You can pass it

481 44 0
                                    

"Sayang, kamu kenapa? Ada kata-kataku yang salah ya? Maaf, aduh jangan nangis dong," Haru heboh di seberang telpon.

Aku tidak tahu dia benar-benar bingung, atau hanya pura-pura saja? Kata-katanya tadi menyinggung perasaanku. Aku tidak mau bercerita bukan karena dia muda tapi aku gak mau menambah pikirannya.

"Ada masalah apa? Kalau kamu butuh, aku akan pulang sekarang," Lha kok pulang, gampang banget. Dia kan lagi kerja.

"Aku gak apa-apa kok. Aku hanya gak suka kata-katamu tadi," sahutku setelah cukup lama hanya menangis.

"Kamu tetap kerja saja. Aku bisa atasi ini, sudah biasa,"

"Maaf, kalau kata-kataku membuatmu tersinggung? Aku sayang kamu, aku kepikiran kamu. Aku kenal kamu, sangat mengenalmu. Sikapmu tadi berlebihan, gak Arcane banget Neng. Please jangan marah ya," Kata Haru melembut.

     Lagi-lagi Haru menunjukan perhatiannya. Laki-laki kok ngomongnya nerocos tak karuan. Meski begitu trenyuh juga dengan perhatiannya.

"Kalau kamu gak mau aku pulang, cerita dong biar aku tenang," pintanya lembut.

Aduh Arcane, kenapa harus nangis sich.. Yayang bebeb jadi panik tuch..

        Bingung harus mulai dari mana? Kucoba mengingat apa saja yang sudah aku ceritakan pada Haru kemarin, supaya nyambung. Akhirnya aku menceritakan semua yang kualami di sekolah tadi. Sesekali kudengar Haru menghela napas. Segelisah itukah dia?

       "Begitu saja bapak Haru Mahendra, cukup ya," Terdengar helaan napasnya berat banget.

      "Kamu kenapa, kok malah diam?" Lama Haru tidak menjawab, ganti aku yang bingung. Ada apa dengan dia?

      "Sayang maaf ya, harusnya aku ada didekatmu sekarang. Aku merasa jadi pacar gak guna,"

      Lho kok malah drama gini sich! Gak asyik ah...

      Dalam keadaan normal Aku lebih suka Haru yang dulu, yang setiap pagi diam-diam menungguku di depan gerbang sekolah. Mencuri pandang saat aku ngajar atau tetap dalam diam menjagaku dari jauh saat aku pulang. Aku rindu Haru yang acuh, bukan yang bawel seperti ini.

      Kenyataannya dari dulu dia peduli dengan caranya. Sesaat kami terdiam, aku berkelana dengan pikiranku sendiri. Haru mungkin juga begitu.

      "Honey, listen to me!" Pintanya tegas.

       Alarmku berbunyi, bahaya kalau dia sudah ngomong pake bahasa Inggris bakal serius banget.

      "Iya, aku dengar,"

      "Honey, i know you. You are a good and smart teacher. I feel it like when I became your student. I believe, you can pass it,"

     Deh, kamu ngomong apa Haru? Aku guru yang baik, baik seperti apa? Aku guru pintar? Kamu hanya berusaha menyenangkanku. Aku bahkan tidak bisa membuat muridku memperoleh hasil belajar yang optimal.

      "Terima kasih hiburannya,"

      "Aku tidak sedang berusaha menghibur kamu. I really mean it and that's a reality. If you aren't smart, i will not make you my girlfriend,"

      So sweet bener pacarku ini, berasa tambah gede kepalaku terua terbang dech...
Melambung jauh terbang tinggi bersama mimpi, jadi ingat lagu jadulnya Anggun.

       "Keep smile my Arcane, i really love u,"

      "Thanks you my Haru. I love you too," jawabku sungguh-sungguh. Haru tertawa gembira.

      "Really Honey? I'm very glad to hear. Hug love for you," 

     Aku mengangguk, tak sadar airmataku kembali menetes. Aku bahagia. Aku suka cara Haru membangkitkan semangat dan keyakinanku.

     Aku pasti bisa melewati semua ini.

               *********

Cinta itu berbagi, cinta itu saling menguatkan. Bahagianya punya pacar kayak Haru ya..

Eh, aku jadi belajar bahasa Inggris. Maaf ya kalau ada yang salah. Baru mencoba nulis pake bahasa Inggris, biar kayak orang-orang hahaha...

Terima kasih buat teman-teman yang sudah baca, vote mau pun komen. Kalian TOP...

matur nuwun.

Salam literasi

     

ARCANE (Yang tak terduga) Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang