Slide 24

2.3K 326 100
                                    

.........

Jika Baekhyun tau apa yang ada di otak Kyungsoo, maka ia tidak akan bersusah payah untuk menahannya sendiri.

Bersabar dengan godaan yang menantang, membuat Baekhyun selalu menyiksa batinnya. Namun kini ia tau, semuanya membutuhkan waktu. Hal indah akan datang di kemudian hari.

Baekhyun bersiul mengalihkan diri sambil mengemasi barang-barangnya. Sudah saatnya kembali ke rumah, dan melanjutkan aktivitas seperti biasa. Tak ada yang perlu ia khawatirkan. Kyungsoo adalah miliknya, begitu juga dengan dirinya yang sudah jatuh pada Kyungsoo seutuhnya, tak ada lagi yang lebih indah dibandingkan Kyungsoo.

Keindahan adalah cara Baekhyun mendefinisikan wanitanya. Ia sempat mencuri-curi padang pada Kyungsoo yang juga sibuk mengemas berkas dan beberapa peralatan tulis. Senyumnya pun tak pernah lekang dari bibir tipisnya. Hingga Baekhyun tanpa sadar menghentikan gerakannya memasukan barangnya pada tasnya. Pria itu malah memusatkan dirinya untuk memperhatikan Kyungsoo.

"Aku sangat merindukanmu. Apa yang kau lakukan selama seminggu ini, sayang? "

Kyungsoo melirik Baekhyun yang menatapnya intens, "Membenahi rumah ini, sesuai perintahmu. Memangnya apa lagi? " tanyanya balik pada Baekhuun yang bersedekap.

Pria itu pura-pura mengedarkan matanya, seolah ia tengah berfikir keras. "Lalu apa kau tak merindukanku, misalnya?" pria itu sedikit menguji dengan godaan.

"Kenapa bertanya seperti itu?"

"Ingin saja. Aku ingin mendengarnya dari bibirmu langsung." Baekhyun mengkerucutkan bibirnya yang tipis.

Tangan Kyungsoo terhenti untuk merapikan barang-barang di meja ruang tamu, lalu berjalan menghampiri Baekhyun yang nasih berdiam menunggu jawaban.

"Aku sangat merindukanmu, uncle. Bahkan melihat fotomu saja belum mengobati rasa rinduku padamu."

"Pantas tadi kau menciumku, ya?"

"Kau juga membalasnya, bukan?" sungut Kyungsoo tak mau kalah dan menjadi korban telak.

Baekhyun sudah siap dengan posisinya yang akan menyergap Kyungsoo, namun gadis itu sudah dapat memprediksi apa yang akan menimpanya. Maka dari itu, ia segera memundurkan tubuhnya, sehingga tangan Baekhyun tak sampai menjangkaunya.

"Jangan gila, uncle. Tadi kita sudah melakukannya. Mari lakukan ciuman sehari sekali saja."

"Sehari sekali?" pekik Baekhyun spontan. "jangan gila, Kyung. Itu sama saja kau membuatku kelaparan sepanjang hari. "

"Berciuman pun tak baik untukmu. Kau akan melampaui keinginanmu, lalu terjebak pada nafsu gilamu." Kyungsoo bergurau sambil memaparkan hal gila yang mungkin saja dilakukan oleh Baekhyun.

Pria berwajah manis itu memicingkan mata, memperdalam raut curiganya. "Kenapa kau seperti menghindariku, Kyung?"

Kyungsoo hanya tersenyum tipis, sembari menggeleng tak mengerti. "Apa kau mau kopi?"

"Aku mau dirimu,"

"Kalau begitu tunggulah,"

"Sampai kapan?"

"Sampai aku kembali lagi dari New York." ia berucap tanpa memandang wajah Baekhyun yang sudah amat terkejut, hampir terkapar karena detak jangtungnya tiba-tiba memompa kasar.

"Kembali dari New York? " ulangnya terbata-bata sekaligus berharap itu hanya kesalahannya dalam menangkap maksud Kyungsoo. Pria itu tak mendapat jawaban yang dia inginkan. Tanpa menunggu emosinya mencuat, ia dengan berani mencapai Kyungsoo, lalu memutar bahu gadis itu, agar menghadap dirinya.

Uncle ByunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang