Slide 11

2.4K 456 144
                                    

.

.

.

Geledek seperti sedang menggelegar pada dirinya. Kekalutan yang melanda Baekhyun, sungguh sudah tak dapat lagi diredakan. Walau dengan kedatangan rombongan Sheikh yang telah tiba di depan kantornya. Tak juga dapat mengalihakan kekalutan, yang mengaduk dalam serabut sarafnya.

Pria bermata sipit itu menggusar dengan sendirinya. Ini terjadi sesaat setelah Baekhyun sadar akan raut wajah Kyungsoo, yang kurang bersemangat ketika ia akan meninggalkan rumahnya. Lalu ia bermaksud menelpon ke rumah, untuk memastikan keadaan gadis itu. Tapi sayang bukannya kekhawatiran itu menghilang, malah kini ia dibuat seratus kali lebih khawatir, dengan keadaan yang tak diduganya.

Suara itu! Geram Baekhyun sambil meremas beberapa lembar kertas, yang disiapkan Chen, sebagai bahan pembicaraan dengan sang miliarder Timur Tengah, yang akan datang mengunjungi, Arsitektur muda itu.

Kertas yang tadinya terlampir rapi, kini hanya seonggok gumpalan yang tak berbentuk. Tajam matanya mengarah pada layar ponselnya sendiri. Hingga bibir mungil itu mengatup rapat, dengan keratan yang terdengar cukup menakutkan. Otot rahang pria itu terbentuk sempurna, menampilkan wajah keras dan tegang.

Pemandangan itu yang membuat Chen terdesak untuk bertanya, dengan keaadan yang sedang melanda atasannya itu. Pria yang sejak tadi berdiri di samping Baekhyun merasa sesuatu yang tidak beres telah terjadi, saat Baekhyun menutup sambungan teleponya tadi.

"Baekh? Ada apa? Apa sesuatu telah terjadi? " tanya Chen khawatir.

Pria itu masih betah diam, dengan suara keratan giginya membuat Chen bergindik ngilu. Rasanya ia akan segera melihat lahar yang menyembur, dari gunung yang akan meletus dahsyat.

Perasaan kian menakutkan dialami Chen, belum pernah ia melihat Baekhyun seserius ini, bahkan untuk kurun waktu mengenal, dan bersama dengan Baekhyun. Kali ini sesuatu yang besar telah membuat keadaan Baekhyun menjadi gawat darurat.

Pupil pria itu tiba-tiba membesar, dengan nafas yang cukup berat, dan tak beraturan. Hampir saja Chen kehilangan keberaniannya untuk sekedar menyadarkan Baekhyun, jika orang yang dinanti, telah tiba di depan kantor itu.

Pelan tapi pasti, ia berusaha mengeluarkan suaranya yang tercekat di tenggorokan keringnya. "Baekh? Sepertinya kita harus ke depan, untuk menyambut Sheikh Zain. " kata Chen dengan nada yang ditarik-tarik.

Baekhyun yang masih memiliki kesadaran penuh segera menoleh pada asistennya. Melayangkan pandangan tajam. Sudah kentara oleh Chen, jika Arsitek itu akan menatapnya seperti itu, jadi sebelum itu terjadi, ia terlebih dulu membenamkan pandangannya pada arah sepatu kulitnya, yang baru saja dibelinya kemarin.

Bola mata Baekhyun terlihat berputar, pria itu segera memikirkan sesuatu yang menjadi buah pemikirannya sejak tadi. Ia sadar jika pertemuan ini adalah pertemuan yang sangat penting. Bahkan Sheikh Zain Al Buhroon, telah meluangkan waktu berharganya hanya demi bertemu langsung dengan arsitek, yang telah membuat Bandar Udaranya menjadi sangat luar biasa.

Segera setelah mendapatkan apa yang ia pikirkan, Baekhyun meraih kertas kosong di mejanya, lalu menuliskan sesuatu dengan bolpoint, yang terselip di jas katunnya. Pria itu menulis dalam bahasa arabik, entah sejak kapan pria itu pandai menulis tulisan, yang bahkan tak pernah dipikirkan oleh seorang berkewaganegaraan Korea sepertinya.

Chen yang melihat tingkah temannya itu, sempat terperanga dengan keahlian Baekhyun, yang di luar nalar itu. Dia saja tidak mampu membaca, apalagi menulis arabik. Sangat sulit!

Tak ada yang tak mungkin di dunia ini, bahkan segelas air pun dapat menjadi berharga di gurun. Hanya menulis arabik, bukanlah halangan untuk seorang Byun Baekhyun. Pria dengan kejeniusan di atas rata-rata.

Uncle ByunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang