Slide 22

2.1K 356 154
                                    

.......

Sudah beberapa hari setelah konsernya, Daniel menahan semua gejolak di dalam dirinya. Kemarahan kekesalan, kekecewaannya memupuk menjadi kesatuan yang dapat meledak kapan saja.

Hari boleh berganti, tapi, pilihan hatinya tak mudah diganti seperti membalikan lembaran kalender. Daniel menghembuskan nafasnya panjang. Pria itu bangkit dari kursi putar di dalam studionya, beranjak dan meraih mantel tebal yang digantung tak jauh dari pintu keluar di studionya tersebut.

Pria itu keluar dengan pakaian yang santai, tak seperti minggu lalu yang sengaja memamerkan tubuh sexy-nya di hadapan semua penggemarnya, terutama Kyungsoo. Pria itu ingin sekali Kyungsoo berdecak kagum padanya. Dan jatuh hati padanya. Namun apa ia peroleh dari usaha kerasnya selama ini?

Ia rela menghabiskan banyak waktunya di gym, hanya untuk pembentukan ototnya. Lalu menghabiskan berhari-hari di studio musiknya, hanya untuk membuat lagu terindah di dunia.Dan juga, melakukan latihan koreo untuk menunjang konsernya. Semua itu ia lakukan, hanya untuk membuat Kyungsoo terkesan dan jatuh cinta padanya.

Daniel menggelengkan kepalanya gusar. Cepat saja ia menyambar kunci mobilnya lalu masuk dan menderukan kendarannya menuju tempat yang selama ini dirindukannya.

Sementara tangan kanannya menyetir, tangan kiri Daniel meraih ponsel dan menempelkan earphone pada telinganya. Menekan sebuah kontak di layar ponselnya.

Hanya beberapa detik ia terdiam, setelah panggilannya berhasil dan membuat suara pada sambungan telepon seberang.

"Kyung, aku ingin bertemu denganmu. Sekarang! " sambar Daniel segera.

Pria itu terdengar berdecak sesaat kemudian. "Aku tidak mau dengar penolakan darimu, Kyung! " tuntutnya jelas, hingga embusan nafas pasrah terdengar dari sambungan teleponnya.

"Baiklah, aku setuju. Aku akan sampai beberapa menit lagi. Sampai nanti, Kyung." Daniel mengakhiri sambungan singkatnya lalu kembali memusatkan konsentrasinya pada laju kendarannya.

Namun, bukannya beberapa menit, Daniel sampai di sebuah vila dekat pantai lebih dari satu jam. Padahal pria itu telah melajukan kecepatan maksimalnya. Tapi sayang, kemacetan Kota tak memberinya keleluasaan untuk melaju secepat yang ia inginkan.

Daniel berdecak malas, saat ia melihat jam di tangannya. "Sial! " umpatnya kesal, dengan sedikit bercermin di spion atas mobilnya. Cepat-cepat ia keluar dari mobilnya, dan segera menderap memasuki sebuah bangunan yang keseluruhannya hampir sempurna.

Tanpa pikir panjang lagi, Daniel melangkah masuk tanpa permisi. Ia tak dapat mengetuk pintu, karena terlihat rumah itu sudah terbuka lebar, tanpa pintu yang menghalangi padangannya.

Hatinya kian bergetar saat melihat sosok indah di ujung dalam ruangan. Gadis itu tengah membolak balikan sebuah majalah yang mungkin sangat menarik untuknya, sampai-sampai kedatangan Daniel tak tergubris oleh gadis itu.

Sepatu sport yang ia gunakan memang tak menghasilkan suara ketukan yang kentara. Namun saat pria itu menginjak lantai kayu, didalam ruangan itu barulah decitan nyaring terdengar dari sol sepatunya.

Gadis yang tadinya asik bergelut dengan majalah itu, kini berbalik lalu mendongak melihat orang yang tadi menelponnya, memaksa untuk bertemu.

"Hai, Daniel. " senyum di bibir tebal Kyungsoo sudah menyambut kedatangan Daniel.

Daniel belum membalas ucapan Kyungsoo. Langkahnya pun tak terhenti begitu saja. Ia semakin mendekat pada Kyungsoo, dengan tatapan mata yang seolah terhipnotis dengan visual yang sangat indah menurutnya.

"Kau tampak menggemaskan dengan kaca mata bulat itu, Daniel. " ucap Kyungsoo basa-basi, karena terlalu tegang melihat wajah kaku Daniel.

Kyungsoo menutup majalah Cosmopolitan edisi bulan ini, dan meletakannya kembali pada meja panjang di tengah ruang tamu. Gadis itu lalu mendekati Daniel, dan mepersilahkan pria itu duduk di seberangnya.

Uncle ByunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang