Empat Puluh

64 3 0
                                    

Happy reading

Its Me

Seperti biasanya, saat bersamanya aku ingin merusak waktu agar aku bisa selalu bersamanya. Dan aku tak ingin rasanya ada hari esok, hari dimana kisah indah ku berakhir.

***

Selama berjalan menuju bioskop kami sedikit mengobrol soal ulangan harian, tiba tiba di depan kami ada sepasang kekasih sambil berpegangan tangan. Aku sedikit tidak fokus saat melihat itu. Akhirnya aku dan Fajar menyalip sepasang kekasih itu.

Kami diam, diam diam aku melirik ke arah Fajar. Tinggi sekali dia, ganteng. Batinku berbicara.

"Jar the nun ya?" Tawarku.
"Ih bener?"
"Iyaa"
"Yaudah geh"

Sesampainya di depan bioskop banyak sekali orang orang sedang mengantri. Bahkan antriannya sampai keluar bioskop.

"Anjir penuh" aku mengeluh dalam hati.
"Tukan gua bilang juga apa"

Terpaksa kami harus mengantri, dan terus menunggu. Setelah memilih film dan mengambil tiket kami masih ada waktu. Kami pergi main ke Timezone. Photobox sebentar.

"Mas isi 25ribu" ucap ku kepada salah satu pegawai yang ada di sana sambil memberikan uang dan juga kartu.
"Ohh ia, sebentar" jawabnya.
Aku menunggu, Fajar juga.
"Ini mba" katanya pegawai itu.
"Oh ia makasih mas"

Aku dan Fajar langsung masuk ke tempat photobox itu, saat tiket di gesekkan "saldo anda kurang" pokonya itu harganya 27ribu sementara, di kartunya baru ngisi cuma 25ribu haha.

"Ih jar kurang" aku sedikit malu dan bersedih.
"Yaudah isi lagi sana, pake uang gua nih"
"Ih gapapa?"
"Iyaa, cepetan sanaa"

Kemudian aku mengantri lagi selsai dengan kartu aku kembali masuk ke dalam tempat photobox. Kami berfoto. Bergaya kocak. Senang sekali akhirnya bisa merasakan ini seperti teman temanku, dan ini adalah yang pertama kalinya.

"Mau ngapain lagi? Masih ada loh" kata Fajar setelah meng-cek kartu.
"Apa ya? Lu mau ga main injek injekkan (dance)" ajakku bersemangat.
"Ih apaan, engga engga" ia menolak dengan keras.
"Hee jar hayu jing sekali" aku memohon.
"Ngga ah malu, lagian gua gabisa" masih bersikeras menolak.
"Malu ke siapa jing gaada yang kenal" aku tetap mengajak.
"Ih gamau yah" ia tetap menolak.

Kami sedikit berjalan ke luar Timezone. Tiba tiba.

"Tutom?" Ucap seseorang tiba-tiba.
Aku dan Fajar berbalik. Nyatanya dia adalah Gilang, teman Fajar waktu SMP.
"Ih Wei" Fajar menyapa lalu salaman.
Gilang melihat ke arahku sambil melambaikan tangannya. "Haai" sapaku sambil tersenyum.
"Sama siapa tom?" Tanya Gilang.
"Nih" Fajar menunjukku.
"Ohh"
"Lu sama siapa?" Tanya Fajar ke Gilang.
"Ama anak anak. Gua duluan ya" Gilang Berpamitan dan pergi.

"Bin mau di apain nih?" Tanya Fajar.
"Ih jar main basket yu?" Ajakku bersemangat.
Fajar diam, tak lama "hayu" jawabnya.

Kami main berdua, seru sekali seperti sepasang kekasih yang ada di sinetron, seperti sepasang kekasih yang ada di wattpad atau webtoon.

Sehabis main itu kami main apa ya? Pokonya seperti mengoper sebuah pin. Saling menahan dan saling memberi. Awalnya skorku dan Fajar beda jauh. Aku selalu memimpin, dan Fajar di bawahku. Saat itu skornya sampai 6, aku lima dan Fajar 2.

Entah ada angin atau apapun, Fajar menjadi juaranya. Karna kita mainnya rusuh dan sangat seru sampai menyita perhatian orang orang untuk melihat permainan kami.

Waktu nonton di mulai, aku kembali lagi ke bioskop bersama Fajar.

"Jar tadi bangkunya dimana?"
"H1, H2" jawabnya.
"Oke" aku berhitung, dan "eh seriusan paling ujung?"

Its Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang