Jisung dan Felix berjalan menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang terasa lapar. Ia menuruni tangga dan menyusuri koridor lantai 1 yang penuh dengan siswa-siswi yang juga berjalan kearah yang sama dengan mereka, menuju ke kantin.
Namun, ketika masih dalam perjalanan ke kantin, Jisung merasakan sesuatu yang janggal. Koridor yang sebelumnya ramai, kini mendadak mulai sepi. Semua murid terlihat menepi kesisi kiri dan kanan koridor. Ada yang menepi hingga menempel pada pintu-pintu loker disana.
Jisung yang tak tahu apa yang terjadi hanya menarik lengan Felix, mengisyaratkan Felix untuk mengikuti apa yang murid-murid lain lakukan, menepi ke sisi koridor.
"Eh? Ada apa sih ini?" tanya Felix kepada Jisung.
Jisung hanya mengendikkan bahunya keatas menandakan ia juga tidak tahu.
Dari ujung koridor terlihat beberapa murid yang berjalan ditengah-tengah koridor. Mereka berjalan bergerombol. Orang-orang yang berdiri ditepian koridor nampak memperhatikan langkah mereka dan mengikuti mereka dari belakang jika gerombolan murid itu telah melewati mereka.
"Mereka siapa? Kok lagaknya seperti yang punya sekolah aja sih?" tanya Felix sekali lagi.
"Ssssh diam saja Felix. Pokoknya diam saja dan menunduk daripada kamu bermasalah dengan mereka" ucap Jisung sembari menundukkan kepalanya. Jisung tahu, perundungan di Korea sudah menjadi hal yang umum. Di semua tingkatan pendidikan selalu saja ada kasus perundungan. Seperti halnya ketika ia masih SMP, ada saja temannya yang menjadi korban perundungan. Maka dari itu, ia bertindak seperti saat ia masih SMP agar tidak menjadi korban bullying seperti teman-temannya dulu.
Gerombolan murid itu kini berjalan melewati Felix dan Jisung. Jisung mencoba berusaha untuk menghindari kontak mata dengan cara menunduk dan melihat kearah lain.
Setelah murid-murid tersebut melewatinya, Jisung dapat bernafas lega dan kembali menegakkan badannya.
Kini Jisung dan Felix melanjutkan perjalanannya menuju kantin dengan posisi berjalan mengikuti murid-murid yang lain, berjalan dibelakang gerombolan murid yang diperkirakan adalah gerombolan tukang bully oleh Jisung.
Jisung duduk sendiri di bangku yang jauh dari keramaian kantin. Felix sedang membeli sesuatu untuk dimakan olehnya dan Jisung, sedangkan Jisung bertugas menjaga bangku, supaya tidak diduduki orang lain.
Jisung melihat kearah gerombolan murid yang dianggap Jisung tukang bully tersebut. Penampilan mereka terlihat berkelas. Wajah mereka terawat, rambut mereka tertata, seragam mereka bersih, sepatu mereka terlihat mahal, dan jam tangan mereka juga terlihat tidak pasaran.
"Mereka berbeda daripada tukang bully di SMP ku dulu sih. Apa mereka sungguhan tukang bully atau cuman kumpulan anak-anak orang kaya yang punya sekolah ini ya?" batin Jisung sembari mengamati penampilan mereka satu persatu.
Felix yang telah kembali dari membeli beberapa makanan instan hanya terdiam melihat Jisung sedang melamun sembari mengamati gerombolan anak-anak yang menarik perhatian seisi sekolah tadi.
Felix tidak menghiraukannya dan mulai memakan tteokpokki instan yang baru saja dibelinya.
Jisung masih sibuk dengan pengamatannya. Mengamati orang-orang itu satu persatu. Hingga perhatiannya terfokus pada satu laki-laki yang terlihat lebih pendiam daripada teman-temannya yang lainnya. Ia hanya fokus pada makanannya dan terkadang tersenyum mendengar candaan yang dilontarkan teman-temannya.
"Sepertinya aku pernah bertemu dia. Tapi dimana ya? Kapan ya?" otaknya berfikir, matanya masih mencoba menatap paras lelaki itu hingga dahinya mengerut.
Mencoba berpikir.
Terus berpikir.
Berpikir.
Berpikir.
Berpikir.
"ASTAGA!" Tangan Jisung reflek memukul bangku didepannya, membuat Felix terlonjat kaget ketika memakan tteokpokki nya.
Jisung ingat siapa lelaki itu.
"Astaga! Dia lelaki yang aku temui di minimarket hari Sabtu lalu" batin Jisung mulai panik.
"Ya ampun! Aku bertanya pada orang yang salah"
"Mereka gerombolan anak yang merokok didepan minimarket Sabtu lalu"
"Bener deh yakin 100% mereka pasti bukan anak baik-baik"
"Ya Tuhan, apa aku akan menjadi korban bully selanjutnya oleh mereka?"
"Astaga Han Jisung! kenapa bisa-bisanya kamu bertanya kepada anak-anak itu sih"
"Ya Tuhan aku harus apa"
Batin Jisung bergejolak. Ia takut ia menjadi korban bully oleh anak-anak itu karena pada waktu itu ia secara lancang bertanya dimana lokasi sekolah barunya kepada mereka. Tapi benar-benar pada saat itu Jisung tidak tahu kalau mereka bakal satu sekolah dengan mereka.
Keringat Jisung mulai bercucuran. Ia tak mengindahkan Felix yang terus bertanya ada masalah apa yang terjadi padanya. Jisung langsung bangun dari bangkunya dan berjalan meninggalkan Felix dengan ribuan tanda tanya.
Jisung berjalan terburu-buru menuju pintu keluar kantin. Parahnya, Ia harus melewati bangku gerombolan anak-anak itu jika ingin menuju pintu keluar kantin karena itulah akses keluar masuk kantin satu-satunya.
Jisung menundukkan kepalanya berusaha menutupi wajahnya dari orang disekitarnya
"Ya Tuhan semoga mereka tidak mengenaliku"
To be continued
Thanks for reading my work! I hope you can appreciate my work by voting it and giving some comment and feedback for me.
Thank you. XOXO!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine (Minsung)
Fanfiction[completed] /mʌɪn/ that which belongs to me. ini adalah cerita cinta pertama seorang siswa sekolah menengah bernama han jisung yang menyukai seseorang namun diperebutkan oleh dua orang. jadi siapa yang harus jisung pilih? minsung; woochan; changsu...