Matriculation class (1)

480 38 0
                                    

     Yey, akhirnya mencapai 1 k, norak ya..
Biar aja dibilang norak emang bener norak hahhaha..
Makasih teman-teman yang masih setia membaca dan yang sudah bantu promo.

Semoga tulisan ini berguna buat banyak orang. Hari ini, Arcane mau  selow aja.. bisa gak ya?

Happy reading teman-teman.

              **********
       Sudah jam 5 lebih, rumah kos masih sepi. Sejak Lucia menikah dan pindah ke rumah suaminya, tinggal aku yang berprofesi sebagai guru. Setiap hari aku bisa menikmati kesunyian tanpa gangguan.

       Setelah membersihkan badan, aku berbaring di atas tempat tidur. Kuraih remot televisi yang ada di nakas kecil di samping tempat tidur dan iseng mulai mencari acara yang mungkin menarik untuk dilihat. Akhirnya aku memutuskan menonton sitkom "Tukang ojek pengkolan", lumayanlah buat hiburan. Aku lebih suka melihat acara ringan seperti itu daripada sinetron aneh yang menjatuhkan harga diri sekolah (pendidikan) atau perselingkuhan.

     Menikmati kehidupan warga biasa dengan kehidupannya yang biasa, gejolak-gejolak ringan yang terjadi bisa merenggangkan ketegangan.

     "Ayo jalan sekarang," ajak Ojak pada Denok istrinya.

     "Denok gak mau jalan Bang," sahut Denok lempeng. Ojak menatap istrinya bingung.

     "Terus mau apalagi?"

     "Denok mau bonceng Abang," gubrak. Ojak garuk-garuk kepala.

      Aku tersenyum getir. Salut dengan kesabaran Ojak melayani kepolosan Denok. Sementara aku? Aku bahkan tidak pernah bisa bersabar dengan anak-anak yang entah polos atau memang gak ngerti sama sekali.

     Salah satu sumber masalah besar yang dihadapi guru IPA adalah rendahnya kemampuan berhitung. Entah pelajaran apa yang mereka dapat dari SD mereka sebelumnya. Fakta aneh yang membuat kami bertanya, kok bisa lulus ya? 

     Ada saja hal unik yang harus kami hadapi ketika  mempersiapkan anak-anak belajar IPA khususnya Fisika di kelas 7. The really fact is...

      Setiap awal tahun ajaran, kami mengadakan test awal atau test diagnostik yang gunanya untuk memetakan kemampuan awal siswa. Materi ujinya kami ambil dari materi kelas sebelumnya. Anak kelas 9 mengerjakan materi kelas 8, kelas 8 mengerjakan materi kelas 7 dan kelas 7 mengerjakan materi kelas 6. Bentuk soalnya bukan hafalan tapi lebih ke analisis.

      Dari hasil test tersebut, anak dengan hasil sangat kurang akan diberikan pelajaran tambahan khusus yang kami sebut matrikulasi.  Ada banyak cerita menarik dibalik kelas matrikulasi khusus pelajaran IPA dan matematika. Aku ikut juga memberi matrikulasi matematika.

     Oya, matrikulasi diadakan setelah pulang sekolah, dua minggu berturut-turut. Kebayangkan bete-nya anak-anak, mungkin gurunya juga sepuluh hari bersama matematika. Gak suka ngitung, dipaksa belajar berhitung. Amsyong..

     Setelah tiga hari belajar operasi hitung sebagai dasar  matematika, anak-anak harus menyelesaikan tes.  Mattew menatap lembar kertas tes matrikulasi matematika dengan lesu. Wajahnya berkerut kesal.

      "Kalian kerjakan sendiri ya? Saya tidak butuh nilai kalian  tapi saya butuh memastikan kalian bisa atau tidak," kataku menekanku tujuan tes tersebut. Anya, Berta dan beberapa anak lain mulai mengerjakan tes itu. Anya tersenyum lebar, sepertinya dia sudah memahami konsep operasi hitung yang sudah dipelajari. Jocelyn mengerjakan dengan bersenandung kecil.

     "Gampangkan?" Tanyaku pada Jocelyn.

     "Gak ngerti Bu," sahutnya nyengir. Ampun dah, kupikir sambil senandunh karena gampang ternyata gak ngerti. Kutengok hasil pekerjaannya. To the point alias jawab langsung gak pake cara. Generasi milenial.

     "Kok gak pake cara?"  Aku minta penjelasan karena dari awal sudah dijelaskan harus pake cara.

     "Waktu SD diajari gurunya begini Bu," jawabnya ngeyel. Jawaban yang membuatku menggaruk kepala kasar. Aku frustasi.

ARCANE (Yang tak terduga) Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang