Tiga Puluh Tujuh.

52 4 0
                                    

Its Me

Happy Reading!!

Malam itu tepat tanggal  26, Agustus 2018. Agustus tahun ini, banyak sekali kisahnya. Aku bahagia sekali bisa di pertemukan dengan Bulan ini.

***

Malam itu, setelah nasi goreng di masak, tukang nasi goreng itu memasukan nasinya ke dalam kertas nasi, di ikatnya menggunakan karet lalu di masukannya ke dalam kantong plastik hitam.

Aku dan Dinda keluar dari tempat nasi goreng itu, aku melihat Fajar.

"Hayu jar"
Fajar menyalakan mesin motornya.
"Ih bin trus gua gimana?" Dinda masih panik.
"Ih ia jing, tar geh"
"Bin lu jalan aja sih Ama gua sampe alpa"
"Ih Din pengen naik motor Fajar, ih tumpuk tiga aja lah" aku tidak mau ambil pusing.
"Ih bin" Dinda mengelak.
"Jar mau ga tumpuk tiga sampe Alfa depan? Tar si itu kita turunin di sana"
"Yaudah hayu" Jawab Fajar santai.
"Hayu Din" ajakku semangat.
"Serius Bin?" Dinda tidak yakin.
"Hayu ih kebun malem"

Alhasil, kami tumpuk tiga sampai depan Alfamart. Dinda turun dari motor.

"Makasih ya jar"
"Iyaa sama sama"
"DAH BIN!!!"
"DADAH DINDA!!"

Fajar melajukan motornya ke jalan raya, memang dingin malam itu tapi saat menaiki motor bersamanya hangat. Malam itu tidak sepi, banyak sekali motor dan mobil berlalu lalang. Awalnya kami diam sampai akhirnya Fajar membuka obrolan.

"Emang temen lu cadasari mana?"
"Dimana ya jar, lupa nama daerahnya pokonya setelah puskesmas kalau dari sini"
"Deket itu mah"
"He jauh tau"
"Deket"
"Jauh"

Kurang lebih itu yang kami bicarakan. Sesampainya di rumah Febri, aku lupa dimana rumahnya aku sudah mengirim pesan kepadanya dia bilang, "ia bin sebentar gua pake kerudung dulu".

Tak lama muncul seorang gadis mungil mengenakan kerudung berwarna biru Dongker,  mengenakan piyama dan nampaknya ia sudah sangat siap untuk tidur.

Sambil membawa buku tulis yang di sampul coklat, dan tidak asing bagiku. Ia memegang menggunakan tangan kanannya.

"Ini bin"
"Alhamdulillah, kirain gua ada di sekolahan"
"Iyaa Alhamdulillah ada, sama siapa bin"
"Sama Fajar"
"AHAHAHA CIE CIE" Febri meledekku tapi aku senang.
"Sutt"
"Mana bin?" Febri penasaran.
"Tuh di sana" sambil menunjuk Fajar yang memainkan ponselnya.
"Ohh ahahaha beh bibin"
"Ahaha, udah sana masuk. Makasih ya feb"
"Iyaa sama sama bin, hati hati yup"
"Iyaa sip"

Febri masuk ke dalam rumahnya. Tak sabar menunggu hari esok aku ingin menceritakan ini ke teman temanku.

"Udah bin?"
"Udah jar, hayu pulang"
"Iyaa hayu"

Aku menaiki motor Fajar, berpegangan ke pinggang Fajar. Angin di malam hari itu tak terasa dingin, hanya sejuk sedikit. Aku menikmati setiap angin yang berhembus.

Di motor aku tidak diam saja, Fajar mengajakku ngobrol, kami tertawa bersama sampai Fajar bilang.

"Bin ngga pegangan?" Tanyanya tiba tiba.
"Ngga ah gua pegang nasi goreng" jawabku sedikit berteriak karena khawatir tidak terdengar Fajar kalau tidak teriak.
"Yakin?"
"Iyaa gimana coba"
"Yaudah"

Tapi aku tidak bisa menolak, perlahan tangan kiriku sedikit berpegangan kepadanya. Fajar tersenyum begitu pula denganku.

"Mau ke taman bunga tah jar?" Kataku sambil bercanda.
"Ih masa mau malem malem? Jelek lah foto fotonya"
"Ya pake flash lah"
"Kayak bakalan boleh aja"
"Iya yah, ahaha"
"Ketawa lagi"
Aku tersenyum.

Saat memasuki komplek perumahanku, di gangnya, di sisi kanan ada bangunan SMP dan kiri ada bangunan SD, jadi nama jalan di komplek ku itu "jalan pendidikan" karna berada di sekitar sekolah.

"Kenapa elu selalu nelefon gua kalo lewat sini" Fajar bilang seperti itu sambil sedikit sedikit memberhentikan motornya.
"Ih lu Gatau? Serem tau jar di sini, biar guanya ada temen" aku beralasan.
"Lebay banget. Mana nih setan nih si bintang di sini" Fajar menakut - nakutiku.
"Ih jar apaan si" aku memukul pundak Fajar.
"Hahaha" Fajar tertawa, senang mendengar suara tawanya.

Sesampainya di dekat rumahku, aku turun dari motornya sambil berpegangan ke bahunya Fajar.

"Makasih ya jar"
"Iyaa sama sama bin"

Aku sedikit berjalan.

"Bin" panggilnya.
Aku membalikan badan "kenapa?"
"Pengen cubit pipinya" Ia bilang, seperti seorang anak kecil yang merengek kepada ibunya ingin di belikan es cream atau balon.
"Ih ngga boleh" aku sebenarnya ingin, tapi aku khawatir tetangga melihat.
"Pulang jar udah malem"
"Iyaa geh"

Fajar pulang dan aku berlari sambil menahan senyum. Di simpannya nasi goreng di atas meja makan beserta obat yang aku beli.

Aku memasuki kamar, menutup pintu sambil senyum senyum di balik pintu berwarna putih yang ada di kamarku.

Senaaaaaaaang sekali rasanya, Fajar aku bahagia, terimakasih Fajar, terimakasih Agustus, Terimakasih Ya Allah. Aku bahagia.
Setelah itu aku sikat gigi, mencuci muka dan mengambil wudhu dan menunaikan ibadah shalat Isa.

Sebelum tidur aku tak henti hentinya tersenyum, membayangkan kejadian tadi, seolah olah aku ingin memberhentikan waktu, aku ingin merusak waktu supaya tidak bisa berjalan dan aku hanya bisa bersamanya.

-bersambung-

Thanks for reading gaise!
Jangan lupa vote dan comment!!
Love you!

Its Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang