak kok, pasti kamu suka," ujar mbak Wina kembali menyemangati.
    "Kalau perlu bantuan bilang kami aja, pasti kami bantu," tambah bu Emmi.
    "Tuh banyak yang mau bantu, kamu tidak sendiri," bisik mbak Wina tepat di telingaku karena renungan pagi hampir dimulai.
      Hari pertama yang menyenangkan, disambut dengan teman-teman yang sangat ramah. Akankah hari-hari selanjutnya akan menyenangkan seperti hari ini?
                  ********

Yeay...bisa update hari ke dua. Semoga masih menyenangkan.

ARCANE (Yang tak terduga) Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang