.
.
.
Kyungsoo membuka pintu kamarnya. Kamar yang dalam sebulan ini akan ditempatinya. Ia mendaratkan blazer-nya pada sofa single di dekat jendela kamar itu. Dijatuhkan bebas tubuhnya pada ranjang empuk, yang berukuran queen size.
Huft! Lenguhnya puas. Selama lebih dari setengah hari berada dalam posisi yang sangat dibencinya. Ia memang terbang dengan tiket pesawat kelas bisnis, namun tetap saja, duduk berjam-jam membuat ia jenuh, dan jangan lupakan otot-otot yang menengang itu. rasanya ingin remuk seluruh tulangnya menjadi kepingan puzel, yang nantinya dapat ia rekatkan kembali.
Segera ia menyalakan pendingin ruangan, karena cuaca yang panas ssaat itu, tak seperti cuaca khas New York, yang membuat, keluar rumah pun, menjadi momok. Butuh sedikit adaptasi ulang, demi kenyamanannya selama sebulan kedepan.
Wajah gembilnya merefleksikan kelelahan karena jet lag, namun perasaannya justru sebaliknya. "Kembali ke Korea, adalah hal yang paling kutunggu! " katanya sedikit bersorak ria, dengan segala yang terjadi kini padanya.
Entah apa yang ditunggu oleh gadis berperawakan mungil itu. Perasaanya bahagia dan tak dapat digantikan oleh apapun.
"Mulai besok kau adalah miliku, uncle Byun! " desisnya dengan tawa yang tertahan di bibirnya.Ia mulai memejamkan mata, dengan damainya, melepaskan semua beban pikiran yang hinggap di kepalanya. Namun lima detik kemudian matanya kembali terbuka. "Ahh!" dia tersentak, mulai mengingat pembicaraanya tadi, dengan Daniel. Dia yang berdusata pada Baekhyun, menyembunyikan kebenaran. "Daniel mengajakku bertemu, besok!" ucapnya seraya memejamkan mata kembali.
Ia yang terhanyut dalam keheningan petang, mencoba menenggelamkan dirinya dalam, dan lebih dalam lagi, pada kenyamanan yang ia ciptakan sendiri. Dengkuran halus menyertai mimpinya yang sudah mencapai awang.
Langkah Baehkyun terdengar berat dan pelan. Satu per satu undakan ia naiki, sebelah tangannya membawa sebuah koper hitam, yang cukup besar, dan lumayan berat. Secara bergantian tangannya menjinjing koper itu. "Sepertinya dia membawa seluruh isi kamarnya, kali ini! " Baekhyun bergumam kecil, sambil terus melangkah menuju kamar Kyungsoo.
"Kenapa sepi, apa dia langsung tertidur?"
Lima tahun yang lalu, seorang Do Kyungsoo, remaja ingusan, yang hanya tau cara membuatnya khawatir, dan selalu membuat keributan di rumahnya mendadak menjadi pendiam. Sudah seperti lagu lama, Kyungsoo hanya menjadi pendiam di kala tidur dan sakit.
Dikala sakit pun, sudah tentu Baekhyun lah yang akan menjaganya, memperhatikan Kyungsoo dari malam, hingga menjelang pagi. Pernah juga Baekhyun harus absen bekerja, untuk menebus jam tidurnya, yang disita untuk menjaga Kyungsoo semalaman.Rasa khawatir yang berlebih, selalu ia tujukan pada Kyungsoo. Mengingat Kyungsoo masih dalam tanggung jawabnya. Mungkin rasa khawatir itu, melebihi rasa khawatir, terhadap dirinya sendiri. Ia selalu mengusahakan yang terbaik untuk Kyungsoo, tanpa sadar itulah yang membuat Kyungsoo sangat menyukai sifat Baekhyun, yang selalu mengutamakan dirinya.
Misalnya, ketika Kyungsoo dekat dengan seorang pria. Mode ibu tirinya, akan segera muncul tanpa diminta. Seperti koneksi wirless, dia akan segera memiliki intuisi, jika Kyungsoo akan pergi dengan seorang pria. Dan, dengan rasa tanpa bersalah, ia akan berusaha menghalangi itu. Mencegah segala pertemuan, yang mungkin mendatangankan sebuah hubungan.
"Sepertinya dia benar-benar kelelahan! " katanya penuh perhatian. Perlahan dia menekan kenop pintu di hadapannya. Membuka pintu secara perlahan, melihat keadaan dengan secara diam-diam.
Kyungsoo tertidur pulas dengan gaya andalannya. Tidur miring dengan mendekap guling dalam pelukannya. Baekhyun melangkahkan kakinya lebih lanjut, masuk dan menarik koper hitam yang dibawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncle Byun
FanfictionFollow dulu sebelum baca, konten mengandung unsur dewasa, siapa tau diprivat. Love Baeksoo. Anak ingusan itu, dari dulu dia memang pengganggu. Hidupku tak pernah tenang jika berada dekat dengannya. Tak tenang?? By : Sanhee