Slide 12

2.5K 425 212
                                    

.

.

.

Kekecewaan yang mendalam sempat membuat Choi Siwon, mendadak geram. Bagaimana bisa seorang yang memiliki profesioanlitas kerja yang tinggi, tiba-tiba menjadi kolot seperti ini.

Bahkan untuk menemui Sheikh Zain Al Buroon, yang sudah jauh-jauh dari Negara Timur Tengah, untuk menemui Baekhyun, si Arsitek yang telah membuat pria paruh baya itu puas, atas kinerjanya. Namun apa yang menjadi balasan Baekhyun? Pria itu hanya memberikan sepucuk surat, yeng bertuliskan huruf Arabik pada Sheikh kaya raya itu.

Walaupun ekspresi yang diberikan Sheikh Zain terlihat senang, namun tetap saja Siwon merasa ketar-ketir. Ketakutannya memang beralasan. Jika sampai membuat Sheikh Zain kecewa, sudah dipastikan pelebaran sayap bisnisnya, di Negara penghasil minyak terbesar itu, akan tersendat. 

Panas dingin dirasa Siwon, saat Sheikh Zain, beranjak dari duduknya. Pria berjambang lebat itu, terlihat menatap Siwon tegas. Dengan tangan yang berbalut jubah putih pria bermata biru itu mengulurkan tangannya, lalu berucap dengan bahasa ingris. "Glad to be come here. Hope we can still in our buisnees relation. "

"I am so thakful for your kind, Sheikh. To come here, and please stay in touch." ucap Siwon penuh harap, dengan membalas uluran tangan pria paruh baya itu, lalu bersalaman untuk sebuah perpisahan pahit.

Mereka berpisah di hari yang masih terbilang cerah, bahkan ini belum pukul dua belas. Inginnya ia mengundang Sheihk Zain, untuk ikut bergabung dalam jamuan makan siang, yang akan ia adakan khusus menyambut rombongan dari Negara Timur Tengah itu. Tapi sayang, absenya Baekhyun membuat Sheikh Zain, tidak bergairah lagi untuk memperpanjang durasi pertemuan itu.

Jelas terlihat Choi Siwon yang lesu. Semangat menggebunya lenyap, beralih menjadi kelesuan yang membuat aura kantor menjadi tampak kelabu dengan kemuraman Presdir tampan itu. Semua staf tidak ada yang berani bertingkah. Mereka seperti terpengaruh dengan kondisi Presdirnya.

Bahkan Chen juga tak berani bersuara lagi, setelah menyerahkan surat titipan dari Baekhyun, untuk Sheikh Zain.

"Dimana manusia labil itu! " decaknya yang terus menerus berusaha menghubungi Baekhyun, yang sampai saat ini tidak menjawab panggilan teleponnya.

Bagaimana mungkin Baekhyun bisa mengangkat ponselnya, jika ia meninggalkan ponselnya di dalam mobilnya. Bahkan setelah sampai dirumah, saat kembali dari rumah sakit. Sedikitpun ia tak terpikirkan dengan ponsel dan tas kerjanya yang masih tertinggal di dalam mobil.

Pria itu masih setia mengawasi Kyungsoo, yang sudah berbaring di ranjangnya. Baekhyun tak pernah mengalihkan pandangannya dari wajah bulat Kyungsoo. Tatapannya seperti sebuah penebusan kesalahan, karena kelalainannya. Jika saja ia lebih peka dengan keadaan Kyungsoo, mungkin tiak akan begini jadinya.

"Maafkan aku, Kyung." lirihnya berujar membelai pucuk kepala Kyungsoo.

Gadis itu membuka matanya, sadar akan diri diawasi, dan ditemani. "Sudahlah, uncle. Ini bukan salahmu. Ini adalah kesalahanku." gadis itu menyunginggkan seulas senyuman manis pada Baekhyun.

Senyum yang terukir di bibir tebal itu, seperti hal aneh yang menyergap kesadaran Baekhyun. Pria itu bergeming di tempatnya. Dirinya seperti dipaku di ranjang itu, beranjak pun sangat sulit untuknya. Jika saja ia bisa melarikan diri, mungkin kini ia tengah turun ke lantai bawah, untuk menyesap anggurnya. Tapi ini masih siang, bahka ia lupa jika Kyungsoo belum makan siang.

"Kyung, kau mau makan apa,untuk siang ini? " tanyanya setelah mengingat kondisi lemah gadis itu.

"Aku tidak lapar, uncle. Bibirku masih terasa pahit! "

Uncle ByunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang