My friend my family (2)

823 59 0
                                    

     Selesai urusan dengan cik Cilca calon ibu kosku yang sebenarnya terbilang cerewet, aku segera pulang ke Bekasi. Lucia sempat memberitahuku tentang sifat si Cicik yang lumayan ribet alias rese tapi demi sebuah kamar yang cukup nyaman, aku mengabaikan itu semua. Minimal aku tidak harus merepotkan keluarga teman kecilku tempat aku menumpang sekarang ini.  Mereka sama sekali tidak pernah mengeluh, aku yang gak enak hati membuat anak perempuannya harus berbagi kamar denganku. Apalagi kalau aku perhitungkan biaya untuk transportasi pulang pergi ke sekolah hampir sama dengan biaya untuk kos. Ketika aku menyampaikan rencana kepindahanku, Lia agak keberatan.

     "Yakin sudah dapat tempat kos yang nyaman?" tanyanya curiga.

     "Tidak usah tergesa-gesa, disini saja dulu. Carinya pelan-pelan saja. Kata papa Icha, daerah sekolah kamu rumah-rumahnya kumuh," katanya kuatir. Maaf, jangan tersinggung yang tinggal di daerah calon tempat kosku. Untuk kami, orang-orang daerah yang biasa hidup di rumah yang mempunyai halaman depan belakang lumayan luas, lingkungan perkotaan sering membuat kami pusing. Rumah berhimpit, selokan mampet, gang kecil kalau malam dipenuhi pemuda tanggung yang menikmati hidup, sungguh membuat kami berpikir beribu kali untuk hidup di sana. Hal itu juga yang membuatku lama memutuskan tinggal di kos Cik Cilca. Tapi aku butuh tempat tinggal yang lebih dekat.

     "Lia benar, kapan-kapan aku carikan rumah kos yang lebih aman. Daerah itu banyak pedagang narkoba Ar, kamu perempuan," mas Son suami Lia ikut bicara.

     "Lebih baik cari yang agak jauhan, jangan disitu," kata Lia memdesak.

    "Kalau jauh tambah ongkos lagi dong," jawabku beralasan.

    "Kos ku enak kok, memang di gang sempit tapi rumahnya masih asri. Ada banyak pohonnya dan halamannya. Keamanannya juga cukup terjaga. Dari sekolah hanya 300 m, aku gak perlu naik angkot lagi," kataku menjelaskan.

    "Kalau mbak Arcane pindah, aku gak ada yang bantuin buat PR lagi. Sama mama gak enak," keluh Icha tiba-tiba muncul. Aku tersenyum menanggapi keluhan Icha.  Icha dan Eron, kedua anak Lia memanggilku mbak bukan tante karena aku belum nikah. 

     "Icha protes tuch," kata Lia masih berusaha menahanku. Kuelus rambut Icha yang bergelombang. Beberapa hari tinggal di rumah ini membuat Icha yang kukenal sejak bayi sedikit bergantung padaku. Mamanya yang lumayan galak,  padahal aku juga tegas sama mereka berdua membuat mereka nyaman denganku. Segala urusan PR menjadi tanggung jawabku.

     "Kalau libur mbak akan main ke sini," janjiku padanya.

    "Bener ya janji?" Aku mengangguk mantap. Setelah mendengar janjiku Icha kembali masuk ke kamar.

    "Kalau kamu sudah yakin ya sudah, mau bagaimana lagi," kata mas Son kemudian.

    "Tapi ingat, seperti janjimu pada Icha setiap Sabtu pulang ke sini. Minggu kita ke gereja bareng," sela Lia mengingatkan.

    "Iya aku janji," jawabku pasti.

    "Kapan kamu pindah?" tanya mas Son sambil mengembuskan asap rokoknya.

     "Duh mas, asapnya itu lho!" teriakku jengkel. Mas Son tertawa, dia tahu aku paling gak suka orang merokok sembarangan. Tapi aku siapa? Istrinya aja cuek.

     "Hati-hati entar dapat suami perokok baru tahu rasa," ledeknya tetap diantara kepulan asap rokoknya. Asap ini yang sejujurnya memaksaku cepat-cepat cabut dari rumah ini. Rumah yang menaungiku selama empat hari ini, memberiku cukup makan meski aku tahu kehidupan mereka sangat pas-pasan.

     "Beaok aku langsung menempati kos itu. Aku cuma membawa baju jadi gak repot,"

     "Apa, langsung mau besok?" Teriak Lia melotot.

    "Iya, kalau dari sini terus capek. Jam empat sudah harus bangun, sampai rumah sudah jam empat juga. Capek di jalan dan di ongkos," jawabku menjelaskan.

     "Yo wis, terserah kamu. Besok tas baju kamu aku yang bawa. Sore aku antar ke kos kamu, sekalian pingin tahu kos mu seperti apa?" kata mas Son menengahi.  Aku hanya bida mengiyakan, aku tahu perkataannya tidak bisa dibantah lagi. Aku beruntung mengenal mereka.

             ********

Yeey..bisa update dua part jadi gak hutang lagi. Kali ini datar aja ya..

ARCANE (Yang tak terduga) Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang