Happy Reading!!
Its Me
Gua ngerti bin, elu udah rapuh banget. Biarin aja dia pergi -DindahasiantyN
***
Aku tak mengerti kamu saat itu. Apa yang terjadi? Kenapa kamu seperti ini?. Puluhan pertanyaan sejenis itu berputar terus di kepalaku. Dan membuat kepalaku sedikit sakit.
Aku terlanjur unmood. Saat itu aku berada di dalam kelas, hanya berdua dengan Dinda. Dan Dinda sedang menulis surat untuk Faisal-nya.
Aku tak kuat. Aku sedih, aku ingin menangis. Tapi untuk apa? Ini hanya masalah sepele Bin, comon, bersikap dewasa lah. Tapi hati berkata lain.
"Din kesel banget:((((" Aku merengek kepada Dinda, memeluknya dan Dinda juga memelukku kembali.
"Kenapa jing bin?" Tanyanya dengan lembut.
Selesai menyeka air mataku, aku menceritakan semuanya.
"Bin, lu harus siap kalau suatu saat lu di putusin, udah bin biarin aja atul pergi"
"Tapi gua gabisa Din" aku tak kuasa menahan tangisku. Tangisku semakin pecah, aku lelah."Gua ngerti bin, elu udah rapuh banget. Biarin aja dia pergi" ucap Dinda menenangkan ku.
Aku paham, aku memang lebay. Kalian boleh bilang itu, tapi aku memang begitu orangnya, kalau sudah sakit hati, kalau sudah kesel banget pasti aku akan menangis.
Chat
Fajar
Emang mau ngapain sih?
Ngasih buku.
Udah besok aja
Yaudah
***
Pasti kalian sedikit bingung buku apa yang aku maksud, buku itu adalah cerita tentang bagaimana aku dan Fajar bertemu. Di sana di mulai dari awal pertemuan, jadian, bertengkar hingga akhirnya bersatu kembali. Dan itu adalah hadiah Anniversary ke satu tahun dariku.
Aku meminjam dari Fajar berniat untuk 'modus' agar bisa bertatap langsung dengan dia sambil mengobrol sebentar.
Fajar, aku fikir kita akan berlangsung sangat lama. Aku sayang Fajar. Tapi Fajar sudah terlanjur bosan padaku, aku tak mengerti harus bagaimana.
Setelah itu, waktu pulang sekolah tiba. Kalisa dan Syahna masuk ke kelasku, mereka bingung, apa yang terjadi padaku.
"Emang Gatau diri si Fajar." Kalisa emosi.
"Ih si itu mah, udah bin yang sabar. Jangan nangis lagi." Syahna menenangkan ku sambil menepuk nepuk pelan punggungku. Yang aku lakukan hanya menangis.
"Udah lah hayu kita ke sanggar aja" ajak Kalisa. Saat aku, Dinda, Kalisa, Syahna keluar kelas. Nampaknya ada Fajar."Bin tuh ada atul"
"Kasih aja bukunya" Dinda menyarankan.
"Ogah ih. Nanti gua nangis di situ gimana?"
"Ih ia bin kasih dulu aja" Kalisa meyakinkan.
"Oke"Berjalan menuju Fajar, gugup, gelisah, khawatir menangis tiba tiba, tapi tetap di coba. Langkah demi langkah di lalui dengan pelan pelan, sementara Syahna, Kalisa dan Dinda menunggu di belakangku dan berharap aku tidak menangis.
"Jar nih bukunya" Aku berbicara, menahan tangis dengan sekuat tenaga.
Fajar melihatku.
"Kan kata gua geh besok aja" gaya bicaranya sedikit ketus, hanya sedikit.
"Atuh tas guanya berat"
"Yaudah simpen di situ"
Aku menyimpan buku di sampingnya. Saat itu Fajar sedang duduk di atas lantai bersama Fadli, teman kelasku yang biasa di panggil Pace."Em jar, selamat tanggal 26" Aku menyodorkan tangan kananku untuk bersalaman dengannya. Fajar hanya menatapku. Seperti lupa. Lalu ia seperti tidak mau bersalaman denganku. Tapi hanya bercanda.
Fajar tolong, aku serius sekarang aku tak mau bercanda. Aku cape Fajar. Aku kesal, aku berbalik badan sambil berlari ke arah teman temanku. Seperti biasa, aku menangis.
"Fajar jahat banget." Dinda berteriak dan langsung mengejarku.
Aku mengerti, aku memang berlebihan saat itu, kalian semua boleh menyalahkanku. Tapi aku sangat kesal, aku kesal Fajar apa kurang jelas?.
Hari itu, hujan turun dan tidak berhenti berhenti. Begitupun air mataku.
"Kesel banget sama Fajar"
"Aaaa ngeselin banget Masya Allah:(("Aku mengeluh, menangis, dan kesal.
Kami naik angkot untuk ke sanggar. Di sanggar aku sangat sedih, melamun sambil melihat air hujan turun dari langit.
Langit memang sehati denganku, ia terus menurunkan air seperti aku yang tak henti henti mengeluarkan air mata. Selesai latihan dari sanggar, aku pulang.
Chat
Fajar
Lu kenapa jing
Itu kenapa si Dinda kayak gituIh si Dinda mah emang kayak gtu
Alah
Gausa boong
Lu kenapaGpp
Gausa boong
Sampe si Dinda bilang
Gua jahat lah, gamungkin
Kalo gaada apaa apaNanti aja malem
***
Saat itu memang aku ingin bersikap so kuat. Seolah baik baik saja padahal sudah sangat rapuh, bahkan hancur.
Setelah itu aku ceritakan kepadanya, tentang kekesalanku, memberitahu kepadanya bahwa aku rindu dia yang dulu.
Saat semampuku aku menjelaskan apa yang aku rasakan.Tapi responmu
"skrng lu masih nyaman ga sama gua ?"
"setalah selama ini gua dingin sikapnya"Respon kamu yang membuat aku berfikir "akankah aku mempertahankan hubungan ini?". Aku mencoba sabar, mencoba menahan segala emosiku agar menyelematkan hubungan ini.
Yang aku lakukan adalah, menunggu kamu. Menunggu kamu kembali lagi seperti dulu, aku belum merasakan lelah sangat lelah menanti kamu seperti dulu. Menunggu kamu kembali hangat. Aku sangat semangat. Karna saat itu aku yakin kamu pasti akan kembali lagi.
Tapi perkataan mu membuat semangatku rusak. Kamu bilang "kalau gua gabisa kaya dulu lagi gimana?" Awalnya aku bersikeras ingin menahanmu. Tapi saat kamu bilang "Fajar yang lu kenal bisa berubah sewaktu-waktu". Aku tidak menyalahkanmu atau siapapun. Kalau kau sudah bosan mau di apakan lagi?
Masih saja belum lelah. Bahkan kamu sudah bilang "kalau mau ngerasain pacaran yang bener bener, silahkan cari orang yang lebih baik dari gua"
Asal kamu tau, kamu selalu baik di mataku.
-bersambung-
Happy reading gaise!
Akankah bintang bisa menyelamatkan hubungannya? Nantikan di episode selanjutnya!
Jangan lupa buat vote dan commentLove you gaise!

KAMU SEDANG MEMBACA
Its Me!
Fiksi RemajaKisah asik seorang gadis kecil, yang punya cerita indah dan buruk soal cinta. Seorang gadis yang awalnya merasakan betapa menyenangkannya jatuh cinta, selalu berada di sisinya dan chattingan sampai tengah malam. Namun, ia pernah patah hati yang sang...