I will be fine (2)

914 36 0
                                    

      "Selamat pagi Bapak Ibu," sapaku ramah. Kantor masih sepi, baru ada Nita, mbak Dian, Santika dan pak Anung.

      "Pagi bu Arcane, cerah nich,"  sahut Nita.

      "Mencerahkan diri,' sahutku tersenyum. Aku mendekati mereka untuk  bersalaman dan cipika cipiki kecuali dengan pak Anung.

      "Jadi pindahan Bu? Gak pulkam dong?" Tanya Santika.

      "Jadi dong, ini sudah dari Bekasi makanya berangkat lebih pagi. Bapak Ibu yang ke sini," Santika mengacungkan jempolnya.

      Semakin siang, kantor semakin ramai dan mualku belum mereda. Setakut itukah aku?

                 ********
      
      "Pagi Bu," sapa Nich Herawan pecicilan. Gayanya itu lho... bikin gemes. Ganteng-ganteng kok pecicilan.

     "Pagi juga, seneng amat," jawabku tertawa.

     "Seneng dong, kan bisa ketemu," sahutnya cengengesan. Mata beloknya berkedip-kedip genit. Itu gaya Nich kalau lagi bahagia.

     "Dah sana temui!" Kutinggalkan dia dengan tawa bahagianya.

     "Ibu liburan pulang kampung gak?" Eh, anak itu sudah menjejeri langkahku.

     "Ngapain nanya? Kepo," sahutku meledek. Nich nyengir, matanya masih memberi kode ingin bicara.

     "Mau ngomong apalagi, ribet amat pagi-pagi,"

     "Enggak ah, nanti saja. Da da Ibu," Sableng tu anak malah kabur. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat keerorannya.

      Bertemu anak-anak salah satu sumber kebahagiaan  seorang "guru aneh" sepertiku. Bersama mereka aku bisa menjadi diriku sendiri, tidak perlu basa-basi, tidak perlu jaim.

       Aku biasa berbagi cerita dengan anak-anak, apa pun yang sedang kurasakan bahkan ketika sedang bete sekali pun. Saat gembira aku bisa tertawa lebar bahkan membully anak-anak dengan ledekanku. Saat sedih, aku jadikan mereka hiburan atau pelampiasan dengan lagi-lagi membully mereka. Bully nya bukan fisik ya... hanya ledekan-ledekan kepada anak yang pantas diledek. Biasanya kepada anak-anak yang tidak punya malu. Buat yang diam, aku harus menjadi guru yang baik hati. Gak usah dibully saja mereka sudah takut bagaimana dibully hahaha...

       "Pagi semua," sapaku begitu masuk kelas 9.2.

      "Pagi Bu," jawab mereka serempak. Beberapa anak tampak berbisik.

      "Kenapa Mag?" Maggie tersenyum malu. Dalam hati mungkin dia mengumpat pagi-pagi sudah ditegur. Tahukan bagaimana anak-anak jaman now?

      "Lagi bahagia ya Bu?" Celetuk Rendy.

      Aku hanya tersenyum, anak satu ini memang agak nyeleneh, cuek dan menyebalkan. Padahal kakaknya gak begitu lho... setiap pribadi itu spesial ya, jangan disamakan.

      "Kan mau ketemu koko Rendy makanya semangat," sahutku santai. Nathan dan Niko tertawa ngakak mendengar jawabanku.

     Itulah anak-anak, suka banget menertawakan penderitaan orang. Sedih kalau melihat orang bahagia. Gak hanya anak-anak juga kali aku juga bahagia lihat anak-anak menderita.

      "Bu Arcane, waktu liburan ke Bandung ya? Saya lihat Ibu pas mau balik dari Ciwidey," teriak Indiana.

      "Cie cie sama siapa tuch?" Celetuk Nathan.

     "Sama cowok kan bu, ganteng dech," Indi terus ngipasi suasana.

     "Salahnya di mana?" Aku bertanya cuek.

     "Berarti benar kan Bu?" Indi minta kepastian.

      Aku hanya tertawa tipis. Seperti biasa anak-anak lain bereaksi dengan cara berbeda. Lica dan Valen senyum-senyum sendiri, aku pernah ketemu mereka saat jalan dengan Haru. Michelle tetap dengan senyum sinisnya. Babyra tersipu malu, lha kok bisa?

      Aku sengaja tidak memperjelas keadaan biarkan anak-anak berimajinasi dengan pikirannya.

      Saling lempar ejekan dengan anak-anak sukses membuat mualku hilang. Jadi Arcane, lihat anak-anak saja!

           ********

Yes, bisa nulis lagi
Masih 2 part lagi nich... yapi contekannya ketinggalan di sekolah.

Dua part lagi Arcane mau melihat dirinya sendiri.

Penasaran? Ada yang mau kasih masukan? Bebas kok gak mengurangi nilai hahaha..

Ditunggu komen nya ya?

Salam

     

ARCANE (Yang tak terduga) Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang