Slide 1

6.9K 630 226
                                    


«

«

«

Tidak!!!

Baekhyun berteriak kencang, pada sebuah sambungan telepon. Raut wajahnya menggambarkan kekhawatiran, kerutan pada keninggnya kian mendalam. Satu tangannya memegang gagang telepon, dan satunya lagi, mencekal helaian rambutnya, kasar.

Ini baru pukul tujuh di pagi hari, matahari sedang teraturnya membagikan secercah sinar, yang menghangatkan, setelah berjam - jam, dalam kedinginan malam.

Pagi yang seharusnya di sambut dengan secangkir cafein, pembangkit energi untuk menjalani hari yang masih akan berjalan panjang di hari itu, malah diberi bumbu-bumbu kekesalan, yang akan menambah buruk daftar harinya, di pagi senin.

"Eomma, aku tidak mau bertemu dengannya lagi! " Baekhyun merengek manja, walau usianya telah melewati kepala tiga, tetap saja kebiasaan kecilnya tak pernah musnah dari tubuh kekarnya.

"Gadis itu, akan mengganggu hidupku lagi! " rengekan Baekhyun semakin menjadi. Walau sang ibu tak melihatnya, namun sudah di pastikan bibir tipis berona manis itu, mengkerucut, seperti pantat ayam.

"Kenapa dia harus berlibur disini, lagi pula dia bisa tinggal di tempat lain, Eomma! " penolakan demi penolakan, dilancarkan pria bermata minimalis itu. Berharap salah satu penolakannya, mendapat persetujuan dari sang pemilik surga itu.

"Eomma, dua tahun sudah cukup untukku, selama dua tahun itu, aku mendapat kehidupan buruk, karena tinggal bersamanya, " dia menjelaskan kembali dengan nada memelas. Bukannya mendapat titik terang, dalam setiap pembelaaanya, malah, sang ibu semakin gencar memaksaanya. Selalu mengatasnamakan sayang seorang anak, pada ibunya. Keadaan itu membuat Baekhyun melemah, mengalah dengan kekerasan hati sang ibu.

Sudah ku tebak, tidak akan pernah ada kemenangan untukku, sampai kapanpun!  Baekhyun memejamkan matanya, menerima semua perintah ibunya dengan keterpaksaan, yang menjejal di hatinya.

Dia menempatkan kembali telepon pada tempatnya, setelah ibunya memutuskan sambungannya terlebih dahulu.

Wajah Baekhyun seperti dilipat, memucat, dan tak bernyawa. Cerah kemeja putihnya, dikalahkan oleh kekelabuan hati, yang sedang menyelimuti perasaannya sekarang.

Bertemu dengan gadis remaja ingusan, yang sukanya mencari masalah. Dan kerjaannya hanya memancing emosi. Ada yang mau? Pasti jawabannya tidak.

Berat hati dia menarik kedua tungkai kakinya, tenaganya seperti terkuras, saat mendengar nama gadis itu disebut lagi. Setelah lima tahun ditinggal pergi oleh gadis berusia tujuh belas tahun, yang bernama Do Kyungsoo.

Tangannya seperti kehilangan massanya, dia meraih tas kerjanya dengan lemah, menentengnya seperti membawa beban paling berat. Melangkah dengan gontainya, menuju mobil sport merah kesukaannya.

"Mulai besok hariku akan seperti berada di neraka kembali! " desahnya parau, memandang kambang pada pantulan dirinya pada kaca mobilnya sendiri.  Lalu mata sipitnya melirik jam rolex di pergelangan tangannya, yang sudah menunjukan pukul 7.30.  "Hell! Gara- gara gadis ingusan itu, sekarang aku terlambat mendapat kopiku lagi. " umpatnya kecil penuh kekesalan. Biasanya sebelum berangkat ke kantor, Baekhyun akan singgah pada coffeeshop dekat rumahnya. Namun karena waktu sudah terlanjur siang, dia hanya dapat mempasrahkan secangkir nespresso-nya, lenyap untuk pagi itu.

Dengan kecepatan di atas rata-rata, ia melajukan mobilnya pada jalanan Gangnam, yang tampak padat di pagi senin. Pikirannya kalut, jika memikirkan mulai besok dia harus meluangkan waktunya lagi untuk seorang gadis, yang menjadi momoknya selama ini. Sesekali ia berdecak malas. Jika mengingat kelakuan gadis yang penah serumah dengannya, dulu.

Uncle ByunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang