Slide 13

2.3K 425 188
                                    

.

.

.

Telinga yang mulanya tak menggubris suara disekitarnya, tiba-tiba menajam. Pendengarannya seketika memeka ketika dirasa sebuah suara merdu khas wanita manja, menggema di lantai bawah, yang mana suaranya merambat hingga kamar Kyungsoo, di lantai atas.

Gadis pemilik mata bulat penuh itu menginsting, jika yang datang ke rumah itu, pasti seorang yang kemarin sempat menunpang mobil Baekhyun dikala pulang kantor. Dugaannya semakin kuat, saat suara tertawa nyaring itu menggema kembali. Otaknya sempat meradang, memikirkan semua itu. Ingin rasanya ia menyembunyikan Baekhyun di tempat yang aman, sehingga terhindar dari wanita yang lebih tua darinya itu.

Kyungsoo hanya menginginkan yang terbaik untuk Baekhyun. Bukan malah sebaliknya. Tempo hari saat ia melihat interaksi antara Baekhyun dan Yubi, ia merasa ada sesuatu yang membuat Baekhyun terlihat tidak nyaman bersama Yubi. Bahkan Baekhyun selalu menghindari tatapan langsung dengan Yubi. Perasaannya begitu kuat bersama Baekhyun, hingga rasanya ia lah otak kedua dari pria bermata minimalis yang kini sedang duduk di lantai bawah, menemani Yubi yang datang bertamu.

Kyungsoo mengendap, membuka pintu kamarnya sedikit. Berjalan menuju bakon depan kamarnya,untuk melihat keadaan yang terjadi di lantai bawah. Lagaknya seperti seorang detektif, yang sedang mengawasi kejadian perkara, secara langsung tanpa ada perantara. Ia memekakan telinga, menajamkan pandangan, mengkonekan otaknya, agar cepat berfikir ketika menangkap pembicaraan yang aneh.

Benar saja, saat wanita ini sedang menguping, ia mendengar secara langsung saat Baekhyun mengatakan sesuatu yang penting, telah terjadi sehingga ia harus meninggalkan pertemuan penting di kantor.

Rasa haru karena sesuatu yang menyentuh lubuk hatinya, membuat ia kian bergetar.

"Penting? Sepenting apa, Uncle? " ia bertanya dalam hatinya penasaran. Bahkan Baekhyun belum menjelaskan pada Yubi, hal penting yang Baekhyun lontarkan.

Yang Kyungsoo lihat sekilas Baekhyun kini masih menahan ucapan, dibibir tipisnya. Pria itu belum membuka suara setelah Yubi bertanya tentang hal penting yang membuatnya semakin penasaran.

"Baekhyun-ssi, kenapa kau diam?" Yubi memprotes aksi diam Baekhyun, yang terkesan tidak ingin berkata jujur pada dirinya.

Pria bersurai coklat kemerahan itu terkesiap. Kemana kesadarannya sedari tadi, sampai-sampai terkesiap dengan pertanyaan Yubi. Baekhyun memandang wanita itu sekilas, lalu mengalihkan lagi matanya pada cangkir kopi yang ia pegang.

"Hal penting yang belum bisa aku ungkapkan padamu, Yubi-ahh. "

"Belum bisa? " ulangnya tak terima, "Memangnya kenapa? Apa aku tak berhak tau tentang hal penting yang sampai membuatmu, pergi dari kantor, dan meninggalkan pertemuan dengan Seikh Zain. Apa aku tidak cukup penting, untuk mengetahui hal yang teramat penting untukkmu? " sembur Yubi tanpa ampun. Ia tidak terima jika dianggap kurang pantas, mengetahui sesuatu yang sangat penting untuk pria yang telah membuatnya selalu dalam ketertarikan, setiap melihat tindakan pria yang kini duduk berjauhan darinya.

"Hmn, bukan begitu, Yubi-ahh. Hanya saja,,,, "

"Hanya saja, apa? Hanya saja aku memang belum pantas mendengarkannya, begitu?" selanya dengan ketus. "Baekhyun-ssi, umur kita tidak jauh berbeda, dan kita juga bukan teman yang baru berkenalan. Jadi apalagi yang membuatmu, ragu mengatakannya padaku? "

Baekhyun memejamkan matanya sekilas. Ia mendilema dengan pikirannya sendiri. Haruskah ia mengungkapakan jati diri Kyungsoo? Jangan! Belum saatnya! Larangnya dalam hati. Ia harus menunggu sebentar lagi, hingga ia yakin jika Kyungsoo juga memiliki perasaan yang sama dengannya.

Uncle ByunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang