Slide 14

2.5K 424 135
                                    

.

.

.

"Uncle? "

Kyungsoo mengetuk pintu kamar pria berwajah manis itu dengan lembut dan mengalun. Ia mengetuk dengan intonasi yang berirama, seperti memberi hiburan pada dirinya sendiri. Hampir semenit Kyungsoo mengetuk pintu kayu, bercat putih, dengan gaya mediterania moderen itu.

Pintu itu memiki dua bilah yang saling bertautan. Salah satunya kini masih diketuk oleh Kyungsoo. Wanita itu masih berusaha mengetahui apa yang terjadi pada pria yang setia menjaganya itu.

"Uncle? Apa aku memiliki kesalahan padamu?" tanyanya kembali dari balik pintu.

"Pergilah tidur, Kyungsoo-yaa! " jawab Baekhyun dari balik pintunya juga. Entah apa yang dilakuan oleh pria itu di dalam kamarnya. Yang pasti Kyungsoo masih dibawa penasaran, atas aksi yang dilakukan Baekhyun di meja makan tadi.

"Bahkan ini masih sore, uncle. Bagaimana aku bisa tidur, sedangkan aku baru saja terbangun?" katanya mengelak. Ini memang keadaan yang sebenarnya. Waktu masih menunjukan pukul lima sore, dan matahari pun baru akan beranjak tenggelam. Dan bagaimana bisa Kyungsoo pergi tidur, dengan waktu sore yang menggoda untuk dijelajahi.

"Terserah! Aku mau tidur! " teriak Baekhyun lagi.

"Tidur? Apa kau seorang bayi, uncle? Apa kau bayi yang membutuhkan tidur sore, untuk pembentukan tulang dan gigi? " Kyungsoo memprovokasi dengan candaan yang tak bermutu, namun cukup membuat Baekhyun menggeram tak terima.

Bayi? Baekhyun adalah pria dewasa yang memiliki hormon pria normal. Bukan seorang mahluk kecil yang lemah, dan juga manja.

"Aku bukan bayi! " katanya mengintrupsi dari dalam biliknya.

"Kalau bukan bayi, berarti kau mau menemaniku berjalan-jalan sore, bukan? "

Tawaran yang menggiurkan bagai sebuah hadiah besar di akhir tahun. Namun bukan Baekhyun namanya jika tidak memasang harga diri yang tinggi. Sebuah hal yang harus ia hindari adalah, langsung menerima tawaran Kyungsoo, yang jelas-jelas akan menunjukan dirinya yang mudah.

Berduaan dengan wanita itu? Yah! Ia sangat mengharapkannya. Segalanya telah ia lakukan hanya utuk berdua dengan Kyungsoo. Dan kini, malah gadis itu yang menawarkan sebuah kesempatan impiannya. Apa ada alasan ia harus menolaknya? Dirasa tidak sama sekali. Bahkan saat ini ia tengah mengganti pakaian kasualnya, menjadi pakaian sporty. Ini akan membuatnya tampak jauh lebih sepadan dengan Kyungsoo.

"Sepadan? Bahkan aku terlihat seusia dengan Daniel. Dan mungkin lebih keren! " katanya percaya diri saat berada di depan cermin. Ia membenarkan letak celana joger dan sepatu putih kesukaannya.

"Uncle? Apa kau mau menemaniku, atau tidak?"

"Apa yang aku dapatkan jika menemanimu?" ia menguji demi terlihat tidak murahan.

"Apa kau mau kubelikan sesuatu?"

"Ide bagus. Tapi aku yang menentukannya. Bagaimana? "jawab Baekhyun manja. Tingkahnya sama seperti seorang anak yang merajuk pada ibunya. Ada imbalan dari setiap permintaan.

"Baiklah," setuju Kyungsoo. Ini demi membuat Baekhyun kembali pada kondisi baiknya. Kondisi dimana pria itu selalu menaruh perhatian, dan kasih sayang padanya. Bukan keacuhan, apalagi aksi diam Baekhyun padanya. Itu membuat Kyungsoo tidak tenang.

"Kalau begitu, aku tunggu di depan rumah, ya, uncle?"

"Kenapa didepan rumah?" ia yang tiba-tiba saja membuka pintu kamarnya, dan sontak membuat Kyungsoo terlonjak kaget. "Aku sudah siap. " aroma parfum lemon kesukaan Kyungsoo tercium begitu kuatnya. Bahkan rasanya wanita itu ingin menempel, dan bergelayutan di tubuh tegap itu, agar dapat mencium aroma kesukaannya, terus menerus.

Uncle ByunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang