Thalassemia sufferers

670 65 0
                                    

      "What Thalassemia?" Tanyaku tidak percaya.

      "Iya, Thalassemia," jawabnya menyakinkan. Aku benar-benar shock mendengar berita itu. Sepanjang hidupku belum pernah aku kenal dengan penderita penyakit genetika kecuali idiot.

     Thallasemia merupakan salah satu penyakit genetika (keturunan),  aku kenal penyakit ketika belajar mata kuliah genetika. Penyakit itu disebabkan oleh kekurangan protein darah tertentu pada hemoglobin (hb) sehingga hemoglobin tidak dapat melakukan fungsinya sebagai alat transportasi oksigen ke seluruh tubuh. Hal ini akan menyebabkan tubuh kekurangan oksigen. Tahu kan akibatnya kalau tubuh kekurangan oksigen? Kekurangan oksigen akan menyebabkan terganggunya proses Oksidasi Biologi. Gangguan pada salah satu proses metabolisme dalam tubuh tersebut akan menyebabkan tubuh kita tidak menghasilkan energi yang kita butuhkan untuk beraktivitas.

     Karena hemoglobin sendiri tidak bisa melakukan tugas transportasinya maka sepanjang hidupnya penderita thalassemia harus mendapat transfusi darah. Darah baru inilah yang akan melakukan fungsi transportasi mengedarkan oksigen ke seluruh tubuhnya.

     "Setiap bulan dia transfusi dong?" Mbak Dani mengangguk. Berarti Robin menderita thalassemia beta yang sepanjang hidupnya mengandalkan darah orang lain. Pantesan tubuhnya kurus, pucet dan terlihat aneh. Terbayang olehku bagaimana tubuh kurus itu harus menerima donor setiap bulan. Aku suntik saja takut.

              **********
     Hari Senin pagi ketika jam perwalian, mataku tak mau berpindah dari tubuh kurus Robin. Informasi dari mbak Dani, Robin tidak bisa diam. Suka main bola dan sangat iseng. Nilai akademiknya sangat hancur makanya tidak naik kelas. Gimana tidak hancur kalau setiap bulan harus meninggalkan pelajaran minimal 2 hari untuk pemeriksaan darah dan transfusi. Seperti mobil baru diisi bensin, setelah transfusi wajahnya kembali merah dan semangatnya langsung melejit tinggi. Tapi saat ini, Robin tampak sangat pucat, bibirnya kering dan lesu.

     "Anak-anak minggu lalu kita sudah ngobrol tentang hobi, kesukaan kita. Nah hari ini mau saya mau kerucutkan lagi. Kalian tuliskan impian kalian di masa mendatang lalu apa yang akan kamu lakukan untuk bisa mengejar mimpi itu. Mengerti maksud saya?" Tanyaku memastikan maksud tujuanku.

     "Mengerti Bu," jawab mereka serempak.

     "Oke, kalian silahkan tulis. Ibu mau ngobrol cantik dengan Robin," kataku sambil bercanda. Anak-anak tertawa menanggapi guyonanku.

      Anak laki-laki pucat itu mendongak kaget. Wajah pucatnya tampak semakin pias. Kuberi dia senyuman manis agar dia tidak takut.

    "Yuk kita ngobrol di luar!" ajakku lembut. Robin mengikutiku dengan ragu. Kami duduk berdua di lobi kelas, Robin menatapku dengan matanya yang menonjol.

     "Robin sehat? Kamu terlihat pucat?" tanyaku sambil memegang pundaknya. Robin menggeleng tak bersemangat. Jujur aku tidak tahu makna gelengannya.

      "Kata mama, hari ini mau ijin untuk ke rumah sakit," sahutnya sesaat kemudian.

     "Ke rumah sakit, siapa yang sakit?" Aku masih berpura-pura. Banyak orang sakit yang tidak suka dikasihani jadi aku memposisikan diri sebagai orang yang tdk tahu apa-apa.

     "Aku harus transfusi lagi," Kebetulan yang tidak disengaja.

     "Robin sakit apa? Kenapa harus transfusi darah?"

     "Thalassemia," jawabnya pendek. Aku pura-pura terkejut. Kutahan diriku untuk tidak menangis didepannya padahal airmata sudah mendorong untuk ditumpahkan.

      "Apa yang Robin rasakan sekarang?"

     "Biasa saja. Kadang bosen," jawabnya datar. Ekspresi wajahnya benar-benar datar, tak terbaca. Dadaku terasa sesak, membayangkan tubuh ringkik itu harus disuntik terus dialiri darah baru terasa menyakitkan.

     "Kamu tidak boleh bosan ya, tetap bersyukur dengan kesempatan yang Tuhan berikan. Masih bisa main tapi jangan terlalu capek. Kalau tubuhmu capek, stamina kamu mudah turun. Tetap semangat ya," Robin mengangguk. Apalagi yang harus aku katakan?

          ********
Jadi pingin nangis menulis cerita tentangnya. Puji Tuhan, setelah hampir 18 tahun berlalu tempo hari masih ketemu anak itu dalam keadaan sehat.

Makasih banyak buat setiap vote dan komentar sahabat Arcane semuanya.



ARCANE (Yang tak terduga) Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang