Slide 8

2.8K 497 191
                                    

.

.

.

Makan siang kali ini sungguh seperti penyiksaan di jaman Joseon. Makanan yang tertelan serasa mengandung pecahan beling yang tajam. Seperti menyekat tengorokannya yang saat ini sangat susah menelan mi hitam, yang dibelikan oleh asistenya.

"Kyung, kenapa kau menatapku begitu tajamnya? " takut-takut Baekhyun melirik Kyungsoo yang masih setia memandangnya seram.

"Benarkah? " Tanya Chen, yang duduk bersebelahan dengan Kyungsoo, sedangkan Baekhyun duduk tepat didepan Kyungsoo, yang dihalangi meja pendek, ditengah-tengah himpitan sofa di ruangan Baekhyun.

"Ada apa, Kyung? " ulang Chen memastikan perkataan Baekhyun.

Pandangan Kyungsoo beralih pada Chen, air mukanya berbeda. Wajahnya kini terlihat berbinar, dengan senyum normal yang ditujukan untuk Chen, bukannya Baekhyun. "Aku tidak apa-apa, uncle Chen. " ucapnya menenangkan. Chen yang percaya, kembali menyumpitkan mi hitam di mangkuknya, menuju mulut laparnya.

Ia sama sekali tak merasakan ketegangan yang terjadi di ruangan itu, selepas kepergian Yubi. Terdapat aura dingin, yang menyelimuti Baekhyun dan Kyungsoo. Dinginnya begitu menusuk hingga sum-sum tulang belakang.

Baekhyun yang merasakan hal itu, sama sekali tak bisa berkonsentrasi pada gambarannya. Beberapa kali ia menghapus dan menggambar sket desainnya, hanya karena merasa dinginnya tatapan Kyungsoo tengah memecah akal jeniusnya. Hingga akhirnya ia menyerah, dan meminta Chen membelikan makan siang.

Chen yang bersemangat, tak bisa menahan dirinya untuk ikut bergabung walau sudah dilarang oleh Baekhyun. Pria manis itu tak ingin kebersamaannya dengan Kyungsoo, menjadi terusik dengan kehadiaran si mulut lebar. Sangat membahayakan, jika Chen berada di sekitar mereka. Terlebih lagi kini asistennya itu mengambil posisi duduk tepat di sebelah Kyungsoo, hal itu membuat Baekhyun semakin buas saja, ketika memandang Chen.

"Uncle~" seru Kyungsoo pelan pada Chen, menatap pria disebelahnya itu dengan sorot penuh pertanyaan. " Sepertinya Yubi eonni itu, tertarik dengan, Uncle Byun?"

Baekhyun hampir saja menyemburkan mi yang ia kunyah, jika ia tidak segera menutup mulutnya dengan tangannya. Matanya langsung saja menajam, mengarah pada asistennya, namun sayang Chen tak melihat peringatan mematikan itu.

Bibir Chen dengan senang hati akan, membuka semua fakta dan opini yang berlebihan di kepalanya. "Apa kau juga menyadari itu, Kyung?"

"Kurasa begitu, uncle!" ucapnya seraya melempar tatapan bengis pada Baekhyun, yang kini mulai tertunduk lesu. Walau sesekali mencuri padang, pada si pemilik mata bulat nan menawan dihadapannya.

"Kau tau, mereka mulai dekat sejak tiga tahun yang lalu. Waktu itu mereka harus menginap di hotel yang sama, di Jeju. Untuk sebuah proyek besar," Chen menjenda ucapannya ketika ia tak kuasa melihat mi hitamnya menganggur. "Saat itu lah mereka mulai dekat! Aku berharap Baekhyun melakukan itu!" tawanya menggelegar di telinga Baekhyun, membuat si tersangka menjadi geram.

"Hyung! Tutup mulutmu! Aku tak melakukan hal kotor yang kau pikirkan itu! " pekiknya dengan raut wajah masam. Baekhyun bangkit dengan bertolak pinggang.

"Duduk! " tuntut Kyungsoo pahit. Baekhyun seperti ular yang diberi garam, meringsut pada posisi semula. Menurut tanpa perlawanan.

Chen semakin terkekeh dengan sikap Baekhyun yang luluh dengan perintah gadis, yang sering dipanggil ingusan oleh Bos-nya itu. "Tapi bukankah menurutmu mereka serasi, Kyung?" Chen melanjutkan gagasannya yang ia anggap benar. "Mereka sama-sama mapan, dan matang. Kau tau Baekhyun belum pernah sama sekali memiliki kekasih! Jadi ku harap mereka berkencan! " tandas Chen yang melemparkan tatapan penuh harap.

Uncle ByunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang